Podcast Pada Aplikasi Spotify Sebagai Media Pembelajaran Merdeka Belajar Di Era New Normal

Banyak perubahan yang mengharuskan saya belajar beradaptasi dengan kebiasaan murid-murid di SMK Darussalam khususnya kelas X. Hal tersebut sangat terasa ketika sebelumnya murid belajar secara daring selama kurang lebih satu semester. Saya menemukan beberapa hal yang menurut saya harus dibenahi seperti, murid lebih tertarik membuat konten di sosial media tetapi kurang tertarik pada mata pelajaran Sejarah yang saya ajarkan. Pandemi telah membawa murid pada rasa nyaman belajar di rumah daripada harus belajar secara tatap muka di sekolah yang melelahkan dan penuh aturan. Hal ini membuat murid butuh untuk beradaptasi dalam pembelajaran new normal.


Gambar 1. Mengenalkan Podcast

Merasa memiliki tanggung jawab moral terhadap kondisi tersebut, meyakini bahwa untuk membuat perubahan belajar yang merdeka belajar maka tidak hanya murid saya yang harus berubah, akan tetapi saya pun sebagai guru harus bisa beradaptasi baik pada pembelajaran daring ataupun pembelajaran tatap muka di sekolah. Keinginan saya yaitu murid akan memiliki pengalaman belajar yang bermakna serta semangat belajar yang tinggi, mampu bersosialisasi tidak hanya di dalam kelas namun di lingkungan sekitar. Murid dapat tumbuh dengan baik dan saya bisa mendampingi mereka belajar dengan lebih baik lagi. Selain itu murid bisa lebih mandiri dan dapat merasakan kemerdekaan belajar yang sesungguhnya untuk bisa memperoleh bekal kecakapan hidup di masa yang akan datang.

Ini adalah sebuah keresahan panjang yang berasal dari hasil refleksi saya terhadap proses pembelajaran di kelas. Resah pada kondisi mengapa murid-murid saya lebih tertarik mengamati sosial media daripada pelajaran. Ketika mengajar, respon murid kurang antusias. Masalah lain, beberapa murid lebih senang di rumah daripada belajar di sekolah. Padahal, dulu ketika semua aktivitas belajar dilakukan di rumah, murid berharap bisa belajar di sekolah, namun ketika pembelajaran tatap muka dimulai, mereka justru kurang antusias belajar.

Saya mulai memikirkan Apakah murid-murid saya mulai merasa nyaman belajar daring di rumah? Lalu Apakah guru dan murid telah beradaptasi melalui pembelajaran online? ataukah justru murid saya sedang berada pada zona nyaman karena merasa lebih fleksibel mengerjakan tugas tanpa harus bertemu dengan guru secara langsung ? Teka-teki ini membuat saya makin penasaran dan ingin rasanya mencari tahu jawabannya secara langsung dari murid. Saya merasakan sebuah kegagalan dalam proses pendampingan belajar bersama murid. Saya mulai khawatir bahwa hal ini akan berdampak pada masa depan mereka. Belajar hanya sebagai proses formalitas untuk bisa mendapatkan selembar ijazah di akhir sekolah.

Pada akhirnya saya menyadari bahwa adaptasi pembelajaran tidak hanya dibutuhkan pada saat pembelajaran luring ke daring, namun juga sebaliknya. Saya ataupun guru-guru lainnya harus terus belajar untuk menyesuaikan kondisi belajar murid, seperti kata K.H. Dewantara, “Didiklah anak-anakmu sesuai kodrat dan zamannya”. Saat ini, saya sering memaksakan murid untuk mengikuti cara belajar dan mengajar saya, bahkan terkadang mengkamambing hitamkan murid. Mulai dari memberi label malas, bodoh dan label lainnya yang memojokkan murid. Sesungguhnya saya menyadari bahwa kesalahan belajar bukan pada murid, namun kesalahan tersebut ada pada diri saya sebagai guru yang tidak memahami murid dengan berbagai kondisi mereka. Ketika pandemi, murid lah yang justru menjadi korban ketidak berdayaan kita sebagai guru dalam beradaptasi.

