“Targetku Hari Ini” ( Menumbuhkan Mandiri Belajar Dan Swa Disiplin Anak )

“Targetku Hari ini”( Menumbuhkan mandiri belajar dan swadisiplin anak ) Oleh : Siti Rodliyah ( Guru kelas 3 SD )

“Bu, target uji coba risetku hari ini”. Begitulah ungkapan salah satu anak kelas 3 sd saat berdiskusi tentang jadwal pelaksanaan riset masing-masing. Pembelajaran berbasis riset memang tak asing di sekolah kami. Sudah kurang lebih 4 tahun kami menerapkan pembelajaran berbasis riset. Tentu kami terus berefleksi bagaimana riset bisa berdampak pada kehidupan anak. Seperti yang kita harapkan, dengan pembelajaran riset yang berangkat dari minat akan menumbuhkan semangat dan mandiri belajar anak. Belajar yang tidak hanya dituntut menyelesaikan materi, tapi benar-benar mendalami konsep sesuai pilihan risetnya. Dengan riset, produk yang dihasilkan juga diharapkan berdampak baik pada kehidupan anak dan sekitar. Di semester pertama, pembelajaran riset berangkat dari menggali masalah yang terjadi di sekitar. Kemudian anak-anak bersama guru mencari ide solusi atas masalah yang ditemukan, kemudian diperdalam dengan melakukan riset kelompok atau individu. Saat saya dan tim guru berefleksi, kami menemukan sepanjang pelaksanaan riset, anak-anak banyak yang tidak melakukan uji coba sesuai target. Memang yang saya rasakan cenderung atau dominan guru yang mengatur jadwal setiap tahapan risetnya. Saat diskusi dengan anak tentang target-targetnya, banyak anak yang tidak aktif berpendapat dan hanya mengikuti alur dari guru. Akhirnya saya dan tim guru ingin memperbaiki hal tersebut, karena anak-anak justru tidak terlihat mandiri belajarnya. Di semester 2, kurikulum di sekolah kami lebih fleksibel dalam alur pembelajaran riset. Yaitu, langkah pertama berangkat dari minat anak, baru kemudian guru mendatanya. Kemudian kami mendiskusikannya dengan anak tentang latar belakang masalahnya, lebih mengajak anak untuk memikirkan produk riset yang bisa memberikan kontribusi pada diri, orang lain, maupun lingkungan sekitar. Dalam penerapan di kelas 3, banyak anak memilih riset yang dekat dengan kehidupan sehari-harinya. Seperti membuat makanan sosis telur karena sering membeli jajanan itu dan dirasa enak. Riset memelihara ikan hias karena sehari-hari sudah memelihara ikan dan ingin diperdalam dengan mempelajari perkembangan ikan hingga bisa berbagi tips memelihara ikan hias. Riset bermain gitar karena tertarik dengan ayahnya yang bisa bermain gitar. Dan riset memperbaiki jam dinding yang rusak karena di rumah ada jam dinding yang rusak. Selain memilih judul risetnya masing-masing, anak-anak juga merencanakan target yang harus dicapai. Saya dan tim guru juga merencanakan tema dan target umum riset kelas yang kami pertimbangkan berdasarkan pilihan-pilihan riset semua anak, jadilah temanya “Lingkungan sekitar sebagai sumber belajar”. Harapannya anak-anak bisa benar-benar menjadikan lingkungan sekitar yang ditemui dalam kehidupan seharinya sebagai sumber belajarnya. Sepanjang saya membersamai anak-anak dalam proses pelaksanaan riset mereka, semester 2 ini saya cukup dibuat kagum oleh anak-anak. Mulai dari target wawancara sampai melakukan uji coba, anak-anak terlihat mandirinya menentukan tanggalnya. Saya dan tim guru hanya menyampaikan rentang waktu pelaksanaan wawancara dan uji coba. Seperti salah satu anak kelas 3 yang memilih riset sosis telur. “Bu, minggu ini saya akan menghubungi penjual sosis telur untuk wawancara”. Saya dan tim guru biasanya akan mencatat target yang sudah ditentukan anak. Begitu pun anak juga akan mencatatnya di buku risetnya. “Mas, hari ini targetmu melakukan uji coba, apakah sudah dilakukan?”, suatu hari saat saya menanyai salah satu anak. “O, iya bu. Saya targetnya nanti sepulang sekolah”. Jawabnya. Ah, senang sekali anak-anak terlihat dengan mandiri menentukan dan melakukan target-target risetnya. Perubahan yang saya rasakan dan terlihat pada proses pembelajaran riset, anak-anak lebih terlihat mandiri dalam menentukan pilihan dan langkah-langkah risetnya. Saya sebagai guru juga lebih ke membersamai proses yang dilakukan anak-anak sesuai target yang dibuat sendiri. Dan teman diskusi jika ada kendala, bukan pengendali. Selain itu, dalam proses ini anak-anak juga terlatih swadisiplinnya dalam mencapai targetnya. Sebagai pribadi, sungguh jauh lebih bermakna jika saat sekolah dulu, juga dilatih mandiri belajar dan swadisiplin sejak usia dini dengan menentukan topik belajar sesuai pilihan. Selain itu, pasti juga menyenangkan, “belajar seru sesuai pilihanku”.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top