Terapkan Merdeka Belajar, Ini Cerita Inspiratif Mahasiswa Magang

Magang Guru Merdeka Belajar merupakan program resmi Kampus Guru Cikal (KGC) yang terafiliasi dengan Kemendikbud dan Ristek. Tahun ini terdapat 107 mahasiswa keguruan dan non keguruan dai 51 perguruan tinggi yang bergabung menjadi peserta magang. Berikut beberapa cerita mereka yang menginspirasi.

Ayunda Elok: Belajar Memanusiakan Hubungan dari Murid Kelompok Bermain (KB) yang Merdeka Belajar

Cerita pertama datang dari Kak Ayunda, mahasiswa magang asal Universitas Nahdlatul Ulama Jakarta yang mendapat kesempatan praktik mengajar di Rumah Cendekia Gowa Makassar.

Selama praktik lapangan Magang Guru Merdeka Belajar, Kak Ayunda merasa senang dan tidak menemukan kesulitan. Ia merasa beruntung karena mendapat penempatan di sekolah yang sudah menerapkan merdeka belajar. Ia bahkan merasa belajar dari murid yang diajarnya.

“Mahasiswa yang mendapat penempatan di sini ada dua kelompok, yaitu KB dan TK. Saya dapat yang kelompok mengajar anak TK. Namun tidak jarang kelas KB dan TK dijadikan satu dan kami mahasiswa kolaborasi mengajar,” cerita Kak Ayunda.

Menurutnya, hal yang paling mengesankan saat Ia praktik lapangan di sekolah ini adalah bagaimana para murid sangat memiliki kepekaan satu sama lain, seperti menghidupi prinsip memanusiakan hubungan.

“Jadi yang di kelas KB itu ada tiga anak yang berkebutuhan khusus. Misalnya anak tersebut tidak ada di kelas, maka teman-temannya langsung mencari keluar kelas. Mereka takut jika terjadi sesuatu dengan temannya,” ungkapnya.

“Contoh lain saat ada teman yang jatuh, temannya langsung akan menghampiri dan bertanya ‘kamu baik-baik saja? Apakah ada yang luka?’ Jika tidak ada, ya sudah mereka akan lanjut bermain lagi,” lanjut Kak Ayunda.

Menurut Kak Ayunda, kepekaan para murid tidak lepas dari peran gurunya yang sudah merdeka belajar. Sehingga kemudian ketika murid melakukan kesalahan, mereka akan diajak berdiskusi. Akhirnya para murid tahu mana yang salah dan benar, termasuk cara berhubungan dengan orang lain.

Zainur Rohman: Menjadi Guru yang Berbeda Setelah Ikut Magang Guru Merdeka Belajar

Selain Kak Ayunda ada Kak Zainur atau akrab dipanggil Kak Ozen yang berbagi cerita pengalamannya saat ikut program Magang Guru Merdeka Belajar. Berikut cerita seru dari mahasiswa yang ditempatkan di Sekolah Cikal Serpong.

Berbeda dengan Kak Ayunda yang sudah tahu tentang merdeka belajar sebelum mengikuti magang, Kak Ozen baru tau sesaat sebelum melakukan pendaftaran. “Setelah lihat pilihan tempat magang dan menemukan KGC, aku survey ke website dan media sosial. Jadi tau kegiatannya dan merasa KGC ini jempol dua lah,” ungkapnya.

Kak Ozen mengatakan bahwa Ia banyak belajar hal baru dari magang ini bahkan mengubah mindsetnya. Sebelum mengikuti Magang Guru Merdeka Belajar, ia sudah pernah mengajar di salah satu institusi pendidikan di Banyuwangi. 

Saat itu, mahasiswa Universitas PGRI Banyunwangi ini memiliki mindset yang sama seperti guru pada umumnya, yaitu “mengajar ya mengajar saja”. Ia tidak tahu dan tidak berusaha mencari tahu bagaimana profil atau preferensi setiap murid yang Ia ajar.

“Kalau aku nggak pernah ikut Magang Guru Merdeka Belajar, setelah aku lulus nanti kemudian mengajar, maka mindset mengajarku akan seperti guru pada umumnya. Hasilnya kegiatan belajar tidak optimal dan murid tidak maksimal mengembangkan kompetensinya,” jelasnya.

