Pse Teknik Stop Dalam Pembelajaran Berdiferensiasi Wujudkan Merdeka Belajar Pada Masa Pandemi

AWAL

Beberapa upaya dilakukan untuk wujudkan merdeka belajar selama pembelajaran di masa pandemi covid-19. Salah satunya adalah dengan PSE Teknik STOP yang dintegrasikan pada rancangan pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi pada setiap muatan pelajaran di kelas VA SDN 4 Subagan dan juga ditumbuhkan menjadi budaya positif sekolah pada masa pandemi. Merdeka belajar merupakan salah satu program inisiatif Mendikbudristek Nadiem Makarim yang ingin menciptakan suasana belajar yang bahagia, baik bagi murid maupun para guru, salah satu kemerdekaan yang diupayakan adalah kemerdekaan dalam berpikir dan berekspresi. Agar murid berani mengemukakan pendapat tentang apa keinginan, minat dan bakatnya diperlukan suatu pembelajaran sosial emosional (PSE) yang mengacu pada teknik ST0P (Stop kegiatan sejenak, Take a deep breath, Observe, Proceed).

TANTANGAN

Pola pembelajaran yang berubah-ubah selama masa pandemi menyebabkan murid merasa tidak nyaman, resah dan sedikit tertutup. Ruang merdeka dalam belajar menjadi semakin sempit karena adanya keterbatasan waktu belajar. Banyak sekali murid yang merasa bahwa diri mereka sedang terpenjara. Dengan berkurangnya pertemuan tatap muka membuat komunikasi para murid menjadi lebih terbatas. Murid cenderung stress dan ingin bermain dengan teman di sekolah, ingin belajar di kelas langsung dengan gurunya secara normal tanpa ada pembatasan. Beberapa dari mereka merasa teknologi yang digunakan pada saat ini kurang ampuh untuk mereka dapat mengerti materi yang disampaikan pengajar. Ditambah lagi koneksi internet yang tidak selalu baik pada setiap daerah tempat tinggalnya, membuat pembelajaran menjadi tidak maksimal. Keluhan-keluhan seperti itulah yang membuat beberapa murid menjadi tidak terlalu menyukai belajar. Mereka merasa dirinya memikul beban yang lebih berat dibandingkan biasanya. Momentum pembelajaran online juga sering dijadikan kesempatan buruk bagi beberapa murid. Seperti tidur pada saat kelas online, bermain game dengan teman-teman, dan lain-lain. Disisi lain padahal proses pembelajaran anak tidak hanya tergantung pada aspek inteligensi atau kemampuan kognitif saja, tetapi juga dipengaruhi oleh aspek lain seperti aspek perkembangan emosi dan sosial. Aspek emosi dan sosial ini sangat berpengaruh terhadap prilaku anak kepada dirinya, orang lain dan lingkungannya. Ada empat kompetensi kunci pengembangan dalam aspek sosial emosional anak; self-awareness, self-management, social awareness, responsible decision making, dan relationship management. Keempat kompetensi ini penting dikembangkan sejak usia sekolah dasar untuk membangun dan men nanamkan keterampilan sosial anak. Karena dengan mengembangkan keempat aspek sosial emosional anak tersebut akan berimplikasi pada tertanamnya sifat-sifat baik/ karakter-karakter unggul pada diri anak dalam dunia sosial. Berikut ini adalah beberapa kecenderungan yang terjadi terkait kegiatan pembelajaran di SDN 4 Subagan di awal pandemi:

1. Kurangnya persiapan PJJ membuat guru kesulitan dalam merancang pembelajaran yang merdeka bagi murid.

2. Belum adanya usaha pengelolaan sosial emosional murid dalam menghadapi situasi pembelajaran pada masa pandemi covid-19 ini, padahal hal ini penting agar semangat belajar siswa tetap terjaga.

 3. Bakat, minat dan potensi murid belum dikembangkan secara maksimal dalam pembelajaran di situasi pandemi.

4. Berbagai kegiatan ekstra kurikuler yang menampung bakat, minat dan potensi murid tidak dapat terselenggara selama masa pandemi. Murid cenderung belum berani mengemukakan keinginan dan permasalahan yang mereka hadapi secara langsung kepada gurunya pada saat mengikuti pembelajaran di masa pandemi ini.

5. Sifat-sifat baik/ karakter-karakter unggul pada diri anak dalam dunia sosial belum diarahkan secara konsisten.

6. Belum maksimal memberikan kesempatan pada murid untuk merefleksi proses pembelajaran yang sudah diikuti (apa yang disukai/mudah/menantang/ingin dipelajari lebih lanjut sebelum melanjutkan pembelajaran berikutnya).

