Praktik Baik Pembelajaran Berdiferensiasi

MEMANUSIAKAN SEBUAH HUBUNGAN DALAM PEMBELAJARAN DIFERENSIASI

“Belajar Kelipatan Bersama Bu Wiwid dan Tabel Kelipatan”

  1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia dalam menjalankan kehidupan. Negara dan pemerintah juga mendukung agar setiap warga negara mendapat pendidikan yang layak. Pendidikan di sekolah menuntut adanya Kerjasama baik ekosistem yang ada di sekolah agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Komponen penting dalam pendidikan diantaranya guru dan peserta didik. Peserta didik merupakan sekutu utama dari guru. Pembelajaran merupakan hubungan timbal balik antara guru dan peserta didik. Saling belajar merupakan hal yang tepat dilakukan guru dan peserta didik.

Pembelajaran yang berpihak pada peserta didik harus dapat dipenuhi oleh sekolah. Pembelajaran hendaknya yang bermakna dan dapat membuat peserta didik rindu untuk ke sekolah. Dalam hal ini, penulis berusaha memanusiakan sebuah hubungan dengan peserta didik. Hubungan yang baik antara peserta didik dan guru dapat menunjang tercapainya tujuan belajar. Tidak hanya model, media, dan pengetahuan guru yang penting. Hubungan ini justru yang paling penting agar peserta didik nyaman belajar bersama guru.

Peserta didik kelas IV (empat) di SD Negeri Giling 01 terdiri dari 9 anak (6 anak perempuan dan 3 anak laki-laki) dengan karakter dan latar belakang yang berbeda. Sebagian besar orang tua peserta didik bekerja sebagai petani dengan pendidikan terakhir sebagai petani. Awal tahun ajaran baru saya melakukan asesmen diagnostik tentang gaya belajar peserta didik kelas IV, hasilnya rata-rata memiliki gaya belajar visual kinestetik. Hanya ada satu anak yang memiliki gaya belajar visual auditori kinestetik. Dari hasil asesmen juga diperoleh data, peserta didik sangat berminat dalam pembelajaran matematika meski keterampilan berhitung belum mencapai prasyarat dan sangat suka kompetisi.

Berdasarkan asesmen diagnostik awal, penulis menjadi menyadari tentang gambaran kondisi kelas yang akan diampu. Bagaimana keterampilan membaca, berbicara, menulis, menyimak, dan berhitung dari peserta didik sudah teridentifikasi. Sebagian besar sudah lancar membaca namun belum semua dapat memahami isi bacaan. Kemampuan berhitung juga masih belum sesuai dengan prasyarat fase B. Oleh karena itu, penulis Menyusun kegiatan pembiasaan untuk meningkatkan keterampilan membaca dan berhitung peserta didik. Kegiatan pembiasaan itu berupa, pohon literasi dan pembiasaan kuis berhitung sebelum masuk kelas atau saat pulang sekolah.

Pandemi yang tak kunjung berakhir juga menjadi salah satu faktor menurunnya keterampilan membaca dan berhitung peserta didik. Tidak semua peserta didik didampingi saat belajar di rumah. Berdasarkan hal tersebut, penulis berupaya menjalin kedekatan dengan peserta didik agar peserta didik nyaman belajar bersama dengan guru di sekolah. Sekolah melakukan banyak kegiatan yang berpihak pada murid, diantaranya “Market Day”, “No Back Pack Day” dan lain sebagainya yang dapat menimbulkan rasa rindu peserta didik untuk dating ke sekolah.

Praktik baik melalui pendekatan memanusiakan sebuah hubungan ini sangat penting dilakukan agar terjalin hubungan timbal balik positif antara guru dan peserta didik demi tercapainya tujuan pembelajaran. Melalui kegiatan diskusi kelas, curah pendapat, dan juga permainan. Hasilnya terlihat, saat pembelajaran peserta didik lebih fokus saat sudah ada ketertarikan dari peserta didik kepada gurunya.

