Sebagai wali kelas saya ingin mengembangkan keterampilan literasi murid binaan saya yang sangat rendah. Mereka terlihat kurang berminat jika disuruh membaca atau memahami materi tertentu lewat bacaan. Mereka juga sulit berkonsentrasi dalam proses belajar mengajar. Mereka lebih suka main game di saat jam kosong. Memang disekolah saya murid dibolehkan membawa hp saat belajar. Ini untuk menunjang proses pembelajaran mereka, yang diharapkan dengan hp murid mampu berfikir kritis dan mandiri disaat pembelajaran. Apalagi pandemi yang melanda negeri ini yang mengharuskan seluruh murid memiliki hp untuk membantunya dalam belajar. Namun tidak semua murid menggunakan hp dan paket mereka untuk belajar. Sebagian dari mereka lebih suka untuk menggunakan hp mereka untuk hal-hal yang tidak bermanfaat seperti main game. Atas dasar inilah saya memikirkan cara baru, strategi jitu untuk meningkatkan keterampilan membaca mereka. Gencarnya upaya pemerintah untuk program literasi sekolah, membuat saya tertarik menerapkannya juga dikelas saya. Saya pun mulai bersosialisai dengan dengan murid saya terkait rencana yang akan saya lakukan. Awalnya mereka agak heran. Menurut mereka kalau mau membaca buku di perpustakaan saja. Kenapa harus ada pojok baca. Saya akui karakteristik murid beragam, tentu akan ada pro dan kontra terkait rencana ini. Ada yang mau namun ada juga yang kurang setuju. Namun saya tetap berusaha menyakinkan mereka, memberikan edukasi kepada mereka manfaat yang akan didapatkan. Dengan memberikan pemahaman kepada murid bahwa pojok baca akan membuat kelas kita tampak lebih nyaman dan berbeda. Setelah murid saya setuju, saya pun berkoordinasi dengan kepala sekolah untuk izin membuat pojok baca di kelas saya. Alhamdulillah kepala sekolah menyambut baik rencana ini. Kami mulai merancang dekorasi pojok baca di kelas. Saat itu kami terkendala akan biaya. Dan bersama-sama murid kami melakukan penggalangan dana untuk terwujudnya pojok baca di kelas. Dan muridpun di minta untuk berkoordinasi juga dengan orang tua mereka terkait rencana tersebut. Tidak butuh waktu lama, karena orang tuapun setuju dengan pojok baca yang akan dibuat. Kami mulai mendekorasi kelas. Murid-murid begitu bersemangat mendekor ruang kelas mereka, membuat rak buku di dinding dari besi-besi bekas. Mereka terihat bahagia dan bersemangat. Saat pojok baca dikelas kami jadi, rekan-rekan guru pun tertarik untuk membuat pojok baca di kelas mereka. Murid-murid saya merasa nyaman berada di dalam kelas mereka. Bahkan mereka membawa makanannya ke dalam kelas saat istirahat sambil membaca buku yang tersedia yang mereka sukai di pojok baca. Buku yang kami pajang pun tidak hanya buku pelajaran, mulai dari fiksi, maupun non fiksi. Setiap hari pojok baca dikelas tidak pernah sepi dari murid, saat pergantian jam pun mereka akan menyempatkan diri membaca disana. Satu hal yang saya tekankan pada mereka yaitu untuk menjaga pojok baca yang telah dibuat dengan susah payah. Dengan adanya pojok baca dikelas, minat membaca murid pun meningkat. Jika kita berusaha untuk tujuan yang baik, maka akan ada jalan untuk mewujudkannya. Dengan kekompakan, kolaborasi maka kita akan bisa. Hal yang membuat saya terharu adalaha saat mereka bilang ” buk semester berikutnya ibuk juga ya yang jadi wali kelas kami?. Kita akan bikin ini menjadi lebih bagus buk”. Rasanya saya bahagia bisa diterima setulusnya oleh mereka. Kedepannya hal yang ingin saya kembangkan lagi adalah strategi lain untuk meningkatkan literasi murid.
Related Posts
Tantangan Mengubah Kebiasaan Asesmen
January 23, 2022 / By
Arif Fauriyuddin
Langkah Asesmen Sumatif Yang Menyenangkan
January 23, 2022 / By
Masguru