Ujian Sekolah Karya Dengan Presentasi Project Akhir

Saya Eka Puspita Indriani, telah mengajar selama 16 tahun sejak tahun 2006.  Selama 16 tahun tersebut saya terjun di dunia pendidikan pada satuan pendidikan (sekolah) yang sama yaitu Lazuardi Haura.  Saya sangat beruntung bisa berada di sekolah yang sejak awal telah membuka paradigma saya tentang pendidikan yang berorientasi pada siswa sehingga selama 16 tahun saya diberikan keleluasaan untuk menerapkan berbagai strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.  Hal tersebut yang menjadi prinsip dalam menyusun Kurikulum pembelajaran di sekolah, meskipun kadang kami harus membuat dua versi bila pengawas tidak berkenan. 

Siswa adalah guru terbaik bagi saya, siswa memberikan pengalaman kepada saya bagaimana menghadapi dan menyelesaikan  berbagai tantangan yang ada di sekolah,  baik dari siswa itu sendiri, guru, maupun orang tua.  Setahun saya menjadi guru di Taman kanak-kanak saya belajar tentang bagaimana perkembangan anak. Kemudian saya menjadi guru di Sekolah Dasar, mengikuti perkembangan anak sesuai milestone nya. Awalnya  paradigma sekolah yang inklusif, mendapat penolakan yang menjadi  tantangan besar bagi kami. Sebagai guru saya berdampingan dengan Guru dari Siswa Berkebutuhan khusus menyusun Individual Education Program bagi siswa berkebutuhan khusus. Dengan pengalaman tersebut kami selalu melakukan pendekatan dengan diferensiasi kepada siswa.

Saya tidak pernah membayangkan  menjadi kepala sekolah, yang saya cintai adalah mengajar di kelas. Saat saya diberi kepercayaan menjadi kepala sekolah, pada tahun 2009  saya tidak menyangka bila saya akan mencintai pekerjaan sebagai pemimpin sekolah karena dengan menjadi kepala sekolah, semua program yang saya lakukan adalah berorientasi  bagaimana pembelajaran berpihak kepada anak untuk membuat mereka menemukan versi terbaiknya. 

Untuk memfasilitasi kebutuhan siswa yang beragam maka sebagai sekolah inklusi kami menerima semua siswa dari berbagai latar belakang, termasuk siswa berkebutuhan khusus.  Untuk mengakomodir kebutuhan siswa yang inklusif maka saya bersama guru mengembangkan Individual Education program (IEP) sebagai kurikulum modifikasi bagi siswa berkebutuhan khusus, sehingga kami mampu mengidentifikasi aset dan mengurangi limitasinya yang pada akhirnya dapat memunculkan potensi siswa.

Berlatar belakang adanya inklusivitas dari siswa maka saya sangat menyambut baik penghapusan ujian nasional sebagai syarat kelulusan dan kelulusan diserahkan kepada satuan pendidikan.  Sebagai implementasinya maka pada Tahun 2021 dengan dasar hukum Kurikulum mandiri saya telah menyusun Pos Ujian akhir sekolah bagi siswa sekolah dasar dengan asesmen kelulusan menggunakan Project Based Learning yaitu presentasi project akhir.

Hampir semua orang tua murid menyekolahkan anandanya di sekolah kami karena mereka melihat  sekolah Lazuardi  sebagai sekolah yang bagus. Namun menjadi sekolah yang berbeda dengan sekolah lain membuat orangtua ragu dan bertanya tentang keberhasilan untuk anak-anaknya. Seperti mempertanyakan mengapa  sekolah dan anaknya terlalu santai (tidak terlihat seperti belajar) dengan tidak adanya pekerjaan rumah dan ulangan harian,  sampai tuntutan ranking dan prioritas nilai sebagai indikator kesuksesan atau pencapaian belajar ananda.  Banyaknya kegiatan belajar di luar kelas yang dianggap merugikan siswa dan tidak adanya hafalan yang membuat siswa tidak mampu bersaing.

Dengan tantangan yang hampir selalu sama saya temui di setiap tahunnya,  memberi saya semakin banyak pengalaman. Seperti misalnya pandangan bahwa ananda terlihat santai justru bagi kami hal tersebut menunjukan bahwa siswa merasa nyaman dengan lingkungan dan suasana sekolahnya.  Saya melihatnya hanya miskonsepsi saja yang terjadi. Untuk itu sayapun tidak berhenti mengkomunikasikan baik secara formal maupun informal kepada orang tua siswa untuk mendefinisikan kembali tentang prestasi yang justru sangat tidak relevan dan tidak tergambar dari nilai dan ranking.

