Selama ini, pelajaran sejarah menjadi pelajaran “penting gak penting” di mata siswa ditambah lagi metode pembelajaran ceramah serta bentuk ujian atau ulangan bersifat mengingat/hafalan. Hal ini juga terjadi pada siswa saya, bagi mereka belajar sejarah adalah hal yang membosankan dan membuat mereka lelah dengan begitu banyak materi yang harus mereka kuasai dalam satu waktu ditambah lagi waktu pelajaran yang ditempatkan pada sesi akhir pelajaran sekolah. Siswa saya yang sudah lelah belajar mapel lain sebelumnya merasa ngantuk di kelas dan sering tidak fokus pada materi yang saya sampaikan, akhirnya saya mencoba mencari metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa saya yakni dari SMK dengan kompetensi keahlian busana, muncullah ide untuk menerapkan minat dan mapel kejuruan yang tengah mereka pelajari pada pelajaran sejarah. Pada kompetensi tentang kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia saya terlebih dahulu menyampaikan perbedaan kerajaan Hindu-Buddha serta nama kerajaannya lewat buletin sejarah yang saya susun sendiri (buletin ini saya buat dengan tujuan agar siswa tertarik untuk membaca materi dibanding buku pelajaran yang monoton) dari sana saya mengarahkan siswa untuk membuat kelompok kecil lalu membagi tema kerajaan pada masing-masing kelompok, lalu saya meminta siswa untuk mendiskusikan poin-poin penting dari tema kerajaan yang mereka dapatkan ke dalam wujud karya fashion design (sesuai dengan kompetensi keahlian busana) lalu mempresentasikan kembali makna hasil karya tersebut. Salah satu hasil karya siswa saya adalah motif batik gemilang Sriwijaya . Dengan metode pembelajaran ini kelas saya menjadi aktif, bergairah serta siswa belajar kolaborasi dengan mengakomodir ide dari teman-teman sekelompok. Menurut siswa saya , mereka termotivasi untuk berpikir kreatif dan selalu tidak sabar menanti pelajaran sejarah di Minggu berikutnya.
Related Posts
Tantangan Mengubah Kebiasaan Asesmen
January 23, 2022 / By
Arif Fauriyuddin
Langkah Asesmen Sumatif Yang Menyenangkan
January 23, 2022 / By
Masguru