Wisata Literasi, Pembelajaran Yang Memerdekakan Murid

Saya seorang guru kelas V di salah satu sekolah pelosok di kaki Gunung Ijen. Tepatnya di Desa Segobang Kecamatan Licin. Pada tahun pelajaran 2021/2022 jumlah murid saya hanya 11. Satu diantaranya anak berkebutuhan khusus (ABK). Walaupun hanya 11, hampir semuanya tergolong aktif. Tak jarang kelas terasa seperti pasar. Ya.. ramai dan anak-anak suka jalan-jalan. Namun, saya masuk kelas, anak-anak sangat terkontrol. Sebagian besar dari mereka menyimak apa yang saya jelaskan. Setelah beberapa menit saat mereka mengerjakan tugas baik secara mandiri maupun berkelompok, suasana riuh mulai muncul. Akhirnya saya pun melakukan refleksi terkait masalah ini. Saya mencoba ngobrol dengan guru sebelumnya tentang karakteristik murid kelas V dan beberapa guru lainnya. Sebagian besar dari mereka mengatakan bahwa, kelas tersebut memang tergolong aktif apalagi ada anak berkebutuhan khusus yang terkadang juga sulit untuk mengontrol emosi.

Setelah melakukan refleksi dan diskusi dengan beberapa guru, akhirnya saya menemukan ide. Saya memiliki rencana untuk pembelajaran akan saya buat outdor learning. Karakteristik anak yang aktif menurut saya sangat cocok Ketika mereka diajak jalan-jalan keluar kelas, tentunya sambil belajar. Memberikan pengalaman secara kontekstual kepada murid dalam mengimplementasikan konsep-konsep yang telah mereka pelajari di ruang kelas. Maka dari itu, saya membuat program Wisata Literasi Numerasi. Kegiatan ini memanfaatkan aset-aset yang dimiliki oleh sekolah secara optimal agar dapat digunakan sepenuhnya untuk pembelajaran yang berdampak pada murid. Program Wisata Literasi Numerasi sebagai wujud dalam mengkontekstualkan konsep-konsep yang telah dipelajari oleh murid di kelas. Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk kegiatan kokurikuler. Kegiatan ini sebagai kelanjutan dari kegiatan intrakurikuler di dalam proses pembelajaran di kelas. Kegitan ini bisa berupa kunjungan di lingkungan sekitar seperti sawah, kebun pasar dll.

Setelah saya koordinasi dengan Kepala Sekolah terkait program yang akan saya implementasikan, saya menyusun perencanaan. Namun, dalam hal ini ada tantangan yang muncul Ketika Program Wisata Literasi Numerasi ini dimplementasikan. Tantangan-tantangan tersebut diantaranya:

  1. Bagi anak berkebutuhan khusus, belum mampu beradaptasi bilamana pembelajaran dilaksanakan dengan model outdorlearning.
  2. Perlu adanya persiapan-persiapan khusus misalnya saja ketika dalam perjalanan meleati jalan raya, pematang sawah perlu kehati-hatian dan anak-anak tidak diperkenankan bergurau.
  3. Kondisi cuaca yang tidak menentu seperti hujan akan sangat berdampak pada implementasi Wisata Literasi.

Saat pelaksanaan aksi terhadap program yang telah direncakan, ada beberapa tahapan yang dilalui. Tahapan kegiatan Wisata Literasi Numerasi dibagi menjadi 3 bagian. Tahap pertama perencanaan. Tahap kedua pelaksanaan. Tahap ketika Evaluasi. Di masing-masing tahapan kegiatan melibatkan seluruh murid dalam rangka mengembangkan kepemimpinan murid. Memberikan kesempatan murid untuk terlibat langsung dalam program kegiatan. Saya melibatkan guru pembimbing khusus untuk membersamai ABK. Selain itu saya juga berkolaborasi dengan guru mata pelajaran saat pelaksanaan kegiatan Wisata Literasi. Hal ini penting dilakukan agar keselamatan anak saat pelaksanaan kegiatan dapat terjamin.

Saat dilokasi wisata, kebetulan saya mengambil objek sawah dan kebun karena materi di kelas V saat itu adalah tentang ekosistem. Suasana senang terlihat dari wajah-wajah siswa kelas V saat mereka menuju lokasi wisata. Media pembelajaran yang sudah disiapkan turut membersamai anak-anak agar pembelajaran di lokasi wisata semakin bermakna. Sesampainya di lokasi, saya mengajak anak-anak untuk berdoa dan melakukan relaksasi akar pikiran dan hati siap menerima pembelajaran. Kemudian kami melakukan permainan diantarnya Bola Pengetahuan, Merah Hijau dan masih banyak lagi lainnya. Mereka berbasah-basahan dengan air di sawah sambil menyebutkan unsur-unsur biotik dan abiotic yang ada di sekitar. Suasana pembelajaran sangan menggembirakan.

Dari pelaksanaan kegiatan Wisata Literasi Numerasi ini banyak hal positif yang berdampak pada murid diantaranya sebagai berikut:

  1. Meningkatnya kepemimpinan murid. Dampak ini terlihat mulai dari tahap perencanaan hingga tahap evaluasi murid terlibat aktif. Mengembangkan pilihan, suara hingga potensi diri dari murid itu sendiri. Walaupun ada beberapa murid masih sangat ketergantungan dengan guru atau murid lainnya, namun mereka berusaha untuk belajar dan terus mengembangkan potensi dirinya.
  2. Meningkatnya rasa percaya diri pada murid. Hal ini nampak ketika guru hanya terlibat sebagai fasilitator saat murid melakukan kegiatan musyawarah, diskusi dll. Beberapa murid tampak percaya diri dalam memimpin jalannya kegiatan.
  3. Meningkatnya rasa tanggung jawab sebagai bagaian dari pelaksana kegiatan. Dengan melibatkan murid mulai dari tahap perencanaan hingga tahap evaluasi, mereka menjadi lebih bertanggung jawab atas tugas dan peran yang mereka emban. Nampak mereka (murid) saling mengingatkan ketika ada kawan lainnya melakukan hal yang tidak sesuai dengan kesepakatan.
  4. Berkembangnya kemampuan literasi murid. Nampak pada saat mereka menyusun laporan kegiatan serta menganalisis hasil pengamatan di lingkungan sekitar.
  5. Terimplementasikannya Profil Pelajar Pancasila seperti nilai-nlai kemandirian dan gotong royong.

Setelah pelaksanaan kegiatan Wisata Literasi Numerasi tersebut kami merasa sangat senang dan bangga bahwa kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik. Mulai dari tahapan perencanaan murid-murid merasa senang dan rasa ingin tahunya semakin meningkat. Mereka saling berkolaborasi satu dengan yang lainnya. Ketika pelaksanaan wisata pun juga demikian. Murid-murid sangat antusias dalam mengunjungi wisata. Mencoba berkomunikasi dengan orang-orang sekitar yang mereka temui.

Pembelajaran dengan Wisata Literasi dapat memberikan dampak positif bagi murid. Ternyata merencanakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan murid akan jauh lebih bermakna daripada pembelajaran atas kehendak guru secara sepihak. Merdeka belajar itu melibatkan semua komponen dalam tupoksinya masing-masing termasuk guru, murid, orang tua dan peran lainnya. Mari bergerak untuk berdampak.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top