Hal ini menjadi tantangan buat saya sebagai guru. Materi yang cukup padat membuat saya tidak mungkin menyelesaikanya dalam waktu cepat. Saya menyadari bahwa murid bukan robot yang bisa menyelesaikan permasalahan belajar dalam waktu yang singkat. Belum lagi rasa bosan dan jenuh jika harus belajar dengan metode yang sama. Tantangannya adalah bagaimana menumbuhkan semangat belajar, sama dengan antusiasnya ketika mereka berselancar di sosial media.

Saya mulai mengumpulkan informasi dari berbagai pihak ataupun orang-orang di sekitar murid. Saya awali dengan mengamati pola belajar murid, permasalahan ataupun kendala yang sekiranya menghambat belajar murid. Lalu saya menelusuri apa yang menjadi minat dan bakat mereka. Dari hasil penelusuran ini, kemudian saya membangun percakapan ringan dengan murid. Selanjutnya, cerita di dalam kelas saya lanjutkan dengan mulai mengenalkan media podcast. Saya mendapati ekspresi rasa ingin tahu murid. Langkah selanjutnya adalah menawarkan media ini sebagai sebuah tantangan belajar. Awalnya tidak semua murid merespon, ada murid yang masih bingung, kurang percaya diri dan belum terbiasa. Saya memberikan waktu bagi murid yang belum siap. Mereka saya ajak untuk mengamati murid lain yang sudah mulai mencoba belajar dengan menggunakan podcast.

Saya mulai mengenalkan podcast denganmenunjukkan fitur-fiturnya, lalu memberikan contoh penggunaan podcast. Selanjutnya saya mengarahkan murid untuk mengunduh aplikasi di play store. Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk mengunduh aplikasi tersebut. Setelah semua murid selesai mengunduh aplikasi podcast, saya mulai memberikan pendampingan melalui praktik langsung ke masing-masing murid dengan memberikan tutorial menggunakan podcast step by step.


Gambar 2. Mengenalkan Podcast

Untuk latihan pertama menggunakan podcast, saya mengajak murid memperkenalkan diri, lalu hasilnya diterbitkan di podcast. Setiap murid diberi waktu secara fleksibel melalui kesepakatan waktu yang telah disepakati bersama. Untuk latihan awal boleh dilakukan di dalam kelas atau di luar kelas, dengan memberikan kebebasan memilih tempat ternyaman bagi mereka ketika akan melakukan perekaman suara. Saya menyadari bahwa banyak murid yang malu-malu untuk menunjukkan hasilnya. Ketika itu saya tidak meminta mereka untuk mempraktikkannya di depan kelas, cukup dengan memberikan tanda bintang atau favorite pada akun podcast saya, maka saya akan dengan mudah menemukan dan memeriksa hasil podcast mereka.


Gambar 3. Tutorial Membuat Podcast

Setelah murid mengunggah podcast, saya memberikan feedback atas hasil podcast yang telah mereka buat. Selain itu saya akan memberikan favorite pada akun podcast yang telah dibuat. Jika ingin mengetahui hasil podcast murid yang lain, murid bisa melakukan pencarian akun melalui fasilitas discover atau pencarian, dan mereka bisa melakukan favorite secara berbalasan. Bahkan pada tahapan selanjutnya murid justru bisa melakukan kolaborasi podcast dengan mengundang murid yang lain untuk bergabung dalam podcast yang mereka jadwalkan. Hal tersebut dapat membangun percakapan-percakapan langsung dengan saling berkolaborasi.

Masya Allah, hal yang luar biasa, murid yang awalnya malu dan kurang percaya diri melalui podcast, mereka dapat mencoba petualangan belajar baru dengan keberanian yang luar biasa. Tidak berhenti sampai di sini, lalu saya memberikan tantangan baru, dimana setiap murid membuat podcast dengan memilih tema dari materi yang telah saya tawarkan pada mereka. Setiap murid boleh berkreasi dalam membuat podcast sesuai dengan gaya mereka tanpa harus berpengaruh pada cara murid yang lain dalam membuat podcast, namun dengan tetap memperhatikan etika berbicara.