AKSI

Secara operasional program ini dikelompokkan menjadi 4 tahapan yaitu persiapan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi/tindak lanjut. Secara lebih rinci dapat diuraikan sebagai berikut:

(1). Persiapan, kegiatan persiapan dilaksanakan mulai awal bulan Maret 2021. Pada tahap ini penulis menyosialisasikan kegiatan PSE Teknik STOP dalam pembelajaran berdiferensiasi sebagai upaya wujudkan merdeka belajar di SDN 4 Subagan kepada Bapak Kepala Sekolah dan rekan guru di SDN 4 Subagan. Setelah mendapatkan ijin, pada kesempatan ini penulis mengajak langsung rekan guru sejawat lainnya untuk mempraktekkan langsung PSE Teknik STOP. Penulis membuat pemetaan kebutuhan belajar murid (diagnosa non kogitif awal). Mengidentifikasi minimal satu strategi diferensiasi konten, proses dan produk. Penulis menyiapkan RPP berdiferensiasi sesuai dengan hasil pemetaan belajar murid yang di dalamnya terintegrasi kegiatan PSE teknik STOP. Menyiapkan konten pembelajaran berupa cergam, buku paket, audio, video dan benda konkret.

(2). Pelaksanaan,  pada tahap ini, penulis meminta murid untuk melakukan kegiatan PSE teknik STOP. Kegiatan ini dilaksanakan secara fleksibel. Kegiatan bisa dilaksanakan pada semua muatan pelajaran dan waktu bisa disesuaikan sesuai keadaan murid. Setelah pikiran murid lebih tenang dan relaksasi, sebagai kegiatan lanjutan guru meminta murid untuk mengemukakan permasalahan yang sedang dialami dan apa tujuan yang ingin dicapai hari ini. Murid mengekspresikan perasaannya dengan memilih ikon emosi yang dapat menggambarkan perasaannya hari ini sebelum memulai pelajaran. Guru bersama murid kemudian membuat kesepakatan kelas bersama yang bertujuan menciptakan suasana kelas yang nyaman dan aman. Kemudian dilanjutkan dengan kegiataan berdiskusi dan beropini tentang masalah yang terjadi dalam lingkungan rumahnya. Serta mencari solusi pemecahan masalah tersebut secara mandiri. Murid memilih konten pembelajaran yang disukai, agar lebih mudah memahami materi pelajaran yang akan diajarkan. Murid diajak mengerjakan sebuah proyek yang menghasilkan sebuah produk yang disukai sesuai materi dengan kemampuan, potensi, dan bakatnya masing-masing. Di sepanjang unit pembelajaran, guru menilai tingkat kesiapan, minat, dan pendekatan belajar yang digunakan murid dan kemudian merancang pengalaman belajar berdasarkan pemahaman terbaru dan terbaik tentang kebutuhan murid. Produk akhir, akan mengambil berbagai bentuk, dengan tujuan untuk menemukan cara terbaik bagi setiap murid untuk menunjukkan hasil belajarnya selama unit tersebut berlangsung. Pada akhir pembelajaran murid diajak mengucapkan terimakasih terhadap orang-orang yang sudah berbuat baik kepadanya hari ini. Kegiatan akhir yaitu menulis jurnal kegiatan baik pada buku tulis murid setiap harinya. Kegiatan ini dilakukan siswa ditemani guru secara berulang-ulang setiap hari pada setiap muatan pembelajaran.

(3). Evaluasi, untuk mengukur terwujudnya merdeka belajar, pada akhir  Juni 2021 penulis meminta sampel siswa mengisi instrumen. Hasil analisis data menunjukkan mulai terwujudnya merdeka belajar di kelas VA setelah dilaksanakan kegiatan PSE teknik STOP dalam pembelajaran berdiferensiasi selama masa pandemi.

