Sosiologi Tanpa Hafalan, Ini Cara Guru Asal Jambi Mengajar

Pelajaran IPS identik dengan hafalan. Hal itu menjadi keresahan Rohana Uli, guru sosiologi SMA Negeri 6 Jambi. Menurutnya, belajar sosiologi dengan hafalan bukan cara yang baik karena murid tidak benar-benar paham apa yang dipelajari. 

“Di dalam pelajaran sosiologi itu banyak sekali konsep, dulu ketika kuliah saya juga kebingungan, saya tidak mau murid saya mengalami hal yang sama. Apalagi tidak semua suka menghafal. Belajar sosiologi itu harus belajar melalui pengalaman hidup,” kata Uli, sapaan akrabnya.

Uli lantas merancang pembelajaran yang secara utuh melibatkan pengalaman murid sehari-hari. Contohnya saat materi pola sosialisasi yang di dalamnya ada pembahasan parenting

Awalnya, Uli meminta muridnya menceritakan pola asuh orangtuanya masing-masing. Melalui berbagai pertanyaan yang reflektif, pada tahap ini murid sebenarnya sedang berusaha memahami hidupnya sendiri.

Kemudian murid mendapatkan lembar kerja yang dapat digunakan untuk menguraikan detail pola sosialisasi tersebut. 

“Misalnya ketika orangtua menerapkan aturan, apakah orangtua mengkomunikasikan terlebih dahulu? Jika tidak berarti ini pola sosialisasi represif. Lalu ketika anak melakukan pelanggaran seperti apa reaksinya?,” jelas Uli saat jadi pembicara di Temu Pendidik Nusantara 9 pada Selasa (4/10/2022).

Dari informasi yang sudah tersusun pada lembar kerja, murid akan menyimpulkan sendiri seperti apa pola sosialisasi orangtuanya.

Setelah itu Uli membimbing murid-muridnya untuk merefleksikan dampak positif dan negatif yang dirasakan. Sehingga murid bisa memetakan tindakan pengasuhan seperti apa saja yang baik dan yang buruk,

“Pola yang berdampak buruk, kalau tidak diselesaikan bisa terbawa jadi pola asuh mereka kedepan. Ketika mereka jadi orang tua nanti, ini yang mereka rekam dan akan mereka wariskan ke anak mereka,” terang Uli yang merupakan alumnus Wardah Inspiring Teacher.

“Pada dasarnya pembelajaran sosiologi itu mempersiapkan murid-murid kita untuk peran masa depan. Maka kita harus memperbaiki apa yang salah ketika proses-proses kehidupan sebelumnya, termasuk hal ini adalah parenting,” lanjutnya.

Uli menegaskan, pembelajaran seharusnya bisa bermanfaat untuk kehidupan murid. Murid juga akan antusias belajar jika merasa apa yang mereka pelajari bisa membantu menyelesaikan masalah mereka di kehidupan sehari-hari.

Untuk diketahui, Wardah Inspiring Teacher merupakan program pengembangan kompetensi guru hasil kolaborasi PT Paragon Technology and Innovation dan Yayasan Guru Belajar.

Pekan Temu Pendidik Nusantara 9 masih berlangsung hingga 8 Oktober mendatang. Ratusan pembicara dari beragam latar belakang akan berbagi inspirasi mengajar dan pengembangan karier. (YMH)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top