Tutebaya Bantu Guru Menulis Kti

Bagi guru ASN, kenaikan pangkat adalah sesuatu yang diinginkan. Meskipun pada kenyataannya, pengajuan angka kredit menjadi semakin sulit menurut sebagian besar guru setelah diterapkannya Permenpan RB Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Dalam peraturan tersebut, salah satu persyaratan bagi guru untuk mengajukan kenaikan pangkat adalah dengan melaporkan kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan, yaitu Pengembangan Diri dan Publikasi Ilmiah/Karya Inovatif. Kegiatan Pengembangan Diri masih bisa dilaksanakan oleh guru meskipun tidak semuanya melakukan dengan mudah. Namun untuk Publikasi Ilmiah atau Karya Inovatif, banyak guru yang mengaku kesulitan melaksanakannya.

Salah satu jenis publikasi ilmiah yang sering dilaksanakan oleh guru adalah Penelitian Tindakan Kelas. Kempuan menulis PTK merupakan salah satu indikator pada standar kompetensi guru yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Pada salah satu kompetensi, yaitu pedagogik diantaranya mencakup kompetensi inti yaitu kemampuan guru dalam melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Kompetensi inti ini dijabarkan menjadi kompetensi guru, diantaranya (1) melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan; (2) memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan pengembangan pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu; (3) melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan menulis PTK harus diupayakan untuk dikuasai oleh guru.

Pada kenyataannya, kegiatan PTK ini tidak sesuai harapan. Berdasarkan hasil survei terhadap guru-guru di sekolah binaan, 53 % guru dari responden yang berjumlah 55 menyatakan belum pernah melaksanakan dan menulis laporan PTK meskipun sudah mengikuti pelatihan penulisan PTK. Dari survei tersebut diketahui bahwa penyebab kondisi ini diantaranya sebagai berikut.

  • Kurang memahami teknik pelaksanaan dan penyusunan laporan PTK.

Meskipun guru berkualifikasi S1 yang tentunya pernah menyusun skripsi, namun saat ada keharusan menulis PTK, tidak semua guru merasa mampu melaksanakannya. Bahkan bukan menjadi rahasia lagi adanya praktik jual beli PTK yang sudah jadi, hanya mengganti data saja. Sungguh miris mendengar kejahatan akademik seperti ini dilakukan oleh oknum guru. Dengan alasan umur dan sebagainya, tawaran jasa pembuatan laporan PTK menjadi pilihan oknum guru yang tidak mau repot.

  • Kemauan dan semangat untuk mulai menulis PTK kurang kuat.

Zona nyaman membuat guru enggan bersusah payah menulis PTK. Berdasarkan pengamatan penulis pada saat menjadi guru, diantara teman guru berjumlah sekitar 40-an, yang berminat untuk mengadakan penelitian tidak lebih dari 15-20%. Keharusan menulis laporan PTK, khususnya untuk kenikan pangkat dari golongan III/d, tidak serta merta memotivasi guru melaksanakan PTK. Sebagian besar memilih untuk menunda kenaikan pangkat.

  • Tidak mempunyai waktu yang cukup untuk melaksanakan dan menyusun laporan PTK.

Ini adalah alasan klise. Memang benar semua orang sibuk, namun realita yang terjadi adalah justru orang-orang yang terkenal sibuk adalah mereka yang berhasil melakukan penelitian dan menulis laporan. Hal ini mematahkan argumentasi guru-guru yang merasa sibuk sehingga tidak mempunyai waktu melakukannya. Sebenarnya ini hanya masalah kemauan saja. Jika sudah memiliki kemauan kuat, kesempatan akan selalu tersedia.

Sebagai pengawas, ini merupakan tantangan yang harus dicarikan solusinya. Salah satu tindakan yang dilakukan adalah dengan mengadakan pembimbingan penyusunan PTK. Mengingat kesulitan yang dialami guru dalam menulis PTK, maka pembimbingan diperluas dengan memberi kesempatan guru menulis Best Practice yang cenderung lebih mudah. Metode yang digunakan adalah Tutebaya (Tutor Teman Sebaya). Metode ini digunakan karena dianggap efektif dalam proses pembimbingan karena guru-guru akan lebih nyaman saat menyusun karya tulis ilmiah secara bersama-sama dalam kelompok. Kelompok dipandu oleh seorang tutor yang merupakan teman sejawat mereka sendiri. Tutor yang ditunjuk mempunyai pengalaman atau kemampuan lebih dalam menyusun karya ilmiah.

Kegiatan pembimbingan yang ddilaksanakan secara sistematis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Pertama, perekrutan guru binaan yang bersedia dibimbing untuk menulis PTK/Best Practice. Terdapat 76 orang yang menyatakan bersedia mengikuti kegiatan pembimbingan ini.
  2. Selanjutnya peserta dikelompokkan menjadi 10 kelompok berdasarkana letak geografis sekolah masing-masing. Beberapa guru yang tidak memiliki teman dari satu sekolah dijadikan satu kelompok. Komunikasi yang digunakan bisa daring maupun tatap muka.
  3. Berikutnya, diadakan pertemuan dengan mendatang narasumber yang memberikan pemahaman mengenai konsep dan sistematika PTK dan Best Practice. Peserta mendapatkan pencerahan seputar penulisan karya ilmiah tersebut. Dalam forum tersebut juga dilaksanakan diskusi dan refleksi tentang berbagai hal terkait penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI).
  4. Langkah berikutnya, peserta diberi waktu untuk menyusun proposal PTK/Best Practice. Kegiatan dilaksanakan secara berkelompok dengan didampingi oleh tutor masing-masing kelompok.

Berdasarkan pengamatan penulis dan juga tutor, terdapat peningkatan motivasi guru dalam menulis KTI. Antusiasme guru saat bekerja dalam kelompok menunjukkan bahwa guru bersemangat dalam menyelesaikan proposal KTI. Forum diskusi juga terjadi di grup WhatsApp yang berfungsi sebagai alat komunikasi anggota dan sarana untuk penyampaian informasi. Hasil kegiatan pembimbingan  menunjukkan bahwa 60% peserta pemibimbingan mampu menyelesaikan penulisan proposal PTK/Best Practice. Rencana tindak lanjut kegiatan ini adalah akan diadakan kegiatan  pembimbingan dalam pengambilan data serta penulisan Laporan PTK maupun Best Practice yang akan dilaksanakan pada semester berikutnya.

Simpulan yang dapat diambil dari kegiatan ini adalah bahwa penerapan metode Tutebaya ini bisa membantu guru dalam meningkatkan motivasi dan kemampuan menyusun KTI. Kegiatan ini bisa dikembangkan lebih lanjut dengan metode atau materi pembimbingan lainnya. Guru hendaknya terus berupaya meningkatkan pemahaman dan ketrampilan menulis karya ilmiah. Penyusunan KTI ini bukan hanya untuk pengembangan karir tetapi juga untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top