Selalu tersenyum dan selalu berbahagia bersama murid ketika sedang melaksanakan kegiatan pembelajaran, mungkinkah? Mari kita mulai membuka kelas kita dengan Perlihatkan, Suarakan, dan Gerakkan, lalu kita ukir senyum bahagia itu dari kelas kita.
Bermula dari keresahan yang saya rasakan sebagai pengawas Taman Kanak Kanak bahwa sekolah binaan saya mesti melakukan implementasi kurikulum merdeka yang pelaksanaan pembelajarannya dengan pembelajaran berdiferensiasi, kenyataan di lapangan ketika saya mengadakan pemantauan pada sekolah binaan saya anak-anak masih ada yang berlarian ketika kegiatan pembelajaran sedang berlangsung, guru masih memberikan menu pembelajaran yang sama untuk semua anak, belum memperhatikan keunikan individu siswa.
Dari hasil pantauan tersebut berarti sebagai pengawas yang akan mendampingi dalam implementasi kurikulum merdeka saya menemui tantangan yang harus dicari solusinya dengan adanya guru yang belum melakukan pembelajaran berdiferensiasi dan guru juga belum mampu melakukan assesmen diagnostic atau assesmen awal pembelajaran untuk mengidentifikasi gaya belajar siswa.
Dengan adanya tantangan tersebut sebagai pengawas saya harus mencari tahu dan harus belajar agar mampu membantu guru dalam melaksanakan tugas mensukseskan program Kemendikbudristek dalam rangka untuk mengadakan pemulihan pencapaian pembelajaran setelah kehilangan masa belajar selama pandemi berlangsung, dan itu memicu semangat saya untuk mencari tahu dengan belajar dan belajar lagi dimanapun ketika ada kesempatan.
Hingga ketika ada kesempatan untuk belajar tentang kurikulum merdeka yang pada waktu itu Yayasan Guru Belajar sedang mengadakan sosialisasi Kurikulum Merdeka di Dinas Pendidikan Kab. Ponorogo secara virtual dan ada kesempatan untuk mempelajari kurikulum merdeka bersama Komunitas Pengawas Belajar Nusantara (KPBN) maka tanpa pikir panjang saya langsung bergabung.
Dengan bergabung pada KPBN. Membuat saya berada pada komunitas pengawas yang ingin belajar bersama, dari pengawas TK. Sampai SMA/SMK. Yang memiliki keresahan yang sama, dan kita saling support agar semua sukses dalam PPMB. Pendidikan Penggerak Merdeka Belajar. Selain kita konsentrasi dalam belajar modul-modul merdeka belajar sebagai menu belajar, secara berkala juga mengadakan kegiatan temu pengawas secara virtual antar propinsi untuk saling berbagi apa dan sejauh mana telah bertindak untuk implementasi hasil belajar modul-modul kurikulum merdeka di sekolah binaan masing-masing.
Nah ketika mengikuti kegiatan temu pengawas itu saya menemukan inspirasi dari Bapak Madalle Agil tentang assesmen diagnostik untuk mendeteksi tipe belajar murid, tetapi yang beliau sampaikan adalah porsi untuk anak SMA/SMK. Maka dari inspirasi tersebut kemudian saya pelajari modul assesmen diagnostik dan saya adaptasi agar bisa dilaksanakan di Taman Kanak-Kanak.
Karena saya sangat ingin melihat respon dan hasil dari upaya yang saya lakukan maka kemudian saya menyusun strategi untuk berkolaborasi dengan guru dan kepala Taman Kanak-kanak Dharma Wanita Bedikulon Kec. Bungkal Kab. Ponorogo. Selanjutnya saya menyusun instrument untuk melakukan assesmen diagnostik untuk mendeteksi tipe belajar siswa yang akan saya gunakan untuk melakukan deteksi diferensiasi siswa berdasarkan tipe belajar yang akan saya laksanakan bersama guru kelasnya. Instrumen sederhana yang mudah dipahami dan mudah dilakukan bukan harga mati harus seperti itu bentuknya, saya buat dan saya siap untuk menerima kritik dan saran untuk perbaikan agar lebih efektif ketika digunakan.
Setelah instrument saya buat, maka saya melangkah menuju TK. Dharma Wanita Bedikulon Kec. Bungkal Kab. Ponorogo untuk melakukan tindakan uji coba melakukan asesmen diagnostik atau asesmen awal pembelajaran untuk mengawali pelaksanaan tindakan maka saya melakukan kesepakatan dengan Kepala sekolah dan guru kelasnya agar ada pemahaman tentang manfaatnya dan sepakat pada tindakannya, setelah disepakati bersama maka kemudian direncanakan bersama alur tindakan dan peran kita masing-masing.
Persiapan, kesepakatan, dan peranan telah kita atur bersama, saatnya beaksi untuk mengetahui bersama hasilnya, sesuai kesepakatan dalam perencanaan bahwa saya yang akan berperan sebagai guru dalam asesmen diagnostik yang akan dilakukan, dan guru berperan sebagai pengamat dan pencatat respon siswa ketika penerapan asesmen berlangsung.
Sesuai kesepakatan dalam perencanaan yang pertama saya lakukan adalah saya melakukan deteksi untuk tipe belajar anak visual, karena pada waktu saya berada di TK. Dharma Wanita Bedikulon sedang berlaku tema binatang maka saya tunjukkan 4 macam kartu gambar binatang kemudian anak saya minta untuk menyebutkan nama binatang tersebut, kemudian kartu gambar saya letakkan dan anak saya minta untuk menyebutkan nama-nama binatang yang disebutkan tadi secara urut, siapa anak yang bisa menyebutkan secara urut, maka indikasinya anak tersebut tipe belajarnya visual
Kemudian deteksi berikutnya untuk tipe belajar auditori, saya memperdengarkan suara binatang kemudian anak saya minta untuk menebak suara binatang tersebut, siapa anak yang bisa menebak suara binatang dengan benar maka indikasi tipe belajarnya auditori
Dilanjutkan dengan tindakan untuk deteksi tipe belajar kinestetik maka saya menyebutkan nama binatang dan anak saya minta untuk menirukan cara berjalan binatang tersebut, anak yang antusias melakukan sesuai perintah guru dengan benar maka indikasi tipe belajar anak tersebut adalah kinestetik.
