Project Based Learning: Memahami Gerak Parabola Pada Kelas Fisika

Pelajaran Fisika adalah pelajaran yang selalu saya hindari saat saya sekolah dulu. Aneh rasanya, padahal saya sangat senang dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan angka atau ilmu alam. Namun Pelajaran Fisika yang saya dapatkan dahulu di sekolah sangat identik dengan rumus-rumus yang harus dihapal atau soal-soal rumit yang harus dipecahkan tanpa saya paham soal tersebut bercerita tentang apa.

Saat saya kuliah mengambil jurusan Fisika murni di Bandung dulu, saya akhirnya memahami bahwa Fisika adalah belajar segala hal yang terjadi di sekeliling kita dari benda yang terkecil hingga yang terbesar atau alam semesta. Fisika tidak hanya melulu berbicara tentang rumus, namun menjawab semua fenomena alam yang terjadi di sekitar kita. Hal inilah yang mendorong saya untuk bisa membawa wajah baru tentang Fisika di kelas yang saya ajar.

Saat siswa ditanya pelajaran apa yang menurut mereka paling sulit, mereka akan menjawab Fisika. Betapa tidak, siswa diharuskan mengingat banyak rumus dengan simbol-simbol yang tidak familiar dengan mereka. Jangankan untuk mendengarkan penjelasan guru di kelas, untuk sekedar tertarik dengan topik Fisika saja sangat sulit rasanya. Itu sebabnya saya selalu memulai kelas dengan cara yang berbeda. Saya ingin siswa paham bahwa Fisika adalah segala hal yang setiap hari mereka temui dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Salah satu contoh strategi yang saya lakukan adalah saat saya mengajarkan topik gerak parabola pada siswa SMA kelas 11. Di awal pertemuan saya berangkat dari hal-hal yang mereka sukai. Saya mulai dengan memperlihatkan video-video yang berhubungan dengan gerak parabola. Misalnya video orang bermain basket, sepak bola, atau golf. Hal ini dilakukan karena siswa-siswa saya menyukai olah raga tersebut. Lalu saya akan melanjutkan dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan video tersebut untuk menstimulasi agar diskusi terjadi di dalam kelas. Contoh pertanyaan yang biasanya saya ajukan adalah

“Faktor apa yang membuat bola basket tersebut masuk ke dalam ring”

“Teknik apa yang biasanya dilakukan pemain bola jika dia ingin mengoper bolanya ke pemain lain yang jaraknya sangat jauh”

“Bagaimana caranya agar bola bisa melambung jauh pada permainan golf?”

Atau pertanyaan-pertanyaan lain yang bisa dijawab siswa berdasarkan atas apa yang mereka ketahui atau pelajari saat melakukan kegiatan tersebut. Pertanyaan yang sangat kontekstual dengan kegiatan sehari-hari mereka seperti ini biasanya menjadikan suasana diskusi menjadi lebih hidup karena semua siswa berpartisipasi aktif memberikan pendapat mereka. Dari video yang saya perlihatkan, saya meminta siswa untuk menganalisis dan mengidentifikasi bagaimana lintasan yang dibentuk oleh bola basket tersebut. Lalu saya meminta mereka menyebutkan faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi gerakan bola. Pembelajaran saya lanjutkan dengan memberikan penjelasan singkat dan teori-teori terkait gerak parabola. Saat menjelaskan, siswa akan lebih mudah memahami dan membayangkan bagaimana sistem fisika yang dibentuk oleh objek yang bergerak dalam lintasan parabola karena di sesi sebelumnya siswa sudah mengetahui bahwa gerak parabola terjadi di sekeliling mereka dan dekat dengan kehidupan mereka.