Hasilnya sungguh luar biasa, saya tidak menyangka bahwa murid saya akan seantusias seperti ini. Mereka terlihat santai dan rileks namun mampu menyelesaikan podcast yang beraneka ragam tanpa harus dipaksa mengerjakan tugas. Beberapa murid yang awalnya kurang percaya diri, kini justru menunjukkan hasil karya mereka. Semangat murid sangat luar biasa. Mereka bisa menyelesaikan dengan baik, melakukan eksplorasi yang justru mengarahkan murid pada literasi yang benar-benar merdeka dan karena kesadaran akan kebutuhan dalam belajar. Untuk menyelesaikan sebuah podcast, mereka harus membaca dan menguasai materi agar dapat menyampaikan materi podcast dengan baik dan lancar.

Pada akhir pembelajaran, sama seperti pembelajaran sebelumnya saya selalu melakukan refleksi dengan harapan dari hasil refleksi tersebut bisa menjadi masukan bagi saya untuk melakukan perbaikan. Beragam komentar mereka sampaikan. Ada yang mengatakan banyak cara untuk bisa membuat sebuah pembelajaran agar tidak membosankan, dan kita sebagai murid hanya butuh adaptasi. Ada juga murid yang mengatakan dengan belajar melalui podcast mereka bisa melatih kemampuan berbicara mereka. Komentar lain, beberapa murid mengatakan mindset pembelajaran yang membosankan, kini berubah menjadi sebuah pembelajaran yang menyenangkan.

‘’ Dulu saya berfikir kalau belajar Sejarah sangat membosankan. Salah satu alasannya karena buku paketnya yang tebal. Tetapi ibu Mauren punya 1001 cara agar metode belajar tidak buat kita bosan. Di antaranya yaitu dengan menggunakan podcast, dengan adanya podcast ini, sangat membantu saya dalam melatih public speaking saya”, kata Firna Albrina Gusnam.

“ Menurut saya belajar Sejarah dengan ibu Mauren menyenangkan kaena beliau punya metode mengajar sendiri, tidak membuat ngantuk serta mengajarkan kita menggunakan teknologi sebaik-baiknya. Dari ibu Mauren saya jadi tahu berbagai aplikasi yang bisa digunakan untuk belajar. Tugas podcast membuat saya jadi lebih pandai dalam merangkai kata yang berguna untuk skill public speaking sehingga saya jadi lebih pede dalam berbicara karena berlatih dalam tugas membuat podcast ”, komentar Selviana.

Dari beragam komentar murid, saya semakin menyadari bahwa sebagai guru harus bisa menggali potensi yang ada pada murid. Bisa jadi selama ini potensi mereka tidak terlihat karena saya tidak memberikan ruang yang seluas-luasnya untuk menggali kemampuan. Saya menyadari bahwa menyalahkan murid atas ketidakberdayaan mereka dalam beradaptasi terhadap proses pembelajaran yang saya berikan, bukanlah sepenuhnya kesalahan mereka, namun menjadi tanggungjawab saya sebagai guru. Bukan pada seberapa rumitnya atau banyaknya materi yang murid bisa kuasai, namun seberapa besar keingintahuan murid untuk memahami dalam mengembangkan kemampuan belajar.

Kunci keberhasilan sebuah pembelajaran adalah bagaimana saya mampu memahami murid serta mengembangkan kompetensi untuk memilih dan menerapkan cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan murid. Selain itu saya juga harus mampu melakukan refleksi terhadap hasil pembelajaran yang telah dilakukan di kelas. Jika ketiga hal tersebut bisa saya lakukan dengan baik, maka Insya Allah proses pembelajaran yang saya laksanakan di dalam kelas akan berdampak baik terhadap perkembangan pengetahuan dan soft skill murid.

Saya menyadari pencarian metode belajar dan mengajar tidak berhenti sampai di sini karena sejatinya guru adalah pembelajar sepanjang hayat. Merdeka ! Panjang Umur Perjuangan.


Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top