Tindakan diagnosis dilakukan berulang dua kali untuk meyakinkan apakah posisi deteksi tipe belajar masing-masing anak masih tetap pada visual, auditori, kinestetik, ataukah ada perubahan?
Dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan ada temuan kecenderungan anak tipe belajar auditori itu juga anak kinestetik.
Dari 17 anak kelompok B terindikasi ada 3 murid yang tipe belajarnya multiple, antusias ketika melihat gambar-gambar, antusias ketika mendengar suara-suara, dan antusias juga ketika disuruh untuk melakukan gerakan, namun ada 1 murid yang pasif tidak mau mengikuti permainan seperti teman-temannya, maka guru perlu melakukan komunikasi dengan orang tua untuk melakukan deteksi lebih lanjut.
Setelah yakin pada tipe belajar anak yang diperoleh maka direncanakan menu belajar untuk ketiga tipe belajar anak tersebut.
Sebagai uji coba awal saya persilahkan menu belajar anak masih sama, pada waktu itu tema tanaman, anak-anak menulis macam- macam tanaman sayuran tetapi ditempat yang berbeda, untuk anak yang terdeteksi tipe belajarnya visual anak-anak belajarnya di dalam kelas, untuk anak yang tipe belajarnya auditori dan kinestetik maka tempat belajarnya di halaman sekolah dengan pembelajaran menuliskan macam-macam tanaman sayuran yang ada dilingkungan sekitar Taman Kanak-kanak. Dari uji coba yang pertama ada indikasi keberhasilan tindakan yang kami lakukan, ada tanggapan positif dan antusias dari murid,maka tindakan lanjutan saya lakukan di Taman Kanak-kanak yang lain untuk mencoba pelaksanaan assesmen diagnosis dengan tindakan yang sama.
Dari hasil pemantauan dan pegamatan dari TK. DW Padas, TK. DW. Pager, TK. DW. Bedikulon terdeteksi respon yang antuasias dari murid, maka saya optimis akan keberhasilan asesmen diagnosis deteksi tipe belajar murid yang kami lakukan bersama guru dan Kepala TK. dengan hanya melakukan pembedaan tempat belajar didalam kelas untuk anak yang terdeteksi visual dan diluar kelas bagi anak yang terdeteksi tipe belajarnya auditori dan kinestetik, telah terjadi perubahan perilaku belajar anak, mereka begitu antusias melakukan tugas dari guru, minta tugas lagi dan lagi sampai lupa waktu pulang, bahkan ada anak yang melakukan tugas yang sama dari guru tapi dengan hasil produk yang berbeda, ketika teman-temannya menulis ternyata dia asik menggambar dengan tema gambar yang sama dengan yang ditulis teman-temannya. Amazing
Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran berdasarkan hasil asesmen diagnosis maka kita melakukan refleksi bersama tentang dampak asesmen yang kita lakukan, berapa anak yang tipe belajarnya visual, auditori, dan kinestetik, bagaimana perilaku belajarnya sebelum dilakukan tindakan dan setelah dilakukan tindakan, dan bagaimana keputusan untuk implementasi kedepannya.
Refleksi pribadi yang saya lakukan bahwa yang saya khawatirkan selama ini akan sulit melakukan implementasi kurilukum merdeka pada sekolah binaan saya, ternyata hal itu rasanya sudah terhapus dengan antusiasme yang tercermin dari murid ketika melakukan kegiatan pembelajaran, ada optimisme dalam diri saya bahwa ini akan berhasil menyenangkan murid, menyenangkan guru, dan juga menyenangkan orang tua murid.
Untuk meyakinkan diferensiasi tipe belajar murid maka tindakan diagnosis bisa diulang lagi secara berkala paling tidak tiga kali dengan tindakan yang sama menggunakan alat dan ragam kegiatan yang berbeda sehingga tetap menarik minat siswa untuk aktif mengikuti kegiatan asesmen diagnosis.
Dari Tindakan asesmen diagnostik yang kita lakukan, minimal saya memberikan gambaran kepada guru dan Kepala Taman Kanak-kanak tentang cara melakukan tindakan asesmen diagnostik untuk mendeteksi tipe belajar murid, dan memberikan gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi.
Sebagai pengawas saya merasa bersyukur memiliki kesempatan untuk belajar dalam rangka meningkatkan kompetensi yang saya perlukan untuk memberikan pelayanan dan pendampingan pada sekolah binaan saya khususnya dalam pelaksanaan Implementasi Kurikulum Merdeka.
Instrumen Asesmen Diagnostik untuk Mengetahui Tipe Belajar Murid
No | NAMA | Diagnosis I | Diagnosis II | Ket. | ||||
Auditori | Visual | Kinestetik | Auditori | Visual | Kinestetik | |||
1 | ||||||||
2 | ||||||||
3 | ||||||||
4 | ||||||||
5 | ||||||||
dst |
Kesepekatan dan perencanaan bersama Kepala TK. Dan Guru | |
Kesepakatan penggunaan instrument pemantauan | |
Apersepsi bersama murid | |
Deteksi tipe visual | |
Deteksi tipe auditori | |
Deteksi tipe kinestetik |