  • Tantangan

Usaha tidak akan menghianati hasil, penulis sangat percaya apa yang dilakukan dengan sungguh-sungguh pasti akan menghasilkan tercapainya tujuan. Dalam prosesnya pasti akan ditemui tantangan, termasuk dalam praktik baik penulis dalam melakukan pendekatan dengan memanusiakan sebuah hubungan. Tantangan tersebut diantaranya respon peserta didik yang tidak sesuai tujuan dan keterbatasan ide.

Praktik baik yang penulis lakukan pada dasarnya bukan hanya pada model pembelajaran atau media pembelajaran, praktik baik yang penulis lakukan lebih kepada bagaimana memanusiakan sebuah hubungan dengan peserta didik. Pandemi yang membuat peserta didik tidak ke sekolah selama dua tahun cukup membuat jarak antara guru dan peserta didik semakin menjauh. Mulainya pembelajaran tatap muka, sangat dimanfaatkan untuk dapat mengikis jarak tersebut agar timbul kedekatan dengan peserta didik.

Penulis juga merasakan kadang ide tidak muncul meski sudah mencari inspirasi dari berbagai sumber. Ide untuk Menyusun program yang berpihak kepada peserta didik. Program yang menyenangkan agar peserta didik selalu rindu dengan sekolah. Program yang bermakna untuk peserta didik dalam menjalani hidup setiap harinya.

  • Aksi

Tantangan yang dihadapi penulis perlu untuk dicarikan solusinya. Respon dari peserta didik yang kadang tidak sesuai dengan harapan guru dan keterbatasan ide. Solusi ini penulis dapatkan saat mengikuti program “Wardah Inspiring Teacher 2022”, yaitu tentang pendekatan memanusiakan sebuah hubungan.

Kegiatan pembelajaran yang penulis lakukan sederhana. Penulis melakukan diferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut, yang gurunya harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, di mana guru harus berlari ke sana kemari untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Peserta didik akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Tugas-tugas tersebut haruslah memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang peserta didik (minat), dan tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).

Berdasarkan hasil asesmen awal pembelajaran, penulis melakukan aksi memilih media pembelajaran berupa video dan tabel kelipatan serta penulis juga menggunakan lembar kerja peserta didik (LKPD) (profil belajar). Media yang penulis gunakan sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik, yaitu visual auditori kinestetik. Penulis membuat kegiatan pembiasaan kuis perkalian dan membentuk kelompok kecil (minat). Pada praktik pembelajaran angka yang digunakan pada tabel kelipatan sesuai dengan kesiapan belajar peserta didik yaitu antara perkalian satu sampai dengan seratus.

Strategi diferensiasi proses dalam praktik pembelajaran ini, menunjukkan bagaimana cara guru dalam membuat peserta didik memahami, memaknai, apa informasi atau materi yang akan dipelajari. Guru harus mengetahui terlebih dahulu kesiapan belajar peserta didik secara mandiri ataupun berkelompok. Pada praktik pembelajaran guru memilih strategi berkelompok. Guru juga memberikan bantuan belajar kepada peserta didik yang membutuhkan.

Strategi diferensiasi konten yang dilakukan adalah dengan variasi media pembelajaran berupa video dan tabel kelipatan serta penulis juga menggunakan lembar kerja peserta didik (LKPD). Peserta juga diberi kesempatan untuk menentukan angka yang dapat peserta didik cari kelipatannya.

Strategi diferensiasi produk meliputi memberikan tantangan atau variasi angka yang harus dicari kelipatannya oleh peserta didik. Memberikan murid pilihan bagaimana mengekspresikan pembelajaran yang diinginkan melalui lembar kerja peserta didik.

Asesmen formatif yang digunakan berupa hasil kerja kelompok, hasil observasi kinerja individu dan kelompok, serta soal evaluasi. Seluruh asesmen dilakukan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran, yaitu peserta didik mampu menentukan kelipatan dari suatu bilangan melalui media video dan tabel kelipatan.

Pada penerapannya praktik baik pembelajaran yang dilakukan sangat sederhana, namun antusias dan kedekatan dengan peserta didik adalah yang utama. Peserta menjadi lebih nyaman dalam menyampaikan pendapat dan berekspresi namun masih sesuai dengan keyakinan kelas yang sudah disepakati bersama.