Ia sangat kagum dengan konsep merdeka belajar yang melibatkan murid dalam proses pembelajaran dari awal hingga akhir. Oleh karenanya saat lulus dan menjadi guru nanti, Ia akan berusaha menerapkannya, seperti memahami gaya belajar murid dan menyesuaikannya.

Avika: Terkesan dengan Mentor Merdeka Belajar

Cerita ketiga hadir dari Kak Avika, mahasiswa jurusan PGSD yang mendapatkan tempat praktik mengajar di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.

Saat sampai di Kabupaten Sanggau dan menyaksikan sendiri cara mengajar Bu Titis, mentornya, Kak Avika mengaku sangat terkesan. “Pembelajaran yang Beliau bawakan benar-benar mencerminkan merdeka belajar. Muridnya terlihat mengalami peningkatan kompetensi lewat proyek dan media yang Bu Titis gunakan,” ungkap Kak Avika.

Ia bercerita, bahkan Bu Titis mengadakan proyek pasar kelas agar siswa belajar praktik jual beli secara langsung. Melalui cara tersebut, murid belajar bagaimana cara promosi dengan kalimat yang menarik hingga belajar menulis nota penjualan.

Bagi Kak Avika, apa yang Bu Titis lakukan sangat inspiratif untuk pendidik lainnya. Terlebih bagi dirinya sendiri yang selama masa perkuliahan tidak mendapat gambaran sama sekali bahwa cara mengajar bisa semenarik itu.

“Biasanya dosen hanya mencontohkan kegiatan yang bisa dilakukan untuk mengajar yaitu observasi secara langsung ke pasar, lalu melihat jual belinya, tanpa ada praktik langsung,” jelasnya.

Lebih lanjut Kak Avika menjelaskan bahwa ia menjadi guru yang berbeda setelah mengikuti magang ini. Sebelumnya ia pernah mengajar di tempat kursus dan hanya menyuruh muridnya mengerjakan soal yang sudah disiapkan setelah mengajar di depan kelas.

Ia juga mengungkapkan bahwa sebelumnya ia hanya akan mengajar di depan kelas kemudian murid akan mengerjakan soal sudah ia siapkan.

Hal ini ia lakukan karena menganggap murid adalah gelas kosong yang sama sekali tidak memiliki pengetahuan sebelum memulai belajar. Oleh karenanya Kak Avika juga tidak membuat kesepakatan kelas yang penting dalam pelaksanaan merdeka belajar.

“Tapi setelah dibekali tentang merdeka belajar, saya jadi melibatkan murid dalam kelas. Saya tidak lagi menganggap murid adalah gelas kosong, melainkan setengah kosong. Artinya mereka sudah memiliki pengetahuan sebelumnya tapi belum keseluruhan. Bagian yang masing kosong adalah bagian yang harus saya lengkapi,” jelas Kak Avika.

 Cerita Mentor tentang Mahasiswa Guru Merdeka Belajar

Mentor inspiratif turut melengkapi cerita perjalanan mahasiswa peserta magang. Berikut dua dari sekian banyak cerita mentor inspiratif merdeka belajar.

Guru Abdul Mujib: Saya Juga Belajar dari Mahasiswa

Guru Mujib merupakan kepala sekolah SMP Negeri 24 Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan. Ia berkesempatan menjadi mentor PKL, setelah sebelumnya juga menjadi mentor pedagogi program magang ini.

Beliau merupakan guru penggerak merdeka belajar di sekolah yang dipimpinnya. Oleh karenanya, Guru Mujib sangat antusias ketika ada mahasiswa magang merdeka belajar yang akan praktik mengajar di tempatnya.

“Ini adalah kesempatan emas untuk saya mendapatkan teman seperjalanan, untuk sama-sama mencoba pembelajaran yang merdeka belajar di kelas saya,” jelas Guru Mujib.

Tidak hanya mendapatkan teman untuk memperjuangkan merdeka belajar, Guru Mujib juga mengaku bahwa Beliau mendapat wawasan setiap bercerita dan berdiskusi dengan mahasiswa magang. Salah satu pelajaran yang Beliau ingat adalah ketika membahas mengenai asesmen.

