KELAS BAHASA INGGRIS DI SMAN 1 CILACAP
TIC TAC BOOM GAME
Sore ini giliranku mengisi pengayaan untuk kelas tertinggi di sekolah. Kelas yang setiap hari dijejali dengan berbagai bentuk dan variasi soal-soal Ujian Sekolah. Akibatnya otak mereka jadi penat dan lamban berpikir karena memorinya diisi terlalu banyak beban hafalan.
Satu hal yang selalu didengung-dengungkan oleh para guru yang masuk kelas adalah ‘Dalam sembilan puluh hari ke depan sebuah peristiwa besar penentu nasib mereka akan terjadi! Alih-alih memberi semangat, yang terjadi justru mereka makin terbebani!’
Wajah-wajah letih menyambut langkahku memasuki kelas mereka. Dua keluhan yang kudengar menohok telingaku dengan tajam,
“Ma’am, hari ini nggak bahas soal UN lagi, kan? No more exercise, please….capek, Ma’am.”
“Iya, Ma’am…kami udah mabuk soal….tiap hari latihan terus….”
Aku hanya menjawab dengan senyuman. Kuletakkan amplop besar yang kubawa di atas meja guru tanpa mengatakan apapun. Kemudian aku mulai menggambar sebuah kotak yang sangat besar yang di dalamnya berisi petak-petak kecil yang kuberi nomor dari 1-50.
“Itu apa, Ma’am?” tanya salah satu murid yang duduk di baris kedua.
“Well, we’re going to play a game……” seruku antusias.
“Yeeeaaayyyyyy……..”Murid-muridku berteriak serempak menyambut ucapanku.”
“Game apa, Ma’am?” tanya Duta, salah seorang muridku yang berkaca mata. Tak biasanya muridku ini berkata-kata. Yang kutahu dia hanya menjawab jika ditanya olehku. Selebihnya dia menghabiskan waktunya untuk memperhatikan papan tulis atau mencatat penjelasan yang kuberikan di bukunya.
Ini berarti dengan mengucap kata ‘game’ saja, sudah banyak muridku yang tertarik untuk tahu lebih dalam, bahkan Duta si kalem pun turut penasaran dengan game’ku.
“Namanya Tic Tac Boom game,” jelasku. “Ini adalah kombinasi permainan otak dan strategi.”
“Gimana cara mainnya, Ma’am?”
“Hm…akan Ibu beri tahu, asalkan kalian mau menuruti semua aturan game ini? Gimana, setuju?”
“ Setujuuuuuuuuu…….” kompak sekali mereka menjawab. “Mereka tak tahu apa yang kutaruh di atas mejaku,” gumamku dalam hati.
Terkadang permainan memang diperlukan untuk mengurangi kebosanan di dalam kelas serta untuk meningkatkan motivasi siswa. Permainan adalah cara tepat untuk mempraktekkan beberapa kemampuan yang berbeda pada saat yang bersamaan.
Byrne (1995) defined games as a form of play governed by rules. Here, the teacher still has the authority to apply her rule to make the game contain some materials but still fun to be played by the students.
Byrne (1995) mendefinisikan games sebagai sebuah bentuk permainan yang diatur oleh beberapa aturan. Disini, guru masih punya wewenang untuk menerapkan aturannya untuk membuat permainan tersebut berisi beberapa materi sesuai keinginan guru namun tetap menyenangkan untuk dimainkan. Disinilah aku akan memberikan materi soal Ujian Sekolah dalam bentuk game yang seru untuk mereka.
“Begini nak, sebelumnya Ibu akan membagi kalian menjadi empat grup besar yang terdiri dari delapan siswa. Materi ini untuk didiskusikan dengan teman satu grup,” jelasku sambil mengeluarkan isi amplop besar yang kutaruh di atas meja.
Beberapa murid mengintip isi amplopku. Ada yang spontan berkomentar,
“ Yaaah….kok latihan Ujian Sekolah lagi? “seru mereka kecewa.
“Eh, sabar dulu..ingat perjanjian kita tadi! Katanya kalian mau nurut dengan semua peraturan game.” Aku kembali mengingatkan perjanjian awal kami.
Sambil membagikan soal UN dua tahun lalu, aku memberikan instruksi,
“Silakan kerjakan soal ini dari nomor satu sampai nomor lima puluh. Bagi-bagi tugasnya dengan anggota dalam satu grup ya…Ibu beri waktu dua puluh menit untuk mengerjakannya.”
“Terus, gimana Bu?”
“ Masing-masing grup Ibu beri tanda ♠,♣,♥,♦. Lalu masing-masing grup menunjuk satu pembicara untuk menjadi wakil kalian dalam menjawab soal.
