Sekolahku Cantik Karena Kemitraan

“Sekolahku Cantik Karena Kemitraan

Oleh: Edy Syukri, S.Pd.,M.Pd

Kepala Sekolah SD Negeri 37 Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan

Awal

Sekolah dibuat dengan tujuan jadi tempat yang efektif untuk belajar. Namun sayangnya banyak siswa yang kadang malas berangkat ke sekolah. Ada beberapa alasan mengapa siswa malas ke sekolah, misalnya karena menurutnya gurunya killer, merasa tidak nyaman di sekolah karena sekolahnya kurang menarik, tidak cantik katanya, fasilitas sekolah yang tidak keren, dan lain sebagainya. Agar siswa dapat betah di sekolah, maka saya selaku kepala sekolah harus berinisiatif agar  fasilitas di sekolah seunik mungkin agar suasana belajar jadi menyenangkan. Minimal, membuat seluruh sudut sekolah rapi dan bersih. Dan hal yang paling saya impikan adalah membuat taman di halaman sekolah yang dipenuhi dengan bunga-bunga sehinga sesekali murid bisa melihat tanaman hijau di taman tersebut saat mereka capek belajar di  kelas. Atau saat jam istrahat, murid-murid dapat duduk santai di taman.

Tantangan

Untuk mewujudkan apa yang menjadi cita-cita saya dalam pembuatan taman di sekolah tidak semudah dengan membalikkan telapak tangan dikarenakan untuk membuat taman bunga tentu membutuhkan anggaran yang banyak, sedangkan sekolah kami yakni SD Negeri 37 Bua yang terletak di Kecamatan Tellulimpoe tidak memiliki anggaran yang memadai. Satu-satunya sumber keuangan sekolah adalah Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Jumlah murid kami yang hanya 95 orang dari 6 kelas sangat mempengaruhi banyaknya dana BOS yang diterima oleh sekolah kami. Kurangnya dana BOS yang ada tidak bisa cukup untuk membiayai pembangunan taman bunga yang kami impikan.

Aksi

Karena keinginan saya yang sangat besar untuk mewujudkan pembangunan taman bunga di sekolah kami, maka saya berpikir mencari cara untuk mewujudkannya melalui jalur kemitraan. Dukungan penuh dari komite sekolah terhadap apa yang menjadi program sekolah kami membuat saya sebagai kepala sekolah semakin bersemangat. Bersama dengan Komite Sekolah  saya menemui Kepala Desa Bua, sebagai pemerintah di lokasi sekolah kami dan beberapa Alumni dari Sekolah kami yang telah berhasil untuk mensosialisasikan program tersebut dengan harapan Kepala Desa dan para Alumni dapat memberikan bantuannya dalam rangka mewujudkan pembangunan Taman Bungan Impian tanpa terikat oleh  apapun. Alhamdulillah, usaha kami tidak sia-sia karena Kepala Desa  dan Alumni  bersedia memberikan bantuannya sehingga Taman yang sudah lama saya impikan sudah dapat dinikmati oleh seluruh warga sekolah SDN 37 Bua.

Perubahan

Taman bunga di sekolah kami telah jadi dengan desain yang indah dan telah dipenuhi dengan bunga-bunga yang asri telah mempercantik halaman sekolah  kami sehingga membuat siapa pun yang melihatnya pasti merasa nyaman, termasuk murid-murid kami yang membuat mereka senang berada di sekolah. Kondisi sekolah yang demikian membuat guru makin semangat mengajar karena murid yang selama ini kurang tertarik hadir di sekolah pada jam pelajaran menjadi rajin ke sekolah dan merasa senang menikmati keindahan taman itu. Hasil belajar muridpun meningkat. Hal ini diungkapkan oleh para guru, salah satu diantaranya Pak Yusuf guru kelas IV “Alhamdulillah Pak, sejak ada taman bunga di sekolah Aswar yang dulunya jarang ke sekolah menjadi betah belajar di sekolah, nilainya juga ada peningkatan dibandingkan sebelumnya.” Bukan hanya guru, murid juga menyatakan kesenangan dan kebahagiaannya sekolah di SDN 37 Bua. Perasaan mereka sering diungkapkan Ketika jam-jam istrahat dan saya sempatkan jalan-jalan ke taman dan menemui mereka sedang bercengkrama dengan teman-temannya di sana. Saya tanya, “Aga ta jama keddi nak? (sedang apa di sini nak?)” Mereka jawab, “Iye, istrahatki tawwe Puang, mapace to di ita eddi bunga-bungae Puang. (lagi istrahat sambil menikmati taman bunga pak. Bunga-bunganya cantik).”  “Apa kalian suka dengan bunga-bunga itu?” Tanya saya penuh selidik. “Ya pak, buat kita makin suka pergi ke sekolah”. “Iye Puang, Aswar selama ada taman ini, tidak pernahmi tidak hadir di sekolah Puang.” Ya, begitulah percakapan saya dengan murid yang memang karena berada di pedesaan sehingga Bahasa bugisnya sebagai Bahasa ibu di daerah itu sangat kental sehingga Bahasa yang saya gunakan memadukan Bahasa bugis dan Bahasa Indonesia, hitung-hitung sekaligus juga berupaya tetap menghidupkan Bahasa lokal yang jika tidak sering mereka gunakan bisa-bisa punah ditelan zaman, sebuah asset daerah yang perlu dijaga kelestariannya.

Demikianlah Taman Bunga, taman impian saya sekian lama. Cantik nan asri hasil kolaborasi dengan mitra telah berdampak luas baik terhadap peningkatan  minat murid ke sekolah maupun hasil belajarnya.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top