  • Refleksi

Praktik baik pembelajaran diferensiasi melalui pendekatan memanusiakan sebuah hubungan sudah terbukti berhasil penulis terapkan di kelas. Kebiasan peserta didik di kelas selama pembelajaran sudah menunjukkan keberhasilan dari pendekatan dan strategi yang diterapkan. Penerapan strategi pembelajaran berdiferensiasi berhasil membuat peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Meski menggunakan angka-angka sederhana, peserta didik sudah memahami bagaimana konsep kelipatan melalui kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

Dalam video praktik pembelajaran dapat dilihat, peserta didik nyaman belajar dan juga tidak ragu-ragu untuk bertanya atau berpendapat. Dampak dari memanusiakan sebuah hubungan sangat terlihat dari perubahan keterampilan berkomunikasi antar guru dan peserta didik begitu juga sebaliknya. Pada proses pembelajaran peserta didik mengikuti pembelajaran dengan antusias, peserta didik tanpa ditunjuk bersedia maju ke depan kelas untuk mengoperasikan media sesuai instruksi guru. Peserta didik juga dapat mengerjakan soal evaluasi dengan baik.

Keberhasilan dari praktik baik pembelajaran berdiferensiasi yang dilakukan adalah karena beberapa faktor, yaitu komunikasi yang baik antara guru dan peserta didik dan rencana pembelajaran serta media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Penulis selalu membagikan praktik baik yang telah dilakukan melalui kanal Youtube, Platform Merdeka Mengajar (PMM), dan melalui status Whatsapp atau grup Whatsapp. Melalui berbagai media social tersebut, penulis mendapat banyak umpan balik. Umpan balik tersebut diberikan oleh kepala sekolah, rekan sejawat, dan juga peserta didik penulis atau orang tua dari peserta didik.

Umpan balik dari peserta didik diantaranya peserta didik ingin kegiatan pembelajaran dilakukan di luar ruangan kelas dan juga lebih banyak permainan kompetisi supaya lebih semangat. Banyak masukan positif dari kepala sekolah dan juga rekan sejawat terkait praktik baik yang sudah penulis bagikan. Salah satu umpan balik yang diberikan diantaranya, masukan untuk selalu meningkatkan semangat dan terus belajar menemukan ide-ide kreatif dalam pembelajaran untuk dapat diterapkan di kelas juga agar menjadi inspirasi bagi rekan pendidik yang lain.

Setelah melakukan praktik baik pembelajaran berdiferensiasi, banyak pembelajaran yang penulis dapatkan. Penulis menjadi lebih memahami pentingnya asesmen diagnostik awal pembelajaran, karena kegiatan ini menjadi penentu kesesuaian perencanaan pembelajaran dengan kebutuhan peserta didik.

Pembelajaran yang tak kalah penting adalah tentang bagaimana membangun sebuah hubungan dengan peserta didik melalui pendekatan memanusiakan sebuah hubungan. Meski beban admistrasi dan tugas tambahan sangat banyak, tetap harus meluangkan waktu untuk dapat mengenal lebih jauh tentang peserta didik. Dampak yang ditimbulkan ternyata sangat besar. Melalui kegiatan membangun hubungan melalui komunikasi positif yang memberdayakan guru akan dapat menggali potensi yang ada pada peserta didik. Guru juga mampu membuat peserta didik nyaman belajar bersama.

Selain kedua hal tersebut, hal yang tidak boleh dilupakan oleh guru adalah ketepatan dalam penyusunan perencanaan pembelajaran yang matang. Baik dari penyiapan tujuan pembelajaran, strategi, materi, asesmen, media, dan juga kemampuan dalam mengelola kelas.

Semoga dengan adanya praktik baik yang penulis bagikan yaitu Memanusiakan Sebuah Hubungan dalam Pembelajaran Diferensiasi “Belajar Kelipatan Bersama Bu Wiwid dan Tabel Kelipatan”, dapat mendatangkan manfaat serta dampak yang positif bagi seluruh orang yang menyimak.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top