(4). Refleksi dan tindak lanjut. Berikut adalah beberapa tantangan yang penulis hadapi selama pelaksanaan kegiatan: (a). Untuk dapat mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ) diperlukan akses internet. quota internet yang dimiliki orang tua terbatas dan tidak stabil. (b). PSE teknik STOP perlu dicontohkan berulang-ulang pelaksanaannya oleh guru agar dapat dilakukan dengan baik sesuai harapan oleh murid. (c). Pada awal pelaksanaan kegiatan siswa masih ada malu-malu menceritakan permasalahan yang sedang dihadapinya saat PJJ di rumah, guru ekstra sabar memberikan tuntunan PSE teknik STOP agar siswa nyaman bercerita sehingga pembelajaran tidak lagi menjadi beban berat bagi murid pada masa pandemi ini. (d). Kurangnya pemahaman siswa tentang hal-hal yang dapat dituangkan dalam jurnal kegiatan baiknya. Untuk mengatasi hambatan di atas, telah diupayakan hal-hal sebagai berikut: (a). Cerita dan video konten pembelajaran murid diunduh oleh guru dan dibagikan di WA grup sehingga bisa dibaca atau ditonton siswa di rumah saat offline. Siswa yang terkendala akses internet dapat mengirim tugas belajarnya setiap hari Sabtu ke sekolah lewat perantara orang tuanya secara bergiliran dengan memperhatikan protokol kesehatan yang ketat. Guru melakukan bimbingan melalui WA kepada orang tua atau siswa yang mengalami kendala dalam penerapan teknik STOP dalam pembelajaran berdiferensiasi. (c). Guru melayani orang tua siswa untuk berbagi tips melakukan pendampingan belajar anaknya di rumah. (d). Guru membimbing siswa dalam mengisi jurnal kegiatan baik yang sudah murid lakukan setiap harinya.

PERUBAHAN

Aspek yang diukur sebagai pertanda terwujudnya merdeka belajar di kelas adalah 1) Nyaman dan senang belajar dikelas; 2) Mandiri; 3) Terbuka; 4) belajar sesuai bakat, minat dan potensi yang dimiliki; 5) Belajar dengan berbagai konten; 6).Produk yang dihasilkan bervariatif; 7). Disiplin; 8) bertanggung jawab; 9). Responsif; 10). Reflektif. Upaya wujudkan merdeka belajar melalui PSE teknik STOP di Kelas VA SD Negeri 4 Subagan dalam pembelajaran berdiferensiasi , melibatkan 28 orang siswa kelas VA, 17 laki-laki, 11 perempuan. Data sangat diperlukan dalam kegiatan Best Practice ini dalam rangka mengetahui sejuh mana keberhasilan pelaksanaan kegiatan PSE teknik STOP dalam pembelajaran berdiferensiasi wujudkan merdeka belajar di Kelas VA SDN 4 Subagan. Instrumen berupa angket/ quisioner. Angket disusun berdasarkan 10 indikator merdeka belajar, dengan jumlah pernyataan 10 buah. Skor perolehan merdeka belajar yang dikerjakan 28 siswa kelas V diolah untuk mendapatkan nilai. Nilai ini kemudian dikonversikan berdasarkan skala nilai ketercapaian, dan telah menunjukkan hasil yang bervariasi. Dari 28 orang sampel, tidak ada siswa yang berada pada kategori kurang dan cukup, 13 orang memperoleh nilai baik, dan 15 orang memperoleh nilai amat baik. Jika dipresentasikan menjadi 46,43% siswa berada pada kategori baik dan 53,57% siswa berada pada kategori amat baik. Berdasarkan indikator keberhasilan yang penulis tetapkan dimana program dianggap berhasil jika minimal 20 orang dari 28 siswa mencapai kategori baik, maka program ini dianggap telah berhasil. Berdasarkan ulasan yang disajikan di atas dapat disimpulkan bahwa PSE teknik STOP dalam pembelajaran berdiferensiasi dapat wujudkan merdeka belajar siswa kelas VA di SDN 4 Subagan selama masa pandemi covid-19. Walaupun proses tahapan kegiatan ini harus terus ditingkatkan tetapi dampak kegiatan Best Practices ini merupakan keunggulan kegiatan ini. Dampak terpenting dari kegiatan Best Practice ini adalah tetap hidupnya semangat merdeka belajar di tengah pandemi covid-19.

DAFTAR PUSTAKA Caesilia Ika W, M. Psi,dkk. 2020. Pembelajaran Sosial Emosional. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2020. Jakarta: Balai Pustaka. Hawkins, Motherbaugh. 2017. Customer Behavior Building Marketing Strategy. New York: McGraw-Hill . Kabat-Zinn, J. 2013. Full Catastrophe Living: Using the Wisdom of your Body and Mind to Face Stress, Pain, and Illness. USA: A Delta Book. Oscarina Dewi Kusuma, M.Pd,dkk. 2020. Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta, Surat Edaran Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Karangasem Nomor: 440/1378/Set/Disdikpora/2020 Surat Edaran Mendikbud Nomor 3 Tahun 2020 pencegahan Covid-19 di satuan pendidikan Tomlinson, C. A. 2001. How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classrooms. University of Virgini.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top