Project based learning  (PBL) dalam pembelajaran di sekolah selama ini telah memfasilitasi  pembelajaran yang berpusat kepada siswa dan diferensiasi yang mengakomodasi berbagai kecerdasan siswa,  memfasilitasi pembelajaran  kolaboratif, membangun keterampilan komunikasi, berpikir kritis dan kreatif.

Dalam masa pandemi, kebijakan Merdeka Belajar memberikan saya dan guru-guru jalan untuk  menjadikan produk dan aksi dari pembelajaran Project based learning dapat diterima sebagai asesmen Ujian AKhir sekolah. Sehingga kompetensi siswa dalam mencapai tujuan yang diharapkan yaitu siswa memiliki kompetensi pembelajaran yang menyeluruh dan mendalam baik dari sisi kognitif, psikomotorik, afektif, sosial dan spiritual dapat tercapai secara holistik.

Covid-19 membutuhkan perubahan cepat  dalam metode pembelajaran.  Belajar tidak hanya duduk di dalam kelas. Namun dengan pandemi maka pembelajaran dilakukan di rumah.  Blended learning merupakan pembelajaran dimana menggabungkan strategi tatap muka (sinrkonus) di ruang kelas dan pembelajaran jarak jauh atau daring (online) (asinkronus) . Harus segera dilakukan dengan berbagai penyesuaian. Pertemuan tatap muka kelas diganti dengan tatap muka online.  

Untuk itu saya melakukan training dan sertifikasi pendidik google untuk guru, sehingga guru memiliki keterampilan dalam membuat video, mengelola Learning management system. Pembelajaran tetap dapat dilakukan dengan berbagai aktivitas di luar kelas seperti field trip yang dilakukan virtual, dan berbagai kegiatan tetap dilakukan dengan partisipasi aktif siswa.

Menghadapi orangtua murid yang masih belum memahami atau bahkan tidak mengetahui tentang konsep PBL adalah sebuah tantangan, Pembelajaran dengan pendekatan PBL adalah  paradigma baru dalam  dunia pendidikan.  Dimana implementasinya sangat berbeda dari konsep pendidikan yang mereka kenal.  Mereka masih mengasumsikan bahwa belajar adalah kegiatan di dalam kelas dengan buku paket serta ujian tertulis sebagai bagian akhir pembelajarannya.  

Sebelum kami melaksanajan Ujian Akhir dengan PBL, bersama rekan-rekan guru, saya mensosialisasikan tentang bagaimana PBL dalam merdeka belajar.  Kami mengadakan pertemuan dengan orangtua, mempromosikan  melalui sosial media sekolah dan kanal komunikasi guru dan orangtua menjelaskan bagaimana pembelajaran yang selama ini sudah dilaksanakan di sekolah berhubungan dengan  asesmen yang kami lakukan .  Harapannya asesmen dengan PBL ini dapat memenuhi kompetensi siswa dengan holisitik dan orangtua serta masyarakat lebih luas memahami  dan menerima konsep PBL.  

Untuk meningkatkan kompetensi PBL guru, secara rutin saya mengadakan pelatihan atau enrichment dengan berbagai materi yang dibutuhkan.  Dengan konsep PBL yang sedang kami dalami, kegiatan pelatihan akan diisi dengan materi, workshop dan berbagi praktik baik tentang PBL setiap hari kamis dan selama kurang lebih 2 minggu di setiap awal semester.  Pelatihan kami lakukan secara  blended learning, dimana guru akan mendapatkan pengalaman tersebut baik secara langsung maupun secara online.  Dengan kegiatan tersebut, saya berharap kompetensi PBL guru dapat lebih matang dan meningkat sehingga guru dapat menjadi pembimbing dan fasilitator pada pembelajaran PBL yang pada akhirnya guru mampu mengantarkan siswanya dalam mencapai kompetensi secara mendalam di presentasi project akhir sebagai syarat kelulusan. 

