Webinar Pmb: Strategi Membangun Budaya Sekolah Yang Siap Menerapkan P5

Kampus Pemimpin Merdeka (KPM) menggelar webinar Pemimpin Merdeka Belajar (PMB) episode 4 pada Sabtu (13/8/2022). Tema yang diangkat yakni “Bagaimana Mengenali Warga Sekolah dan Membangun Budaya Sekolah Mendukung P5?”. Hadir Amelia Kesuma, wakil kepala sekolah MAN Salatiga, dan Susiana Manisih, pengawas MA Jakarta Timur sebagai narasumber.

Amelia, menjelaskan, membangun budaya sekolah yang mendukung P5 tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Perlu diketahui, Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau P5 merupakan bagian dari Kurikulum Merdeka. Tujuan P5 yakni mencetak lulusan yang berkompeten sesuai nilai-nilai Pancasila.

“Mengenalkan P5 yang ada di dalam Kurikulum Merdeka itu butuh mengubah paradigma belajar. Sehingga perlu disadari bahwa tidak bisa dalam waktu singkat,” tegasnya.

Di sekolah tempatnya memimpin, Lea tidak hanya melibatkan guru dan murid untuk membangun budaya P5. Secara aktif, Ia juga berkomunikasi dengan orangtua atau wali murid.

Saat bertemu orang tua, Ia tidak hanya menjelaskan rancangan program sekolah, melainkan juga apa yang terjadi pada abad ke-21. Dengan cara ini, Irma secara tidak langsung ingin menyampaikan mengapa P5 penting untuk diterapkan di sekolah.

“Saat pertemuan awal tahun ajaran baru kemarin, setelah saya berbicara, saya membagikan Google Form untuk diisi. Pertanyaannya sederhana, apa harapan orang tua untuk anak-anaknya? Lalu, seperti apa kira-kira dunia yang akan disinggahi anak-anaknya kelak?” terang Lea, sapaan akrabnya.

Pertanyaan di formulir itu berguna bagi Lea memahami apa yang ada di pikiran orang tua murid. Selain itu juga mengajak orang tua berefleksi.

Menyepakati apa yang dilakukan Lea, Susiana Manisih mengatakan, sangat penting untuk memahami keragaman dari berbagai segi. Sebagai pengawas, Ia selalu berusaha mengenali profil setiap sekolah binaannya.

“Bukan lebih ke fisik sekolahnya, tapi bagaimana dengan kepala sekolah dan gurunya seperti apa. Saya mencoba berempati dengan profil tersebut. Mengenai kebutuhannya. Biasanya saya lakukan di awal-awal tahun pelajaran, sekalian refleksi untuk satu tahun kebelakang,” ungkapnya.

Susiana mengatakan, kebanyakan pengawas fokus berpikir tentang bagaimana membangun budaya pada murid. Padahal, seharusnya memikirkan bagaimana dengan budaya guru dan kepala sekolahnya. 

“Setelah saya lebih mengenali, terkait IKM, ada madrasah yang mau transformasi dengan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) dan punya kemampuan itu. Ada yang sebenarnya mampu tapi tidak mau. Ada juga yang mau tapi kemampuannya masih perlu upgrade. Keragaman ini perlu diperhatikan untuk menerapkan strategi yang berbeda juga,” terangnya.

Untuk mendampingi sekolah membangun budaya P5 pada IKM, Susiana membentuk komite pembelajaran. Isinya yakni pengawas, kepala sekolah, dan guru-guru yang dipilih oleh kepala sekolah.

Komite tersebut secara rutin mengadakan pelatihan terkait pembelajaran yang sesuai IKM dan sesuai dengan kebutuhan belajar guru. Selain itu juga melakukan refleksi rutin untuk sekolah-sekolah yang sudah menggunakan IKM. 

Di akhir forum refleksi rutin, Susiana mengungkapkan, guru mengatakan kepuasannya terhadap sesi itu. Pasalnya, mereka merasa bisa banyak belajar dari rekan guru yang lain. 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top