“Itu papannya buat apa, Bu?”
“Nomor yang ada di papan mewakili nomor soal Ujian Sekolah yang kalian kerjakan. Para pembicara akan berebut tunjuk jari. Yang paling cepat, ibu tunjuk lalu pembicara itu memilih nomor yang akan ia jawab.”
“Kalau jawabannya salah, gimana Bu?”
“Kalau jawabannya salah, Ibu lempar ke grup lain yang paling cepat tunjuk jari. Jika dia berhasil menjawab, maka ibu taruh simbol grupnya pada nomor yang terjawab dengan benar.”
“Berarti kalau jawaban kami benar, simbol grup kami langsung ditulis pada nomor di kotak kecil itu ya, Bu?”
“Betul sekali!”
Kulanjutkan penjelasanku, “Untuk menang masing-masing grup harus mengumpulkan lima buah simbol berurutan secara vertikal, horizontal, ataupun diagonal. Karena itu grup yang lain harus memasang strategi untuk mengeblok lawan, agar jangan sampai lawan mengumpulkan simbol berurutan.”
“Waah…berarti kita harus memperhatikan gerakan lawan ya, Bu? jangan sampai mereka menang.” Kata Adam, salah satu pembicara di grup 3.
“Ya, benar Adam. Kamu sebagai pembicara harus jeli menangkap gerakan lawan.”
“Ok, any other question?” tanyaku pada mereka.
Sesaat sepi tak ada suara. Mereka sibuk memperhatikan papan Tic Tac Boom di hadapan mereka sambil mencocokkan nomor yang ada di soal mereka.
“If you have no question….are you ready for the game?” seruku memecah keheningan kelas.
“Yes, we are!” Balas mereka serempak dengan penuh semangat ‘45
Ronde pertama diawali dengan grup dua yang ingin menjawab soal nomor 25. Tenyata mereka bisa menjawab dengan benar, sehingga aku menaruh simbol mereka di nomor tersebut.
Grup tiga tidak mau kalah, mereka mengeblok jalan grup dua dengan menjawab nomor 15. Kemudian giliran grup satu, mereka menghalangi jalan grup dua dengan menjawab nomor 26. Terakhir grup empat , mereka menghadang dari sebelah kiri yaitu di nomor 24.
Teriakan-teriakan saling berebut menjawab pertanyaan membuat pengayaan sore itu berbeda. Masing-masing grup tidak mau timnya kalah. Karena itu mereka berbagi tugas. Ada yang mengurus strategi tim dan ada yang menjawab soal-soal Ujian Sekolah yang kuberikan. Semua murid sangat antusias untuk berpartisipasi demi kemenangan tim.
Suasana menyenangkan dan kompetitif dari game ini akan meningkatkan antusiasme siswa untuk menyelesaikan semua pertanyaan secepat mungkin untuk mengalahkan lawan. Pada saat yang bersamaan, mereka merasa tertantang untuk meletakkan simbol grup mereka di papan Tic Tac Boom.
As told by Angkana Deesri (2002), “Naturally when playing games, students are trying to win or to beat other teams for themselves or on the behalf of their team. They are so competitive while playing because they want to have a turn to play, to score points and to win.”
Seperti dikatakan oleh Angkana Deesri (2002), ‘secara natural saat bermain games, siswa akan mencoba untuk menang atau mengalahkan tim lain untuk mereka sendiri atau mewakili timnya. Mereka akan bersaing ketat saat bermain karena mereka ingin dapat giliran bermain, mendapatkan poin, dan kemudian memenangkan permainan.
Tak heran jika murid-muridku mencoba melakukan hal yang terbaik untuk memenangkan pertandingan. Bahkan, siswa paling pendiam dalam kelas kami pun tak ketinggalan unjuk gigi dalam permainan ini. Mungkin dia tak tahan mendengar teriakan teman-temannya sehingga ikut terbakar semangatnya untuk ikut bermain.
Dan saat grup empat berteriak, “TIC …..TAC…..BOOM……….” tanda mereka telah berhasil mengumpulkan lima simbol berurutan secara diagonal, tiga grup lawan hanya bisa terkesima. Mereka terkecoh dan lengah tidak menghadang grup empat dari segala penjuru.
Aku berhasil mencapai tujuan pengajaranku, yaitu mereview soal ujian sekolah dua tahun lalu. Caranya dengan bermain ‘games’ yang membuat mereka cukup sibuk dan heboh untuk menyadari, bahwa di tangan mereka ada materi yang mereka hindari selama ini.