Bagian yang menyenangkan adalah saat saya meminta siswa membuat alat pelontar sederhana yang bisa melontarkan bola. Siswa saya bagi ke dalam beberapa kelompok yang terdiri atas 2-3 siswa. Lalu mereka saya berikan lembar kerja yang berisikan instruksi dan rubrik penilaian. Instruksi yang saya berikan adalah siswa diminta membuat alat pelontar bola sederhana dari bahan yang mudah didapatkan yang sistem kerjanya berdasarkan atas teori Fisika tentang gerak parabola. Saat diskusi siswa sudah mendapatkan pemahaman bahwa beberapa faktor yang dapat mempengaruhi gerak parabola adalah sudut awal dan gaya awal yang dapat berpengaruh kepada kecepatan awal bola. Dari pemahaman itulah siswa berdiskusi Bersama kelompoknya untuk merancang alat dan memutuskan material apa yang akan digunakan untuk alat mereka. Selain itu siswa pun berdiskusi dalam menentukan sistem apa yang akan digunakan untuk melontarkan bola apakah menggunakan karet elastis atau pegas dengan koefisien tertentu. Siswa diberi waktu 1 minggu untuk membangun alat mereka. Selama proses perancangan dan pembuatan alat, diskusi dan pemberian umpan balik terus terjadi secara berkelanjutan. Beberapa pertanyaa umpan balik yang saya berikan misalnya

“jika ingin membuat alat yang dapat diatur sudutnya, lalu sebaiknya bagian mana yang harus dimodifikasi?” atau

“jika ingin membuat alat yang bisa melontarkan bola dengan jarak yang cukup jauh, selain sudut, maka apa yang harus diperhatikan? Bagaimana perbedaan gaya yang dihasilkan oleh karet dan pegas?”

Dalam proses pembuatannya, tentu saja siswa akan melakukan beberapa kali percobaan untuk memastikan alat mereka bekerja sesuai dengan ekspektasi mereka dan sesuai dengan rubrik penilaian. Tiba hari penilaian, saya membuat kompetisi kecil untuk siswa. Persyaratannya adalah saya akan memberikan points bagi mereka yang bisa menyasar titik sasaran yang saya tentukan. Tentu saja ini memicu siswa untuk berpikir kritis apa yang harus dilakukan agar bisa menyasar titik yang dimaksud. Selain kreativitas, kemampuan bekerja dalam tim dan berkolaborasi pun berkembang pada kegiatan ini.  Kegiatan penilaian ini berlangsung menyenangkan. Saya melihat semangat dari siswa saya saat mereka akan mulai mengoperasikan alat yang mereka rancang. Saya tidak menyangka walaupun mereka berkompetisi antar kelompok, namun mereka tetap saling mendukung dan memberikan masukan terhadap kelompok lain yang sedang melalui proses peniliaian.

Di akhir masa pembelajaran, saya meminta siswa menuliskan laporan dan refleksi dalam bentuk laporan percobaan. Termasuk di dalamnya hal-hal esensial seperti penjelasan tentang alat mereka, pertimbangan material yang digunakan, lalu bagaimana kaitannya secara teoritis. Hal yang juga tak kalah penting adalah data hasil percobaan yang mereka lakukan, evaluasi dari alat yang mereka buat serta refleksi apa yang bisa mereka tingkatkan dari pekerjaan dan proses yang sudah mereka lalui. Laporan ini dibuat secara perorangan agar saya dapat melihat pemahaman setiap siswa.

Kegiatan ini sangat membekas di ingatan siswa, sehingga siswa menjadi lebih paham tentang teori Fisika terkait karena mereka melakukan observasi dan percobaan secara langsung. Mereka tidak hanya tahu tentang rumus, namun juga bisa menjelaskan maksud dari rumus tersebut. Hal ini mengingatkan saya dengan apa yang pernah dosen saya katakan saat kuliah dulu

“membaca buku Fisika itu bukan hanya sekedar membaca, tapi kalian harus read between the lines

Artinya, membaca teori Fisika tidak bisa hanya sekedar membaca apa yang tertulis, namun harus memahami apa yang tersirat dalam setiap katanya. Memahami rumus tidak hanya sekedar mengingat simbol, namun membuktikan dan mencari tahu maksud dari rumus tersebut melalui riset dan melakukan percobaan. Mencari tahu simbol yang ada merepresentasikan apa dan apa pengaruhnya terhadap sistem.
Semoga apa yang saya lakukan ini bisa bermanfaat terutama untuk siswa-siswa saya umumnya untuk para rekan pengajar.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top