(Revisi) Mengenal Murid & Memaksimalkan Pembelajaran Dengan 3 Bentuk Asesmen

TEMA: ASESMEN

Mengenal Murid & Memaksimalkan Pembelajaran dengan 3 Bentuk Asesmen

Awal:

Dalam setiap kegiatan pembelajaran, interaksi dan komunikasi sangatlah penting untuk terjadi dan berlangsung secara intens. Akan sangat sulit bagi guru untuk memancing perhatian murid dan memperikan pemahaman kepada murid jika belum mengenal murid dan kebutuhan murid. Terlebih dalam pembelajaran Bahasa Inggris dimana murid diharuskan menguasai 4 kemampuan dasar yaitu Berbicara (Speaking), Mendengar (Listening), Membaca (Reading), serta Menulis (Writing); akan sangat sulit mengembangkan dan melatih sekian banyak individu sekaligus.

Setiap murid adalah unik, mereka memiliki ciri khas dan metode belajarnya masing – masing. Kegiatan pengukuran tingkat kemampuan murid pada awal sangatlah penting agar nantinya dapat menyusun metode dan model pembelajaran yang sesuai dan menarik. Namun yang terjadi dilapangan, terkadang guru hanya fokus pada penyelesaian materi yang kurang memperhatikan kebutuhan murid. Pembelajaran yang monoton dan perubahan kebijakan serta kurikulum yang membingungkan guru menjadi faktor tambahan yang membuat murid kurang diperhatikan dan bukan menjadi fokus utama guru.

Sangatlah penting untuk dilakukan kegiatan pengenalan awal dan pengembangan diri secara terus menerus selama proses pembelajaran berlangsung agar murid dapat terus berkembang dan memperbaiki diri. Lalu metode apa yang harus diterapkan untuk mengetahui kebutuhan tersebut serta dapat memaksimalkannya sesuai keunikan masing – masing murid?. Hal ini yang saya hadapi dan telah coba saya terapkan pada mahasiswa semester 2 di Universitas Muhammadiyah Surakarta program kelas internasional dan di Universitas Muhammadiyah Kendal Batang. Kegiatan tersebut berupa asesmen diagnosis, formatif serta sumatif yang diterapkan selama proses pembelajaran. Dengan tujuan agar murid dapat menguasai 4 kemampuan dasar tersebut dan menerapkannya dalam praktik sehari – hari.

Tantangan:

Kegiatan asesmen yang sering dianggap sebagai tes atau ujian, terkadang membuat murid merasa takut dan panik saat diterapkan. Asesmen diagnosis pada awal pembelajaran, formatif yang dilakukan bertahap dan berkala selama proses pembelajaran, serta sumatif pada akhir suatu kegiatan; dapat meningkatkan kemampuan murid pada suatu materi atau bidang keahlian. Prasangka dan sugesti yang merebak pada kalangan siswa tentang kesulitan belajar menggunakan Bahasa Inggris serta anggapan bahwa Bahasa Inggris sulit, menjadi momok tersendiri yang menjadi kendala dan halangan bagi murid untuk berkembang. Kesadaran akan kebutuhan Bahasa Inggris masih belum sepenuhnya disadari oleh generasi muda. Penggunaan metode dan media pembelajaran yang variatif, menarik, serta menginspirasi murid menjadi sangat diperlukan agar murid tertarik dan termotivasi untuk belajar dan menguasai Bahasa Inggris dengan baik.

Aksi:

Tahap awal dalam pembelajaran adalah mengenali kebutuhan dan kemampuan murid. Asesmen Diagnosis yang saya lakukan memiliki 2 tujuan yaitu: 1) mengetahui karakter serta potensi apa yang dimiliki murid, dan 2) mengetahui sejauh mana kemampuan Bahasa Inggris yang dimiliki murid. Untuk tujuan yang pertama yaitu mengetahui karakter dan potensi murid, asesmen yang saya gunakan adalah dengan menggunakan tes kecerdasan majemuk (multiple Inteligence) dimana tes tersebut mengelompokkan murid menjadi 8 tipe kecerdasan, yaitu: 1) Kecerdasan Verbal/ Linguistik, 2) Kecerdasan Logis/ Matematis, 3) Kecerdasan Visual/ Spasial., 4) Kecerdasan Kinestetik, 5) Kecerdasan Musikal, 6) Kecerdasan Interpersonal, 7) Kecerdasan Intrapersonal, 8) Kecerdasan Naturalis. Dengan menggunakan kuesioner yang mewakili masing – masing kriteria tersebut serta dibagikan pada semua murid guna mengetahui masing – masing karakter dan kebutuhannya.

