Sambut PTM dengan Literasi Lapangan
By:
Nur Jannah, S.Pd
Guru kelas 4 SDN KALIBARU 03
Jakarta, 27 Juni 2022
Suatu hari di kelas saya, pada saat jam pelajaran PTM Terbatas berlangsung.
“Maaf, sekarang jam berapa, Bu?” tanya murid saya.
“Baru jam sembilan, kenapa?” tanya saya bingung.
“Ah, jam sepuluh masih lama,” jawab murid itu lagi dengan mengetuk-ngetukkan pulpennya di atas meja. Wajahnya tampak sangat bosan.
Setelah hampir 2 tahun PJJ, sekolah saya barulah menjalankan aktifitas PTM pada pertengahan semester ganjil tahun ajaran 2021/2022. Itu pun belum 100%. Anak-anak masuk hanya dari jam 6.30-10.00 WIB. Tidak mudah membangkitkan kembali semangat anak dalam pembelajaran di kelas. Anak-anak tampak tak bergairah saat diminta untuk menanggapi pelajaran dengan serius.
Anak tampak malas membaca, malas diminta mengunjungi perpustakaan, tidak betah berlama-lama di sekolah. Seolah-olah ada sesuatu yang lebih menarik di rumah. Mungkin di rumah mereka bisa lebih santai, rebahan, nonton televisi atau main game.
Sementara itu saya sebagai guru harus meminimalisir learning loss. Sejak Pandemi awal 2020 dan siswa melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), banyak momen penting yang hilang. Sekolah harus membawa anak kembali pada pembelajaran tatap muka dengan tuntutan ketercapaian kurikulumnya, meskipun hanya ketercapaian minimal.
Saya pun merasa bingung dan berusaha mencari solusi. Saya gunakan metode-metode baru dan media-media yang beragam dalam pembelajaran di kelas. Namun, hasilnya tidak signifikan. Anak-anak hanya tertarik pada “bermainnya” saja, tetapi kurang berminat pada inti materinya. Selain murid, saya juga sebagai guru jadi stress dan cukup terbebani dengan penggunaan metode dan media yang terlalu beragam tetapi kurang berhasil tersebut.
Lalu saya ingat bahwa Gerakan literasi sekolah sangat baik diadakan bagi siswa-siswi sekolah dasar. Terbukti mampu memberi nilai-nilai positif seperti membangun daya imajinasi, menampung daya kreatifitas, menumbuhkan cinta ilmu, menyalurkan minat dan bakat, dll.
Maka saya meminta kepala sekolah untuk membentuk Tim Literasi Sekolah lalu membuat program kokurikuker yang bisa diikuti oleh seluruh siswa demi membangkitkan semangat mereka sebelum belajar. Salah satunya adalah program mingguan yaitu literasi lapangan.
Apa itu literasi lapangan? Hmmm … apa ya? Lanjut deh biar paham, hehehe.
Setiap Rabu, anak-anak dari kelas 1-6 tidak langsung masuk ke kelas untuk belajar dan berhadapan dengan materi, melainkan duduk di lapangan membawa buku cerita masing-masing.
Kegiatan Literasi Lapangan dibuka dengan bernyanyi bersama, lalu tepuk-tepuk serta guru menyampaikan berbagai permainan kecepatan berpikir, seperti sambung kata, tebak kata, teka-teki lucu, dan juga permainan ice breaking.
Setelah itu siswa menampilkan kebolehan masing-masing sesuai urutan kelasnya. Misal Minggu kesatu yang tampil adalah siswa kelas 1 dan 2. Minggu berikutnya kelas 3 dan 4. Minggu berikutnya lagi kelas 5 dan 6. Penampilan diserahkan sesuai keinginan mereka, misal mau tampil membaca puisi, menyanyi, menari, beladiri, beatbox, bermain peran atau bahkan melawak.
Lalu apa lagi? Gitu doang? Eh, ada lagi loh. Let’s cekidot …, awas kejedot!
Kemudian mereka diberi waktu 10 menit untuk membaca atau mengamati bukunya masing-masing lalu 10 menit berikutnya siswa diminta untuk menceritakan isi bukunya. Selain menyampaikan kembali isi buku (retelling), siswa juga boleh read aloud.
Untuk siswa dengan penampilan terbaik akan memperoleh selempang “Duta Literasi Sekolah” di Minggu ini, sehingga setiap kelas berlomba untuk menampilkan kreasi terbaiknya. Dan siswa tampak antusias saat mengikuti kegiatan Literasi Lapangan ini.
Dengan kegiatan Literasi Lapangan, siswa kini menjadi aktif, kreatif dan gembira sekaligus bersemangat saat menerima pelajaran di kelas. Mereka juga jadi lebih termotivasi untuk menambah pengetahuan baru dengan cara rajin mengunjungi perpustakaan sekolah, senang berdiskusi dan mau membaca buku.
“Seneng Bu, nggak bosen di kelas melulu,” ucap Siti Salamah, salah satu murid saya.
Selain itu, orang tua murid pun serta masyarakat sekitar menyambut baik kegiatan tersebut. Karena anak tampak semakin pintar, baik dari sisi literasi maupun penampilan.
“Alhamdulillah, saya senang sekali Zabir sekarang berani tampil. Dulu dia pendiam sekali di sekolah tapi sekarang mau unjuk diri. Dia sekarang jadi banyak prestasinya, Bu,” ucap bunda Zabir, salah satu wali murid kelas 5 B.
“Kegiatan ini bagus sekali ya. Saya kalau Rabu pagi sengaja datang dan melihat dari pagar sekolah cuma untuk melihat penampilan-penampilan anak-anak. Bagus-bagus sekali dan hebat, pintar!” ujar ketua RT setempat.
Guru-guru pun semakin semangat dalam berkolaborasi melaksanakan literasi lapangan.
“Minggu depan saya mau ikut tampil bersama murid untuk main drama Si Malin Kundang,” ujar Pak Guru Sudrajat dari kelas 2.
“Saya nyanyi bersama anak murid saya ya Bu,” ucap Bu Guru Fitri dari kelas 6.
Semoga dengan kegiatan Literasi lapangan, kita bisa pulihkan kembali pendidikan.
