Peningkatan Literasi Melalui Karya Siswa SMAN 9 Tebo
Literasi adalah sebuah kegiatan yang harus terus di tingkatkan di Indonesia, mengingat tingkatan Indonesia dalam literasi dunia yang masih berada di urutan ke-62 dunia. Itulah sebabnya pemerintah melalui kementrian pendidikan dan pemerintah daerah untuk terus meningkatkan literasi di sekolah-sekolah yang ada di seluruh Indonesia.
Sama hal nya dengan di SMAN 9 Tebo, kegiatan literasi turut digalakkan dengan mengunakan program literasi sekolah yaitu mengadakan kegiatan membaca buku selama 15 menit awal pelajaran pada tiga hari setiap minggunya.
Prorgam literasi yang berlangsung di SMAN 9 Tebo, berisi kegiatan membaca secara berkelompok. Dengan pembagian kelompok, di harapkan siswa SMAN 9 Tebo akan belajar dan terpacu untuk menyuguhkan bacaan-bacaan yang mengandung pengetahuan dan memacu semangat dan minat siswa untuk mengingkatkan literasinya dengan berkompetisi sesama siswa di sekolah.
Namun seiring dengan perjalanan program literasi yang terjadi di sekolah, siswa mengalami kejenuhan yang berkemungkinan besar disebabkan oleh kurangnya literasi siswa yang tidak merata sehingga menimbulkan kesenjangan antar siswa di sekolah. Hal itu dapat dirasakan dengan keterlambatan beberapa kelompok siswa yang rutin terjadi pada saat kegiatan literasi diadakan disekolah. Hal ini dapat dipastikan lagi karena siswa yang terlambat merupakan orang yang sama dari kelompok yang sama pula. sebagai guru yang juga sedang melakukan kegiatan sosialisasi dan pelatihan literasi selama dua tahun terakhir bersama Instansi pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tebo dan juga Putra Sampoerna Fundation (GuruBinar), tentu hal ini menjadi sebuah hal negatif yang perlu segera dicarikan solusi agar kegiatan literasi akan dapat terus terlaksana dan berjalan dengan baik.
Melihat kondisi kegiatan literasi dan respon siswa yang semakin berkurang, menyebabkan pihak sekolah mencari sebuah langkah nyata agar kegiatan ini kembali meningkat di sekolah dengan melakukan evaluasi program literasi yang sudah ada dan mencarikan solusi terbaik untuk meningkatkan literasi.
Namun usaha sekolah belum lagi berjalan, pandemi Covid-19 menerpa dunia yang tidak terkecuali berdampak pada pendidikan di Indonesia. sehingga sampai dengan awal 2021 proses pembelajaran berlangsung secara daring. Wabah covid-19 menambah deretan masalah yang timbul di sekolah terutama pada kompetensi siswa yang menurun karena tidak siapnya siswa menghadapi sistem pembelajaran daring yang harus diterapkan diseluruh sekolah di Indonesia.
Pada awal 2021, saya mendapatkan informasi dari teman sejawat yang berasal dari kabupaten lain tentang program literasi yang menghasilkan karya berupa buku ber-ISBN dengan nama program GSMB-Nasional. saya mengikuti sosialisasi dan juga mempelajari program ini dengan baik. Saat itu saya merasa ini adalah program baru yang ada di daerah kami, sehingga saya berusaha meyakinkan kepala sekolah dan juga wakil kepala sekolah serta guru di sekolah saya untuk mencoba melakukan gebrakan peningkatan literasi sekolah dengan mengikuti kegitan GSMB-Nasional.
Kegiatan ini diijinkan dengan kondisi sekolah yang masih dilaksanakan secara tatap muka terbatas dan juga keterbatasan dana sekolah yang sebagian besarnya sudah di alihkan untuk pembelian peralatan yang wajib ada selama pandemi covid.
Dua kendala tersebut saya rasa sudah cukup menguras otak untuk mencarikan solusi untuk sekolah kecil yang ada di ujung daerah seperti di SMAN 9 Tebo ini. tapi ternyata, masih ada tantangan lain ketika program ini saya sosialisasikan antara lain adanya penolakan dari teman sejawat dan beberapa yang lain tidak bersedia terlibat dalam program ini. Ditambah lagi siswa kami yang sudah lama libur atau tidak pernah berkegiatan di sekolah menjadi kurang merespon gagasan literasi yang saya sampaikan. Apa lagi siswa sudah mendefinisikan literasi adalah membaca buku dan terkesan membosankan bagi mereka.
Melihat kondisi yang sudah kompleks, saya mulai mencari dukungan yang kemudian saya daapatkan dari kepala sekolah saat itu dan juga dari teman-teman sejawat dari beberapa daerah sampai ke jawa timur yang juga merupakan pegiat Literasi. Dukungan dan motivasi yang diberikan membuat saya tertarik untuk terus mengusahakan dan memperjuangkan program yang saya bawa untuk sekolah, terlebih dukungan dari kepala sekolah sudah saya dapatkan.
