Webinar Kemdikbudristek: Penerapan Merdeka Belajar Untuk Paud

Kemdikbudristek kembali menggelar Webinar Selasa Seru pada Selasa (14/06/2022) secara daring melalui Zoom. Hadir Ketua Yayasan Guru Belajar, Bukik Setiawan, dan Netti Herawati selaku ketua umum HIMPAUDI sebagai pembicara webinar dengan tema “Implementasi PAUD HI dalam Merdeka Bermain”.

Netti menjelaskan, PAUD Holistik-Integratif yang sering disebut PAUD HI merupakan upaya pengembangan anak usia dini untuk memenuhi kebutuhan esensial yang beragam dan saling terkait secara simultan, sistematis, dan terintegrasi.

Kebutuhan esensial tersebut ialah pendidikan, pengasuhan, kesejahteraan, perlindungan, serta gizi dan kesehatan. Pendidikan sebagai salah satunya tidak akan dapat diterima secara efektif oleh anak apabila yang lainnya tidak diberikan secara optimal, jelas Netti.

Dalam pilar pendidikan, keta Netti, mendidik anak PAUD harus dilakukan secara non-direct teaching atau pembelajaran dengan tanpa didikte. Melalui cara ini, anak akan dapat menemukan sendiri apa yang menjadi kebutuhannya. Peran guru bukan mengajarkan melainkan memfasilitasi anak agar menemukan sesuatu melalui kegiatan bermain atau mengerjakan proyeknya.

“Kita tidak tahu apa yang akan mereka hadapi kedepannya, sehingga tugas kita adalah membuat mereka suka belajar, pandai belajar, dan selalu belajar. Itulah mengapa merdeka belajar menjadi penting,” tutur Netti.

Menyambung pernyataan Netti, Bukik Setiawan mengungkapkan, selama ini merdeka belajar masih sering disalahartikan sebagai kebebasan. “Kebebasan itu freedom, kalau merdeka otonom atau independen, bagaimana anak bisa mengatur sendiri. Jadi merdeka belajar itu anak mengatur sendiri tujuan, cara belajar, dan penilaian belajarnya,” terangnya.

Bukik menjelaskan, terdapat tiga komponen merdeka belajar, yakni komitmen pada tujuan, mandiri pada cara, dan refleksi berkala. Komitmen pada tujuan menekankan pada pentingnya pelibatan anak dalam merumuskan tujuan belajar. Anak tidak hanya diberitahu tapi diajak berdiskusi.

Komponen selanjutnya, yakni kemandirian pada cara artinya memberikan pilihan cara belajar pada anak. Sedangkan refleksi berkala adalah mengajak anak untuk menilai dirinya dan menilai emosinya agar anak mengetahui kondisi mereka sendiri. Pasalnya, hanya anak yang tahu tentang kondisinya yang dapat mengambil keputusan dengan tepat. Refleksi berkala juga perlu dilakukan oleh guru.

“Dalam konteks PAUD, merdeka belajar diperkuat menjadi merdeka bermain. Dalam ekosistem kita, pendidikan biasanya diartikan dengan membuka buku, menghafalkan rumus. Mau mempertegas, kalau dalam konteks PAUD, yang namanya belajar ya bermain. Dari permainan-permainan itu, anak diajak melakukan refleksi,” tutur Bukik.

Bukik kemudian menceritakan praktik baik seorang guru TK dari Semarang, Anik Puspowati. Anik, kata Bukik, sudah menerapkan merdeka belajar dan merdeka bermain dengan menerapkan tiga komponennya.

Anik biasanya mengajak murid untuk mengenalkan macam-macam binatang dengan mengunjungi peternakan. Sebelum mengenal merdeka belajar, Anik akan mengajak muridnya langsung ke peternakan kuda.

Namun sejak tahun 2017, kebiasaannya berubah. Sebelum ke peternakan, Anik akan mengajak diskusi terlebih dulu bersama murid mengenai apa saja yang akan dilakukan di peternakan kuda. Apa saja keberhasilan pembelajaran di tempat itu dan hasil diskusi menjadi sebuah rubrik penilaian.

Masing-masing anak juga dapat memasang targetnya sendiri-sendiri. Setelah ke peternakan akan dilakukan refleksi, apabila target tercapai anak akan mengungkapkan apa yang membuatnya berhasil, demikian sebaliknya. 

Untuk mulai menerapkan merdeka belajar dan merdeka bermain seperti Anik, kata  Bukik, guru harus melakukan asesmen diagnostik untuk memahami kebutuhan masing-masing anak. Kemudian merumuskan cara belajar yang beragam, setidaknya dua cara berbeda dan membiarkan murid memilih cara yang disukainya. Terakhir, pada akhir kegiatan mengajak murid melakukan refleksi. (YMH)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top