Salah satu kekhawatiran orang tua saat pembelajaran daring ialah anak lebih sibuk bermain media sosial daripada belajar pelajaran sekolah. Hal ini justru dimanfaatkan oleh Virandy Putra, guru SMA Negeri 1 Sijuk, Belitung. Virandy mengajar melalui Instagram, sesuatu yang tidak pernah Ia bayangkan sebelumnya.
Ide tersebut tidak muncul begitu saja, namun hadir dari keresahan. Banyak muridnya yang absen saat pembelajaran daring. Padahal meskipun tidak bisa tatap muka selama pandemi, Ia tetap harus memberikan pembelajaran yang bermakna untuk murid-muridnya.
“Awal pandemi, banyak murid di sekolah saya yang tidak mau ikut kelas daring. Sedikit yang hadir di setiap pertemuan. Mereka mengeluhkan kapasitas gawai yang tidak mumpuni untuk menginstall berbagai aplikasi untuk belajar,” jelas Virandy.
Guru yang aktif menjadi desainer grafis di Surat Kabar Guru Belajar tersebut akhirnya berusaha menganalisis perilaku muridnya untuk mencari ide. Ternyata banyak murid yang sering menggunakan media sosial untuk belajar seperti belajar dari YouTube maupun Instagram.
Berbekal hasil pengamatannya, Virandy memberanikan diri untuk membuat kelas di Instagram. Ia membuat konten pelajaran yang diunggah di feed. Murid dapat mengakses konten tersebut tanpa batas waktu yang Ia tentukan. Jika ada pertanyaan, mereka bisa langsung menanyakan di kolom komentar.
“Menurut saya, fitur-fitur di Instagram keren. Jadi sayang sekali kalau tidak dimanfaatkan untuk belajar,” tutur Virandy.
Tidak hanya mengunggah konten di feed, Virandy juga mengadakan kelas sinkron dengan IG Live. Sebelum memulai kelas, murid dapat mengisi daftar presensi yang tautannya sudah Ia letakkan di bio akunnya.
Setelah kelas melalui IG Live, Virandy membuat kuis dengan fitur yang ada di story. Agar semakin menarik, kuis nya Ia desain menggunakan Canva. Ia tidak menyangka, semua muridnya sangat antusias mengikuti IG Live maupun mengerjakan kuis yang sudah disiapkan.
“Fitur kuis dalam Instagram membantu saya dalam proses asesmen. Statistik atau analisis butir soal bisa saya lihat melalui fitur tersebut. Penggunaan fitur kuis juga memudahkan saya menyimpan hasil penilaian,” tukasnya.
Hal ini yang sering terlewatkan oleh guru adalah membuat proses pelajaran dengan sangat canggih, namun ternyata tetap tidak berhasil mendorong antusias murid karena bagi murid belum tentu itu adalah hal yang menarik. Virandy mengatakan, kuncinya adalah melibatkan murid dalam proses pemilihan cara dan media. (YMH)
Praktik baik Virandy telah diliput oleh beberapa media massa daerah maupun nasional, sebagai berikut;
1. Kumparan, klik di sini
2. Detik.com, klik di sini
3. Waspada.id, klik di sini
4. Tugu Malang, klik di sini