Wawancara Kantin Sekolah Untuk Mempersiapkan Calon Wirausahawan

Berawal dari kata “Ayo, anak-anak.. sekarang silahkan buka bab kewirausahaan ya” yang disampaikan oleh saya. Kemudian, anak-anak langsung membuka buku. Akan tetapi, wajah mereka tidak nampak antusias untuk membahasnya. Karena melihat ekspresi mereka, langsung saja saya mengabarkan mereka bahwa hari tersebut kita akan mengunjungi kantin sekolah untuk berinteraksi dengan para pedagang dengan cara wawancara untuk mengetahui kegiatan wirausaha mereka mulai dari produksi hingga konsumsi. Sontak mereka langsung berkata “yeaaayyy.. kita belajar diluar kelas”, tapi ada juga yang bertanya “bu, apakah kita boleh jajan juga?” karena sudah mendekati waktu pulang dan saya ingin mereka fokus, maka saya membuat kesepakatan belajar di luar kelas. Salah satu di antaranya kegiatan belajar harus dipisahkan dengan kegiatan jajan, karena itu bisa mengganggu konsentrasi mereka.

Ketika mereka sudah sampai di kantin, beberapa siswa terbagi menjadi 4 kelompok. Kelompok 1 mewawancarai bang jawir (nama tukang es disekolah yang sudah terkenal ditengah anak-anak), kelompok 2 mewawancarai tukang somay, kelompok 3 mewawancarai kedai mbak nisa (pedagang cilok), dan kelompok 4 berkunjung ke warung bu haji yang terletak di dekat aula sekolah. Masing-masing kelompok mengeksplore pertanyaan wawancara sesuai dengan kebutuhan mereka, sehingga pertanyaan yang diberikan tidak terpaku dari guru, tapi mereka bisa kembangkan sendiri. Pada saat praktik di lapangan, tentunya tidak semua siswa aktif untuk bertanya kepada para pedagang, ada siswa yang hanya duduk saja karena alasan panas, dan ada siswa yang diam-diam jajan tanpa meminta izin terlebih dahulu. Namun, sebagai guru dan fasilitator saya mengingatkan kembali tentang kesepakatan belajar di luar kelas kepada mereka.

Akhirnya, dengan arahan yang kembali saya ingatkan tantang kesepakatan belajar di luar kelas mereka mau melanjutkan kegiatan wawancara tersebut dan kembali melakukan wawancara hingga selesai dan kembali ke kelas untuk mempresentasikan apa yang mereka dapatkan dari hasil wawancara tersebut.

Saya meminta beberapa perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil wawancara mereka. Kelompok 1 memaparkan bahwa selama masa pandemi tahun 2020 sampai dengan 2021 membawa dampak besar bagi keberlanjutan kegiatan usaha bang jawir, sehingga bang jawir terpaksa tidak menggunakan karyawan lagi untuk membantunya karena usahanya hampir bangkrut. Alhamdulillah setelah pemerintah membolehkan kegiatan pembelajaran tatap muka kembali, bang jawir bisa kembali jualan di sekolah dengan keuntungan 300.000 rupiah per hari. Lalu, ada teman dari kelompok lain berkata “Berarti kalau sekolah sampai hari jum’at, dalam seminggu bang jawir bisa menghasilkan 1.500.000 rupiah dong!”, saya menanggapi “Ya! tepat sekali. Tapi karena sekarang bang jawir sudah mempunyai pegawai, harus membayar sewa tempat, dan memperispkan bahan-bahan untuk diproduksi, maka 1.500.000 rupiah itu bukan keuntungan bersih”. Mendengar tanggapan saya, masing-masing kelompok mencoba untuk memeriksa penghasilan dari pedagang lain dan menganalisis kegiatan wirausaha pedagang tersebut dengan analisis SWOT (kelebihan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman) ternyata terdapat keunikan dari masing-masing pedagang, hingga akhirnya murid berminat menjadi seorang wirausahawan di masa depan untuk membantu ekonomi keluarga mereka.

Singkat cerita, dengan pengalaman belajar langsung murid lewat materi kewirausahaan dengan para pedagang, murid bisa jauh lebih memahami kelemahan dan kelebihan menjadi seorang pedagang dan murid jadi tau apa yang harus dipersiapkan agar bisa menjadi wirausahawan yang berhasil. Sekarang, murid pun sudah mempunyai gambaran secara utuh untuk melakukan kegiatan ekonomi, tidak hanya sebagai konsumen tapi juga sebagai produsen, dan bisa menghasilkan lapangan pekerjaan yang berdampak bagi lingkungan sekitar. Startegi lain, suatu saat murid juga tidak hanya melihat kegiatan wirausaha dari pedagang dikantin sekolah saja, tapi juga melihat kegiatan ekonomi dari bidang wirausaha lain seperti designer, CEO perusahaan, pengusaha pabrik, dan lain sebagainya. Semoga cerita ini dapat menginspirasi rekan guru di luar sana 🙂

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top