Saya mendiskusikan dengan yayasan dan guru, kemudian  saya mempelajari peraturan yang ada,  kemudian kami memutuskan untuk mengajukan prosedur POS untuk Ujian Akhir sekolah. Saya memberikan keleluasaan kepada siswa untuk memilih project yang paling dikuasainya untuk di presentasi dihadapan  panelis atau penguji yang terdiri dari Guru, Orangtua, Kepala Sekolah dan praktisi ahli sesuai kompetensi. 

Dalam presentasi project akhir tersebut saya menyusun POS dan rubrik asesmen untuk pelaksanaannya.  Dimana orang tua, kepala sekolah dan narasumber akan menjadi tim penguji sehingga penilaian dilakukan tidak hanya dari sisi sekolah tapi juga pelibatan orangtua dalam proses pembelajaran siswa.   

Saya berharap penerapan pembelajaran campuran ini merupakan cara inovatif untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam mencapai kompetensinya secara kontekstual.  Strategi blended learning ini juga saya terapkan dalam upaya peningkatan kompetensi guru untuk dapat memahami dan menjalankan PBL.  Seperti pelaksanaan pelatihan bagi guru yang dilakukan baik secara tatap muka maupun secara daring.

Secara rutin di awal tahun ajaran kami melaksanakan class conference bagi orang tua siswa dimana bukan hanya saya sebagai kepala sekolah yang akan menyampaikan konsep serta program kepada orang tua tetapi setiap guru juga akan ikut berperan dalam hal ini. Menanamkan paradigma pendidikan yang sesuai dengan kurikulum merdeka saat ini kepada orang tua, saya lakukan dengan terus meningkatkan pelibatan orangtua. Pada setiap tahun ajaran   kami selalu melakukan class conference.  Untuk meningkatkan pelibatan orangtua kami melakukan komunikasi dari awal pendaftaran ulang siswa  atau saat kenaikan kelas. Konsep dan paradigma sekolah selalu kami sampaikan, sehingga pandangan dan paradigma orang tua menjadi terbuka. 

Penampilan siswa dan pameran karya lebih sering kami lakukan, dan kami mengundang orangtua bukan hanya sebagai pengunjung tetapi juga sebagai kolaborator dari kegiatan kami, baik kolaborasi dengan guru, maupun kolaborasi dengan siswa. 

 Berkat kerjasama dan hubungan yang baik dengan komite sekolah sebagai perwakilan dari orang tua, saya membuat program bersama  mengadakan quality time dan seminar yang banyak mengusung tema tentang konsep pendidikan Yang memerdekakan serta peranan orang tua dalam pendidikan anandanya dengan konsep pendidikan sesuai visi misi dan lazuardi paradigma.

Bukan hal yang mudah untuk dilakukan, membutuhkan waktu dan tenaga untuk mewujudkannya, karena akan ada yang meragukan bahkan mempertanyakan dalam ketidaktahuan informasi atau meskipun pada akhirnya akan mengikuti.  Namun saya percaya dengan menjalin komunikasi yang baik serta pemahaman bahwa orang tua dan sekolah adalah mitra sejajar yang saling menghormati dalam mendidik anak untuk mengembangkan semua potensi siswa  baik secara akademis, sosial dan spiritual, akan menjadi kunci utama dalam membangun konsep dan paradigma sekolah bersama orang tua.    Sesuai visi dan misi sekolah ”Masyarakat berbudaya luhur berlandaskan kebajikan, welas asih, dan kebahagiaan spiritual.  Serta “Menggali dan mengembangkan potensi setiap individu dalam menciptakan perbaikan kehidupan”.

Dengan mengimplementasikan pembelajaran berbasis PBL sangat terlihat adanya kolaborasi dan kreativitas antar siswa yang terus terbangun.  Dimana kemampuan berkolaborasi semakin dibutuhkan di era saat ini karena dengan kolaborasi dan kreativitas menjadi esensi dari kebijakan Merdeka Belajar.

Dengan PBL yang merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa, kemampuan siswa untuk melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan menggali informasi semakin terasah dalam suatu investigasi yang mendalam terhadap suatu topik. Siswa selalu terbiasa melakukan pendekatan pembelajaran berbasis riset terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata, dan relevan.

Dan pada akhirnya, yang sangat membanggakan bagi saya adalah ketika siswa dan guru mengimplementasikan PBL sangat menonjolkan kreativitas dan karakternya yang diiringi dengan motivasi untuk berliterasi.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top