Di ruang kelas saat belajar murid-murid saya mencoba mencari celah untuk bermain, ketika tugas belajarnya selesai mereka pun bermain lagi, bahkan hampir seluruh murid mengikutinya, dan entah siapa yang memulai permainan itu duluan, seakan mereka sudah sering memainkan permainan itu bersama-sama. Mereka bermain dengan gerakan lari lalu tiba-tiba berdiri seperti patung, hal ini hampir setiap hari saya lihat. Bahkan sambil menunggu jemputan orangtua mereka melanjutkan permainan tersebut diluar kelas. Sepertinya murid-murid sangat senang sekali dengan film tersebut sehingga dalam belajar dikelas pun film tersebut tidak hilang dalam ingatan mereka. Karena seringnya murid-murid memainkan permainan itu lalu saya menanyakan kepada mereka tentang permainan apa yang mereka mainkan. Dengan bersemangat murid-murid menjawab film “Squid Game” bu kata mereka menjawab serentak dan menjelaskan cara mainnya kepada saya.
Permainan yang dimainkan murid saya adalah film Korea yang viral di youtube “Squid Game”. Saya tidak pernah mendengar film tersebut, lalu saya mencoba searching yotube ternyata film tersebut yang menurut saya tidak cocok ditonton oleh anak-anak usia dini karena adegan film tersebut ada unsur kekerasan dan pembunuhan. Saya menyarankan agar mereka tidak menonton film tersebut, malah mereka menjawab bahwa film itu adalah pura-pura, tidak sebenarnya dan boleh ditonton karena mereka suka film tersebut. Mendengar jawaban dari murid, saya terdiam dan berpikir, bahwa saya sebagai guru tidak akan sanggup melarang murid-murid saya anak usia dini menggunakan gawai mereka. Selain kemajuan teknologi saat ini, orangtua juga banyak memfasilitasi anak dengan gadget pilihannya walau menurut saya film Squid Game itu sangat memberi pengaruh buruk terhadap pola pikir anak usia dini yang ada adegan kekerasan didalamnya.
Melihat hal ini saya tidak mau murid-murid yang saya sayangi larut dalam adegan kekerasan film yang mereka sukai. Saya bawa film yang mereka sukai itu kedalam kelas dengan memberikan nuansa edukatif didalamnya. Permainan yang saya beri judul “Squid Game Kata” dengan mengembangkan 6 aspek perkembangan anak usia dini agar unsur kekerasan yang ada pada film tersebut terminimalisir sehingga murid-murid menyadari bahwa permainan Squid Game Kata yang dilakukan disekolah juga sangat menyenangkan. Pada permainan ini saya akan mengembangkan Kompetensi Dasar aspek bahasa 3.12 mengenal keasaraan awal melalui bermain dan 4.12 menunjukkan kemampuan keaksaraan awal dalam berbagai bentuk karya, dengan mengembangkan aspek perkembangan lainnya yaitu nilai agama dan moral, fisik motorik, sosial emosional, kognitif dan seni.
Permainan Squid Game Kata adalah permainan mencari kartu huruf sesuai dengan kata yang sudah ditentukan. Murid dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 orang murid dan setiap kelompok ada satu ketua kelompoknya. Dalam permainan ini juga ada boneka yang akan menjaga dan mengamati anggota dalam mencari huruf-huruf serta berlari membawa huruf itu ketempat tujuan untuk disusun. Yang akan menjadi boneka adalah murid yang sudah mengenal huruf-huruf dan sudah dalam tahap pra membaca. Anggota kelompok akan berhenti dan menjadi patung jika boneka telah selesai menyanyikan/menyebutkan kalimat dalam bahasa Korea “mugunghwa kkoci pieot seumnida” kalimat serupa yang disebut oleh boneka dalam film Korea Squid Game karena kalimat itu sangat menarik bagi anak-anak, yang artinya bunga yang sedang bermekaran.
Setiap kelompok diberi 4 kata sesuai tema pembelajaran hari itu, dan setiap kelompok memilih kata yang mana terlebih dahulu akan dicarikan huruf-hurufnya. Anggota kelompok bekerja sama mencari huruf, setiap anggota akan mencari huruf yang di tentukan oleh ketua kelompok sehingga setiap anggota kelompok bertanggung jawab mencari satu huruf yang ada pada kata yang sudah ditentukan tadi. Jika ada anggota yang tidak menemukan huruf atau tidak mengenal huruf maka teman yang lain akan membantu mencarikannya. Setelah kelompok menemukan huruf, semua murid akan berlari untuk menyusun huruf tersebut ke tempat yang dituju. Boneka akan menyebutkan kalimat “mugunghwa kkoci pieot seumnida” sambil menutup muka dengan menghadap kedinding, setelah itu boneka akan menoleh kebelakang memastikan anggota yang berlari membawa huruf tersebut berhenti seperti patung dan jika ada yang bergerak anggota akan kembali keposisi awal mereka. Boneka melanjutkan bernyanyi sedangkan anggota kelompok akan berlari sekencangnya untuk sampai ketujuan dan boneka akan menoleh kebelakang setelah lagunya selesai memastikan anggota bergerak atau tidak, hal ini dilakukan terus sampai anggota kelompok sampai ke tujuan untuk menyusun kartu-kartu huruf sesuai dengan kata yang di dapat masing-masing kelompok. Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan 4 kata yang didapat oleh kelompok lalu boneka akan memeriksa apakah huruf-huruf yang di susun sudah sesuai dengan kata, jika belum anggota kelompok akan mencari kembali huruf yang benar sesuai huruf pada kata denagn berlari sambil boneka bernyanyi mngucacapkan kalimat“mugunghwa kkoci pieot seumnida” lagi. Permainan selesai jika huruf-huruf yang dipilih sudah dinyatakan benar oleh boneka.
Dalam memainkan permainan Squid Game Kata ini murid-murid tampak senang sekali. Meniru gerakan yang tiba-tiba harus berhenti bergerak seperti patung dan kalimat yang diucapkan oleh boneka adalah hal menarik yang disukai anak pada permainan tersebut. Dalam mencari huruf-huruf dan menyusun huruf menjadi kata adalah kegiatan kerjasama yang baik antar anggota kelompok. Murid saling mendukung dan membantu pada saat teman nya tidak dapat menemukan huruf-huruf yang menjadi tanggung jawabnya. Ada huruf yang tebalik saat menyusun kartu huruf menjadi sebuah kata, namun teman yang lain dapat membetulkan nya. Keseruan dalam permainan ini tampak pada wajah murid-murid saya dengan permainan dari film yang mereka sukai yang selalu mereka mainkan sebelumnya, sehingga mengenal dan menunjukkan keaksaraan awal dalam bentuk karya melalui bermain dapat dilakukan dengan menyenangkan dan bermakna.