Menjadi seorang yang bisa menjadi contoh bagi orang lain memang tidak mudah. Semua penuh dengan tantangan. Tantangan yang menjadi pengahalang adalah kemauan untuk memulai. Suatu yang jarang dilakukan memang sulit dimulaia karena belum terbiasa.
Dalam pembelajaran agar siswa memiliki ketertarikan dan menjadi termotivasi untuk menulis dengan cara memperlihatkan contoh konkret. Contoh konkret itu adalah hasil tulisan guru yang telah dipublikasikan atau dibukukan. Dengan adanya contoh yang dilihat sisiswa maka akan membuat siswa akan tertarik dan ter,motivasi. Nmaun kenyataannya masih banyak guru yang belum mulai menulis dan membuktikan kemapauan menulisanya. Bagaimana mungkin siswa akan mau menulisa apabila di ajak gurunya untuk menulis, sedangkan gurunya belum memperlihatkan hasil tulisannya. Siswa akan mengangap hanya omong kosong. Paling parahnya guru menyuruh anak menulis karya sedangkan gurunya belum memiliki karya untuk memperlihatkan kompetensinya dalam menulis karya tulis. Baik itu karya tulis bentuk makalah, jurnal atau karya sastra.
Hal ini membuat saya ingin mengaja guru-guru bahasa Indonesai yang belum menerbitkan buku karya sastra. Penerbitan karya sastra kalau belum bisa solo, bisa dilakukan dengan cara keroyokan. Cara keroyokan ini diangagap akan memudahkan guru membuat karya satra dalam bentuk antologi puisi atau cerpen. Kami berkomunikasi welalui WA untuk mengkonfirmasi bagaimana penulisan Antologi Puisi. Masih banyak guru yang menanggapi. Banyak yang hanya membaca saja.
Saya coba mengajak teman guru-guru bahasa Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi Guru Bahasa Indonesia di Provinsi. Saya beranggapan dengan saya mengajak guru-guru yang tergabung di Asosiasi akan banyak yang akan ikut dan berpartisipasi. Namun tidakseperti apan yang saya pikirkan. Awalnya yang tertarik memang banyak, ada yang punya ide membuat buka Antologi puisi dan cerpen. Setelah ditunggu sebulan, dua bulan bahkan 3 bulan, belum banyak yang merespon. Mungkin karena kesibukan dalam melaksanakan tugas dan hal lain yang masih penting yang tidak bisa ditinggalkan. Di penghujun tahun baru beberapa oranng yang menyelesaikan menulis 10 puisi yang bertema pendidikan. Saya tak putus asa, sering saya sampaikan di grup WA untuk mengingatkan teman-teman guru untuk mengirimkan karya sastra dalam bentuk puisi.
Saya buat batasan jumlah orang yang akan diterima dalam penerbitan buku kumpulan puisi. Tidak butuh waktu lama, teman-teman mengirimkan karyanya. Terkumpullah 10 orang penulis puisi. Saya mengumpulkan karaya sastra dalam bentuk puisi itu. Tidak serta merta semuanya cepat mengirimkan karyanya. Saya berinisiatif dennga cara menyampaikan bahawa tingal 3 orang lagi maka buku akan kita proses. Berselang beberapa hari dari yang memberikan pengumuman akan ditutup. Teman-teman mengirimkan karyanya. Lengkaplah sepulu orang penulis dengan minimal 10 buah puisi yang ditulis. Saya mendapat informasi ada yang bisa menerbitkan buku dengan gratis. Saya coba menghubungi pimpinian Penerbit itu. Saya disuruh menyesuaikan tulisan dengan format tulisan sesuai dengan yang mereka tetapkan. Setelah selesai di edit. Saya kira telah bisa diterbitkan. Ternyata ada syarat lagi. Saya harus masuk ke web penerbit itu dan menulis di web mereka sebanyak 5 tulisan yang di upload di website penerbit tersebut. Tantangan ini saya rasa sangat sulit, saya rasa tidak akan bisa saya selesaikan. Saya berusaha keras untuk bisa menunggu 1 tahun untuk menerbitkan buka bersama-teman guru. Saya menulis 1 tulisan satu hari. Akhirnya seteal lima hari, saya menyelesaikan syarat yang diberikan.
Dari kegiatan ini saya mendapatkan pelajaran jika kitamemiliki niat yang baik makan kan diberi kemudahan walau banyak tantangan yang harus dilewati. Kolaborasi untuk menciptakan suatu karya akan lebih memudahakan. Niat dan usaha untuk membuat perubahan membutuhkan tekat dan semangat yang kuat.