Tuntaskan Belajar Membaca Dengan Saga
Oleh:
Maftukhah
SD PTQ ANNIDA SALATIGA
Dalam sebuah seminar yang di selenggarakan oleh Wardah Inspiring Teacher tahun 2021 saya pernah mendengar pernyataan “Saya bukanlah guru yang sempurna, namun saya guru yang selalu belajar”. Dari pernyataan ini menggugah hati saya untuk merubah pembelajaran yang telah saya praktekkan di kelas. Karena sebelumnya, saya merasakan tantangan pembelajaran di kelas yang menguras energi, pikiran, dan emosi saya. Saya menyadari sebagai guru saya memiliki banyak kekurangan. Saya juga merasa sebagai guru saya gagal dalam mengajar di kelas. Ketika murid merasa malas datang kesekolah, sering menangis dan rewel ketika mau masuk kelas, itu berarti saya gagal membuat kelas yang dirindukan dan menyenangkan. Hampir 3 tahun saya merasakan kegagalan dalam mengajar di kelas dan merasa tidak diperlukan oleh murid saya, saya merasa menjadi guru yang membosankan, menakutkan, dan menyebalkan.
Dalam kegagalan itu bukan berarti saya tidak berusaha. Saya sudah mencoba mengikuti beberapa akun dimedia sosial yang berhubungan dengan media pembelajaran dan saya coba terapkan di kelas. Dalam praktek di kelas murid pada awalnya merasa antusias dan senang dalam mengikuti pelajaran. Murid yang sebagian besar gaya belajarnya kinestetik sangat antusian ketika diajak belajar dengan praktek gerak. Namun, ternyata model pembelajaran seperti itu memerlukan waktu yang cukup lama sehingga kurang efektif jika dilakukan dalan jam pelajaran di sekolah. Bahkan kesenangan dalam proses pembelajaran dengan kinestetik itu tidak bertahan lama bahkan murid cepat bosannya. Dan pada saat itu pembelajaran di sekolah terbatas karena pasca pandemi COVID kami dibatasi waktu pembelajaran oleh dinas. Sehingga waktu pembelajaran benar-benar kurang efektif bagi kami dalam proses pembelajaran. Saya menjadi semakin gelisah karena tujuan belajar murid bisa membaca belum tercapai. Dan murid-murid sering mengeluhkan bosan di sekolah karena selalu di suruh membaca.
“Aku males dan bosa Bu…. mesti tiap ke sekolah selalu disuruh baca” tutur salah satu murid.
Ada pula yang bilang “aku pengen bisa baca bu…. tapi kenapa huruf nya sulit sekali dihafalkan”.
Kemudian saya tersadar, semua yang sudah saya pelajari tidak semuanya bisa saya terapkan di kelas dan semua cocok dengan kondisi murid saya serta tidak selalu dibutuhkan oleh murid saya.
Sebagai seorang guru yang mengajar di kelas 1 SD Plus Tahfizul Qur’an Kota Salatiga. Di Sekolah Dasar ini murid di kelas 1 sebagian besar belum lancar dalam membaca, bahkan ada yang belum hafal huruf abjad. Hal ini merupakan pemakluman karena memang di jenjang sebelumnya atau di sekolah TK (Taman Kanak-Kanak) belum diajari membaca dan baru diajari mengenal huruf. Selain itu selama sekolah TK mereka lebih banyak menggunakan pembelajaran berbasis online atau daring (dalam jaringan). Sehingga proses pembelajaran dalam mengenalkan huruf tidak efektif dan maksimal.
Melihat fenomena tersebut membuat kami guru-guru kelas 1, dimana di SD PTQ ANNIDA terdapat 3 rombel kelas merasa dilema. Hingga suatu ketika diawak tahun 2022 salah seorang guru yang mengajar di kelas 1, yang sebelumya telah memiliki pengalaman mengajar di TK selama 6 tahun mengajak kami guru-guru yang mengajar kelas 1 untuk membuat modul baca yang luar biasa dan tidak seperti modul baca pada umumnya. Dengan bermodal pengalaman mengajar murid di sekolah TK inilah beliau memahami kondisi, karakteristik, dan kebutuhan murid dari TK yang naik di kelas 1 dalam belajar membaca. Beliau menceritakan kepada kami bahwa murid-murid dari TK yang belum bisa baca dan belum hafal huruf abjad biasanya akan kesulitan dan keberatan jika langsung di minta untuk menghafal huruf abjad. Mereka akan lebih mudah hafal huruf abjad dengan mengibaratkan benda, hewan atau dalam hal apapun yang mudah mereka kenal. Misalkan huruf A dikenalkan bersama dengan buah Apel, huruf B dikenalkan bersama Becak, Huruf C dikenalkan bersama dengan buah Ceri, huruf L dikenalkan bersama dengan tokoh kartun eLsa, huruf M dikenalkan bersama dengan eMber, dan seterusnya. Dimana pengenalan ini disesuakan dengan pelafalan hurufnya. Dan pengenalan huruf-huruf itu bersamaan dengan gambarnya. Hal ini dilakukan karena mengingat rata-rata murid lebih banyak menggunakan gaya belajar visual. Begitu pula dalam menghafalkan angka 1 sampai 10 juga dikenalkan bersama dengan gambar-gambar. Namun, dalam pengenalan angka ini ada lagunya yang menarik dan membuat murid semakin mudah menghafal angka 1 sampai 10.

Kemudian di tahun ajaran baru tepatnya di tahun 2022 bulan Juni modul baca buku SAGA perdana di launchingkan di sekolah kami sebagai modul yang dipakai dalam proses belajar membaca siswa kelas 1. Dalam perjalanan praktek sampai pertengahan semester 1 ini alhamdulillah sudah ada sekitar 32 persen dari anak kelas 1 yang dinyatakan lulus dan diwisuda dalam menuntaskan modul baca buku SAGA. Dari siswa yang sebelumnya belum lancar membaca bahkan belum hafal huruf abjad semakin meningkat kelancaran membacanya.
Adapun inisiator adanya modul baca SAGA ini adalah beliau bernama ibu Mulyani, beliau yang menginspirasi guru-guru kelas 1 termasuk saya dalam membuat buku SAGA untuk murid kelas 1 ini. Ibu Mulyani ini juga yang menyadarkan saya untuk terus belajar dan belajar. Karena guru yang baik adalah guru yang terus mau belajar.