Sistem Pembelajaran Bahasa Inggris: Praktik Langsung Wawancara Kerja

Perkembangan zaman pada saat ini, menuntut persiapan baik dari segi kemampuan hardskill dan softskill dari setiap siswa. Sekolah berkolaborasi dengan dunia industri untuk menyamakan persepsi dan kebutuhan dalam dunia kerja. Setiap segi pembelajaran, para guru diharapkan mampu menyajikan materi pelajaran yang bersinergi dengan perubahan masa kini. Dan guru juga dibekali dengan peningkatan kompetensi baik dari strategi pembelajaran, asesmen, dan refleksi. Selain menyiapkan perangkat pembelajaran, guru perlu memahami capaian pembelajaran yang diharapkan mampu memenuhi target pendidikan.

Kilas balik tentang sistem pembelajaran sebelum munculnya kebijakan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Para calon guru yang sedang menempuh pendidikan pada bidang fokus yaitu keguruan dan mata pelajaran tertentu. Mereka dibekali keahlian seperti memahami metode pengajaran yang bervariasi, membuat pedoman mengajar, membuat sistem penilaian dan evaluasi serta melaksanakan tugas tambahan dari sekolah seperti pembimbing ekstrakurikuler. Metode pembelajaran disesuaikan dengan jenjang pendidikan yaitu Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan. Tentu saja dengan latar belakang siswa yang berbeda, membuat guru harus ekstra keras membuat pembelajaran dapat dipahami oleh siswa.

Khususnya pada jenjang SMK, pembelajaran disesuaikan dengan tuntutan program studi dan capaian pembelajaran yaitu pengetahuan dan keterampilan. Kemampuan dalam meningkatkan kemandirian belajar, inovatif, kreatif dan solutif mempengaruhi siswa dalam pemenuhan Hardskill dan Softskill. Tentu saja, hal ini bukan hanya berfokus pada satu guru tetapi semua pihak yang terlibat dalam pengembangan karakter dan keterampilan para siswa. Seperti contohnya, pada mata pelajaran Bahasa Inggris pada jenjang SMK kelas 12. Sistem pembelajaran Bahasa Inggris tidak lagi sama pada saat di kelas 10 dan 11. Karena pada tingkat, siswa diminta untuk bernalar dan berpikir kritis untuk memilih tahap selanjutnya. Mereka dihadapkan dengan 3 pilihan yaitu melanjutkan pendidikan, bekerja atau berwirausaha. Dan apakah mereka sudah siap untuk itu? Tentu saja hal ini dikaitkan kembali dengan refleksi saat mengikuti kegiatan belajar dan mengajar.

Menganalisa kebutuhan siswa pada tingkat tinggi, mengharuskan guru berpikir keras untuk menyajikan sistem pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Divisi kurikulum di sekolah memfasilitasi kebutuhan guru dan memberikan kebebasan dalam mengembangkan pembelajaran dan mengintegrasikan dengan kebutuhan siswa. Dengan begini, maka proses pendidikan di sekolah saling berkolaborasi, bersinergi dan mewujudkan visi dan misi pendidikan. Guru mata pelajaran Bahasa Inggris mengembangkan materi dalam perangkat pembelajaran pada setiap poin indikator di dalamnya. Pada saat materi menulis surat lamaran kerja atau Application Letter, guru menyajikan materi tidak hanya slide presentasi, tetapi menampilkan video tutorial, berkolaborasi dengan rekan guru beda mata pelajaran, memberikan pendampingan penulisan surat lamaran kerja dari versi Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris, dan dilanjutkan dengan wawancara kerja atau Job Interview. Guru meyakini bahwa praktik langsung mampu memberikan siswa pemahaman bukan hanya sekedar berlatih menulis, tetapi juga berdialog dan menunjukkan kemampuan pada saat wawancara kerja berlangsung. Hal ini benar-benar sangat membantu siswa dalam meningkatkan kemandirian, rasa percaya diri, dan termotivasi untuk menjadi lebih baik.

Karena mempelajari bahasa bukan sekedar teori tetapi perlu praktik nyata agar membekas dalam ingatan dan menjadi pengalaman pribadi. Mengasah kemampuan siswa tidak terlepas dari kesepakatan bersama bahwa tujuan dari wawancara kerja bukan untuk mencari siapa yang memiliki kemampuan bahasa terbaik melainkan bagaimana siswa mempersiapkan diri untuk menghadapi dunia kerja atau bahkan merekalah yang akan menduduki posisi untuk mewawancari orang lain. Sekolah sangat mendukung para guru yang ingin melakukan praktik langsung meskipun itu memerlukan waktu yang cukup lama. Tetapi, kesediaan seorang guru dalam melayani dan ikhlas berbagi itu menjadi poin penting bagi siswa. Karena kita tidak pernah mengetahui kapan dan dimana kemampuan ini akan digunakan. Dan satu hal yang perlu diingat, mengajar bukan sekedar menyampaikan materi ajar, tetapi menuntun dengan tulus.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top