Sekolah tempat saya mengajar di UPTD SMP Negeri 3 Sinjai, Kecamatan Sinjai Barat telah menerapkan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100% di kelas yang sebelumnya Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT). Jumlah siswa di kelas jauh lebih banyak dan tingkat kesulitan dalam mengelola kelas semakin meningkat. Saya sebagai guru tentunya ingin agar peserta didik saya antusias untuk mengikuti pelajaran yang saya bawakan, ingin menjadi guru kekinian abad 21 yang memanfaatkan teknologi dalam proses belajar mengajar di kelas, dan ingin pembelajaran yang saya sampaikan tertata dengan baik. Untuk menerapkan hal tersebut, saya meminta peserta didik untuk membawa smartphone ke sekolah. Namun kendala yang saya hadapi begitu pun guru lain adalah adanya sekelompok peserta didik yang sering menyalahgunakan smartphone-nya di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah. Misalnya, bermain game atau nonton aplikasi streaming disaat gurunya sedang mengajar di dalam kelas, menonton film dewasa bersama temannya di kelas, dan bahkan memicu adanya pencurian dari kalangan siswa sendiri. Menemukan masalah seperti ini membuat kita dilema dalam penerapan pembelajaran berbasis digital di sekolah. Di satu isi kita ingin pembelajaran yang kita bawakan mengikuti perkembangan zaman dan menyenangkan, namun disisi penyalahgunaan smartphone di sekolah marak terjadi. Sebagai guru TIK saya dituntut untuk memiliki inisiatif dan mencari alternatif agar pembelajaran berbasis digital yang menyenangkan dan kekinian tetap terlaksana walau tanpa meminta siswa membawa smartphone ke sekolah.
Saya mencoba memanfaatkan chromebook bantuan TIK dari pemerintah yang awalnya hanya digunakan pada saat pelaksanaan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK). Untuk menggunakan chromebook tersebut, hanya bisa dibuka dengan akun pembelajaran dari pemerintah.
Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi telah mengeluarkan Peraturan Sekretaris Jenderal (Persesjen) Nomor 18 Tahun 2020 tentang Petunjuk Teknis Pemanfaatan Data Pokok Pendidikan untuk Akun Akses Layanan Pembelajaran yang kemudian direvisi menjadi Persesjen Nomor 16 Tahun 2021. Akun akses layanan pembelajaran inilah yang kemudian kita kenal dengan akun belajar.id. Akun layanan yang diberikan secara gratis dan menyeluruh untuk peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, penilik sekolah, pamong belajar, hingga dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota.
Menggunakan chromebook dan akun belajar.id saya mencoba menerapkan Smart Digital Learning (SDL) di sekolah. Kekhawatiran akan penyalahgunaan dan akses peserta didik terhadap konten negatif dalam berinternet bisa teratasi karena dalam system chromebook aksesnya telah dibatasi. Akses pencarian konten negatif telah diblokir, play store tempat mendownload game di nonaktifkan, dan masih banyak lagi pembatasan-pembatasan yang diterapkan sehingga chromebook tersebut hanya bisa digunakan dalam proses belajar mengajar. Dalam penerapan SDL di kelas, saya menggunakan aplikasi pembelajaran dari akun belajar.id yang berbasis Google Workspace for Education. Dimulai dengan menggunakan Google Classroom sebagai kelas digital, tempat materi ajar saya unggah, tempat siswa berdiskusi jarak jauh ketika mereka sudah berada di rumah masing-masing, tempat mengerjakan dan mengumpulkan tugas, kuis, dan masih banyak fitur lainnya. Saat di sekolah mereka belajar menggunakan chromebook beserta akun belajar.id-nya, dan saat di rumah atau dimana saja di luar sekolah mereka bisa mengakses aplikasi google classroom melalui smartphone-nya. Saya sebagai guru juga dengan mudah bisa memantau tugas dan hasil evaluasi di mana saja dan kapan saja tanpa harus membawa tumpukan buku dan kertas saat ingin memeriksa tugas dari peserta didik. Sesekali untuk menguji pemahaman peserta didik saya juga biasanya menggunakan aplikasi gamifikasi pihak ketiga seperti quizizz, kahoot, wordwall, mentimeter, dan lain-lain yang juga terintegrasi dengan google classroom.
Setelah menerapkan strategi SDL di kelas, pembelajaran di kelas saya lebih kekinian dan menyenangkan. Peserta didik jadi lebih akrab dan terbiasa menggunakan chromebook beserta aplikasi pembelajaran yang ada pada akun belajar.id. Setiap pembelajaran akan saya akhiri biasanya mereka meminta untuk menambah durasi dan tidak ingin pembelajaran di mata pelajaran yang saya bawakan segera berakhir. Atau setiap saya melintas di hadapan mereka, mereka selalu bertanya “kapan lagi bapak mengajar di kelas saya? Sudah tidak sabar kami mau diajar lagi oleh Bapak”. Mendengar respon seperti itu saya merasa di titik inilah saya bangga jadi guru, yang selalu dirindukan oleh peserta didik. Kedepannya saya akan terus mengembangkan strategi yang lebih bervariasi di topik pembelajaran yang lain.