Tips Untuk Orang Tua Dan Guru Ciptakan Generasi Unggul

Bukik Setiawan, ketua Yayasan Guru Belajar, menjadi pembicara dalam gelar wicara bertajuk “Let’s Bright Up the Next Generation” yang diadakan Astra, pada Kamis (14/7/2022).

Pada kesempatan itu, Bukik mengatakan, generasi muda saat ini memiliki keunggulan karakter berdasarkan hasil Asesmen Nasional yang diumumkan oleh Kemendikbudristek beberapa waktu lalu.

“Tantangannya adalah bagaimana kita sebagai orang dewasa, orang tua maupun guru, memberikan dukungan yang tepat pada mereka, bukan memanjakan atau menindas. Agar tidak hanya karakternya yang unggul, tapi juga kompetensinya. Untuk nantinya mereka bisa berkontribusi secara tepat dan optimal ke masyarakat,” terang Bukik.

Terkait itu, Bukik menyampaikan lima tips yang bisa dilakukan oleh guru dan orang tua. Pertama, memahami minat dan kebutuhan anak alih-alih memaksa ambisi orang tua. Pasalnya, dari lahir sebenarnya seseorang sudah memiliki minat tertentu. Namun membutuhkan waktu dan dukungan orang dewasa untuk mengenalinya.

Kedua, menumbuhkan motivasi intrinsik, yakni membantu anak untuk menikmati proses belajar. Orang dewasa, ungkap Bukik, seringkali menghancurkan motivasi ini dengan memberikan reward and punishment yang merupakan faktor eksternal.

“Yang paling penting di sini adalah, mendiskusikan “why” nya. Mengapa kita belajar sesuatu? Misalnya, mengapa butuh belajar tentang Kerajaan Majapahit di era sekarang? Seringkali langsung lari ke “what” nya. Dan sayangnya, bagian mendiskusikan “why” ini biasanya dipersepsikan oleh guru dan orang tua hanya menghabiskan waktu,” jelas Bukik.

Tips ketiga adalah melibatkan anak dalam mengambil keputusan terkait dirinya. Pendapat anak tidak harus selalu diikuti, namun mereka tetap perlu untuk selalu diajak bicara, kata Bukik.

Tips selanjutnya, penting untuk menerapkan pembelajaran yang kontekstual. Sistem pendidikan Indonesia selama ini menekankan pembelajaran tekstual untuk mendapatkan nilai bagus pada ujian. Padahal, yang dihadapi anak nantinya adalah persoalan kehidupan, bukan sekedar soal ujian.

“Kalau pembelajarannya kontekstual, ketika mereka lulus, akan relatif siap menghadapi kehidupan. Kalau sekarang kan belajar untuk ujian, ketika lulus bingung,” ucapnya.

Namun kebijakan di Kurikulum Merdeka, terang Bukik, sudah mulai mengarah pada pembelajaran kontekstual. Melalui project-based learning, anak didorong untuk mampu mencari solusi terhadap persoalan hidup di sekitarnya.

Lalu tips kelima adalah mengajak anak mengenal beragam pilihan karier sedini mungkin sesuai jenjangnya. Bukik bercerita, banyak guru mengeluh sebagian besar murid hanya bercita-cita menjadi profesi yang populer seperti polisi dan Aparatur Sipil Negara (ASN). 

“Emang pernah dikenalkan dengan beragam pekerjaan di sekitarnya? Entah pengrajin industri kecil atau pedagang, misalnya. Ketika mereka tidak tahu, ya hanya memilih karier yang populer. Padahal kita tahu, kuota untuk polisi atau ASN tidak cukup untuk menampung semua lulusan,” jelas Bukik.

Di akhir sesi, Bukik menegaskan, guru adalah kunci lahirnya generasi unggul. Pasalnya, guru adalah orang yang dididik untuk mengembangkan kompetensi suatu generasi. Tidak ada kelompok yang dididik untuk melakukan ini selain guru. 

Selain itu, guru merupakan penghubung antara murid sebagai generasi yang dididik, orang tua serta manajemen pendidikan seperti dinas dan yayasan. Apa pun yang dilakukan guru akan mempengaruhi pergerakan tiga pihak ini, jelas Bukik. (YMH)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top