Dua minggu lamanya saya melakukan sosialisasi baik dengan mengumpulkan siswa di kelas, masuk ke kelas-kelas yang ada sampai dengan pendekatan secara individu untuk mensosialisasikan Literasi terkait pentingnya dan manfaat dari kegiatan literasi dengan program GSMB-Nasional ini. Berlahan-lahan, beberapa siswa pun akhirnya ikut bergabung dalam program literasi menulis buku ini. meskipun diantara mereka sudah ada siswa yang dengan siap mengikuti bimbingan sampai dengan menghasilkan karya yang akan di jadikan buku, namun ada juga siswa yang bergabung karna rasa ingin tau seperti apa program menulis buku ini. Bahkan ada siswa yang ikut bergabung karna merasa bosan dengan kegiatan belajar daring dan ikut kegiatan untuk menambah pengalaman saja.
Hal ini membuat saya bertambah yakin bahwa kegiatan literasi menulis buku di sekolah ini akan dapat berjalan dengan baik.
Kegiatan bimbingan pun mulai dilakukan dengan protokol kesehatan dan juga mendapatkan ijin dari pihak gugus tugas covid-19 setempat agar pembimbingan dapat dilakukan di sekolah.
Program GSMB-Nasional ini kebetulan memiliki kelas pelatihan yang dapat diikuti secara online, sehingga memudahkan saya melakukan bimbingan kepada siswa yang mengikuti program GSMB-Nasional. Melalui pelatihan online saya dan juga siswa-siswa saya mendapatkan pengetahuan tentang literasi, tentang cara menulis cerita pendek dan hal-hal yang dianggap penting dalam menghasilkan karya sampai nantinya dapat diterbitkan menjadi sebuah buku ber-ISBN.
Selama proses pelatihan berlangsung, saya perlu mendampingi siswa untuk memastikan siswa benar-benar paham dengan apa yang diajarkan di kelas online. Selain itu saya juga sering melakukan pendampingan secara individu selama proses pembuatan karya siswa berlangsung.
Dua bulan lamanya, proses karya siswa akhirnya selesai dibuat dan dikirimkan untuk selanjutnya di cetak menjadi buku dan di daftar agar mendapatkan ISBN. Dimasa penantian penerbitan buku, pihak penyelenggara mengadakan lomba web literasi sekolah, dan saya memutuskan untuk ikut andil dalam lomba bersekala nasional dengan diikuti 19.000 lebih sekolah di Indonesia. Dengan semangat berkarya kami mengikuti kegiatan lomba-lomba yang diadakan penyelenggara.
Alhamdulillah, perjuangan peningkatan literasi dengan program Gerakan Sekolah Menulis Buku yang berlangsung pada tahun 2021 pun usai.
Pada awal tahun 2022 buku hasil karya siswa berupa 50 karya cerpen dari siswa SMAN 9 tebo berhasil terbit dan Ber-ISBN. Rasa senang dan bahagia menyelimuti hati saya sebagai guru dan juga kordinator program literasi ini. tampak rasa bahagia dan kepuasan tersendiri ketika kegiatan ini benar-benar memberikan hasil positif pada sekolah kami.
Menyangdang Sekolah Aktif Literasi ditambah lagi pada puncak festival literasi pada bulan maret 2022, salah seorang siswa kami menjadi 100 Nominasi penulis cerpen terbaik dan saya pun turut masuk dalam 100 Nominasi penulis Artikel pendidikan. Selain itu pada lomba web Literasi sekolah, SMAN 9 Tebo berhasil masuk 10 Besar Nominasi web Literasi Sekolah. jelas ini adalah capaian yang membanggakan bagi saya, namun di lain pihak tentu saya perlu bersiap untuk meningkatkan kembali literasi pada tahun 2022 dan tahun-tahun seterusnya agar literasi terus meningkat khususnya di SMAN 9 Tebo.
Saat ini siswa kami sedang mempersiapkan untuk kegiatan serupa dengan jumlah peminat dan antusias siswa yang tinggi.
Siswa mulai memahami pentingnya literasi dan bagaimana mengejar prestasi dikala siswa disekolah lain mungkin jenuh dengan program literasi yang ada. siswa-siswa di SMAN 9 tebo sudah membuktikan bahwa karya mereka mampu terbit dalam sebuah buku yang ber-ISBN yang mana hal ini dianggap mustahil oleh kebanyakan orang di daerah kami. Mereka sudah merasa bagaimana rasanya menang, menang dari rasa tidak mungkin yang selama ini disampaikan masyrakat kepada mereka. Namun mereka berhasil membuktikan capaian tersebut dan menjawab keraguan masyarakat tentang buku karya siswa ber ISBN.
Inilah cerita praktik baik yang kini menjadi budaya baik di SMAN 9 Tebo. Semoga cerita ini dapat menjadi tolak ukur para guru hebat di Indonesia untuk terus melakukan praktik baik demi kemajuan pendidikan di Indonesia.
Susanto, S.Pd – SMAN 9 tebo