Selain asesmen diagnosis kecerdasan majemuk diatas, pengukuran terhadap kemampuan bahasa yang dikuasai juga dilakukan menggunakan kuesioner dan praktik secara langsung. Setelah mendapatkan hasil berupa data masing – masing murid mengenai kriteria dan potensi yang dimiliki, maka akan dapat disesuaikan rancangan pembelajaran yang akan dilakukan kelak.

Tahapan yang kedua yaitu Asesmen Formatif. Penerapan asesmen ini dilakukan secara bertehap selama proses / kegiatan pembelajaran. Metode yang sering saya gunakan yaitu dengan melakukan pembelajaran menggunakan Project based Learning (Proj-BL). Salah satu pembelajaran berbasis proyek yang saya terapkan yaitu membuat proyek drama berbahasa Inggris. Secara garis besar kegiatan drama tersebut memerlukan waktu dalam persiapannya dimana dapat kita terapkan asesmen formatif pada setiap tahap persiapan tersebut. Ada 4 tahapan persiapan, yaitu: 1) menentukan topik dan menulis naskah dialog yang dapat kita terapkan asesmen menulis (writing), 2) dilanjutkan dengan membaca dan menghafalkan naskah yang bisa diterapkan asesmen membaca (reading), 3) selanjutnya yaitu praktik berbicara sesuai naskah dan cerita yang bisa kita terapkan asesmen berbicara (Speaking), 4) dan tahap akhir adalah gladi bersih yang diakhiri dengan review keseluruhan hasil persiapan, disini asesmen mendengar (Listening) dilakukan. Penerapan asesmen formatif dapat disesuaikan dengan kemampuan dasar Bahasa Inggris yang dibutuhkan murid.

Asesmen formatif tidak lepas dengan asesmen sumatif yang dilakukan pada akhir suatu kegiatan. Setelah keseluruhan tahap persiapan dilakukan, sampailah pada waktu penampilan drama Bahasa Inggris. Pada tahap penampilan ini, guru melakukan asesmen sumatif mengenai keseluruhan hasil kerja dan eksekusi murid.

Pelajaran:

Hasil akhir pada pembelajaran Bahasa Inggris adalah kemampuan untuk menerapkan dalam kehidupan sehari – hari. Dengan memperbanyak praktik dan perbaikan secara berkelanjutan akan dapat menuntun dan memacu murid untuk terus berkembang. Penerapan 3 bentuk asesmen merupakan kesatuan yang dibutuhkan setiap pengajar guna mengetahui kebutuhan serta memaksimalkan potensi murid.

Palam asesmen dignosis, dapat diketahui 2 hal yang dibutuh kan pada murid. Pada asesmen formatif, dapat diterapkan 4 penilaian pada murid. Pada asesmen sumatif, didapatkan hasil akhir yang diinginkan dan memuaskan karena telah melalui tahapan dan perbaikan pada proses persiapannya. Setelah mengetahui kebutuhan dan model belajar masing – masing murid, guru akan dapat merancang model dan metode pembelajaran yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pada proses pemebelajaran, pemberian respon dan umpan balik yang membangun akan dapat disesuaikan bagi maing – masing murid, karena murid yang berbeda maka berbeda pula perlakuan dan pendekatan yang dilakukan.

Penggunaan metode Project Based Learning (Proj-BL) dapat mengasah dan membangun potensi murid untuk melakukan pembelajaran sesuai dengan metode dan cara mereka sendiri. Setiap tahap penyusunan tugas memacu murid untuk berlatih dan memperbaiki diri dalam menguasai 4 kemampuan dasar Bahasa Inggris secara alami dan tidak memaksa. Koordinasi, kerja sama, berfikir kritis, memecahkan masalah menjadi kriteria tambahan yang diasah murid pada kegiatan pembelajaran Proj-BL.

Penggunaan 3 bentuk asesmen dapat diaplikasikan untuk semua mata pelajaran dan semua tingkat pendidikan. Konsep tugas dan asesmen dapat disesuiakan dengan latar belakang murid, guru dan lingkungan sekolah. Hal yang perlu dikembangkan pada kegiatan ini adalah perlu disusunnya instrumen asesmen yang lebih baku dan fleksibel dan disesuaikan pada standar penilaian kemampuan yang diuji. Pemberian respon, perlakuan dan umpan balik sangat penting dan menjadi hal yang krusial karena menjadi faktor utama dalam pengembangan dan perbaikan diri pada murid serta bagi guru dalam mengembangkan pembelajaran dimasa yang akan datang.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top