“Ada refleksi dari salah satu mahasiswa, bahwa asesmen adalah sesuatu yang tetap menjaga langkah agar belajarnya terus berlanjut, agar mencapai tujuannya. Oleh karenanya, asesmen tidak hanya, misalnya kita uji, nilai, lalu selesai. Melainkan dari awal perjalanan belajar,” ungkapnya.

Menariknya, apa yang mahasiswa lakukan di sekolah tersebut membuat guru lain mulai penasaran dengan merdeka belajar. Sebab para guru menilai bahwa apa yang dipraktikkan oleh para mahasiswa berbeda dengan cara guru pada umumnya.

Selain itu, para mahasiswa berhasil memahami kondisi murid dan memanfaatkannya dengan baik. Seperti misalnya kondisi murid yang masih jauh dengan penggunaan teknologi. Sebab, jarang sekali ada sinyal bahkan sekitar 50% rumah muridnya belum teraliri listrik.

Hal tersebut tidak menjadi kesulitan mahasiswa beradaptasi justru membuat mereka kreatif. Mahasiswa magang tersebut menjadikan kegiatan alam sebagai salah satu  prototipenya.

“Keseharian para murid itu ya di alam, paling dekat dengan alam. Artinya aktivitas sehari-hari hampir semua dengan alam. Dan kemudian terlihat betul mereka antusias ketika mengikuti kegiatan bersama para mahasiswa,” jelas Guru Mujib.

Guru Anita: Mahasiswa Membantu Menyebarkan Prinsip Merdeka Belajar

Cerita selanjutnya datang dari Guru Anita, Wakil Kepala Pesantren Ummul Mukminin Makassar. Guru Anita menjelaskan bahwa dirinya menerima kesempatan untuk menjadi mentor Magang Guru Merdeka Belajar karena bercermin dari masa lalunya.

“Sebelum saya mengenal merdeka belajar, saya adalah guru jahiliyah. Setelah mengenal merdeka belajar, saya merasakan perubahan. Jadi saya berharap guru, calon-calon guru, atau orang yang tertarik di bidang pendidikan juga merasakan perubahannya. Jadi kita bisa bersama-sama berdampak lebih luas,” jelasnya.

Beliau menjelaskan bahwa di pesantren tempatnya mengajar masih dalam tahapan mengajak guru untuk mempraktikkan merdeka belajar. Sama seperti di SMP N 24 Hulu Sungai Tengah, kehadiran mahasiswa di pesantren ini mendorong ketertarikan guru pada merdeka belajar.

“Saya senang ketika mahasiswa sudah mulai praktik luring. Guru lain mulai bertanya-tanya seperti ‘ih apa itu Bu Anita?’, yang sebelumnya mungkin hanya melihat saya ada kegiatan, awalnya ga terlalu memperhatikan, ketika melihat ada mahasiswa-mahasiswa datang langsung pada fokus. Jadi di satu sisi, terbantu juga ada mahasiswa yg datang,” ungkap Guru Anita.

Pengaruh yang dibawa oleh mahasiswa tidak lepas dari sistem magang yang sangat apik dan sistematis dari pihak KGC. Guru Anita sangat kagum dengan KGC dalam menyiapkan Magang Guru Merdeka Belajar.

Beliau mengungkapkan bahwa sebelumnya, Pesantren Ummul Mukminin pernah menerima mahasiswa untuk praktik mengajar dari salah satu kampus di Makassar. Namun sayangnya, pihak kampus melepas mahasiswa begitu saja ke pihak pesantren.

Pada akhirnya, di awal masa praktik para mahasiswa bingung mau melakukan apa. “Mereka masuk dulu, misalnya satu-dua minggu nggak ngapa-ngapain, baru setelahnya mulai terpikirkan mau ngapain,” jelasnya.

Guru Anita sangat mengapresiasi KGC yang sudah membuat timeline lengkap sehingga kegiatan magang jadi terarah. Ia mengatakan bahwa dengan panduan dari KGC, Beliau tidak bingung mau memberi ilmu apa ke para mentee setiap minggunya. (YMH)

*5M adalah

  1. Memanusiakan Hubungan
  2. Memahami Konsep
  3. Membangun Keberlanjutan
  4. Memilih Tantangan
  5. Memberdayakan Konteks

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top