AWAL
“Tawuran pelajar memprihatinkan dunia pendidikan”, demikian judul artikel yang dimuat pada publikasi KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) tertanggal 14 mei 2014. tulisan yang sangat menggugah saya sebagai guru mata pelajaran IPS di MTs. Umdatur Rasikhien Jakarta, sekaligus seolah-olah menyindir apa peran yang bisa dihasilkan dari pembelajaran IPS dalam ikut serta menangkal perilaku tawuran pelajar, termasuk yang dialami oleh murid-murid saya.
Memang, tawuran pelajar yang biasanya terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung dan kota-kota lainnya disebabkan oleh banyak faktor. Sebagai guru IPS, saya merasa ada tanggungjawab yang sangat besar untuk ikut serta mengurangi kebiasaan tawuran melalui pembelajaran IPS, khususnya pada materi sejarah. dimana tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah murid mampu mengidentifikasi nilai-nilai kejuangan dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari
TANTANGAN
Mata pelajaran IPS pada tingkat SMP/MTs terdiri dari materi geografi, ekonomi, sosiologi dan sejarah. Tantangan besar bagi saya selaku guru IPS untuk membuat perencanaan tentang strategi dan cara agar tujuan pembelajaran sejarah dapat memberi kontribusi dalam menanamkan literasi kebangsaan kepada murid.
Ya, literasi kebangsaan. Istilah yang baru saya dapatkan bebapa waktu belakangan berbarengan dengan istilah merdeka belajar. Suatu upaya pemahaman terhadap wawasan kebangsaan, kebhinekaan, cinta tanah air, dan menghargai nilai-nilai persatuan dan kesatuan.
Tantangan yang saya hadapi ketika ingin melaksanakan pembelajaran, yang pertama datang dari diri saya sendiri, bagaimana cara saya membuat pembelajaran agar benar-benar sampai kepada murid, yang kedua sumber daya dan sarana yang terbatas di sekolah saya.
AKSI
Menyadari keterbatasan yang saya miliki, saya berusaha untuk mengajak teman-teman untuk membuat pembelajaan kolaboratif antar mapel serumpun terkait materi sejarah, yaitu mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan (PPKn). Kebetulan di kelas 8 materi IPS dan PPKn ada kesamaan terutama di semester genap yakni tentang penjajahan dan kebangkitan nasional. Pada awalnya mereka ragu namun setelah saya ajak berdiskusi mereka antusias
Dengan latar belakang pelajaran IPS dan PPKn yang merupakan mata pelajaran yang menjemukan, tidak menarik, tidak menggairahkan, terlalu banyak materinya dan lain-lain, saya dan teman-teman melakukan diskusi di awal tahun ajaran untuk membuat kontrak belajar yang menghilangkan kesan buruk murid terhadap mapel IPS dan PPKn. Ternyata ada kesamaan pandangan diantara kami terkait bagaimana mencegah tren tawuran pelajar melalui pembelajaran sejarah. Hasil diskusi kami memutuskan untuk melaksanakan kemping edukasi yang menyenangkan tetapi tidak meninggalkan penanaman nilai-nilai kebangsaan. Kami bekerjasama dengan pihak RINDAM JAYA. Langkah pertama saya adalah menghubungi Kapten Infanteri Andrian Tim Budi Sambodo yang saat itu merupakan pelatih di Depo Pendidikan dan Latihan Tempur (DODIKLATPUR) TNI AD di Gunung Bunder Bogor Jawa Barat.
Setelah proses perencanaan dan negosiasi dengan pihak DODIKLATPUR untuk berkolaborasi sudah deal, kami meminta izin kepada kepala madrasah untuk mengadakan Kemping di Gunung Bunder dalam pembelajaran kolaborasi IPS dan PPKn di akhir semester genap. Kegiatan dilaksanakan selama 2 hari, dengan mengambil waktu di akhir pekan.
“Horeee, kita kemping” sambutan luar biasa dari murid-murid kelas 8 membaca kontrak belajar semester genap yang akan mereka setujui tertera kegiatan kemping. Selanjutnya kami berkordinasi dengan pihak komite madrasah agar rencana kegiatan kemping tersebut bisa sampai kepada orang tua.
Ada sebagian orang tua yang keberatan mendengar nama DODIKLATPUR karena khawatir anaknya tidak mampu mengikuti kerasnya pendidikan disana. Namun setelah disodorkan materi dan rundown kegiatan kemping merekapun menyambut antusias.
“Do’a kami menyertaimu, nak” demikian seru sebagian orang tua sambil melambaikan tangan. Sementara murid-murid dengan berseragam loreng ala tantara, merasa gagah diangkut dengan tronton TNI sebanyak 16 mobil. Sepanjang jalan mereka bernyanyi lagu-lagu perjuangan. Sungguh haru …
Sampai di Gunung Bunder, sesuai rencana murid-murid diturunkan di suatu tempat yang jaraknya kurang lebih 1 kilometer dari lokasi kegiatan yakni DODIKLATPUR. Selanjutnya dengan dipandu oleh pelatih dari DODIKLATPUR, murid-murid diajak untuk jelajah alam dengan tujuan napak tilas perjuangan para pahlawan. Diharapkan mereka akan memahami dan merasakan perjuangan dan kesulitan yang dialami oleh para pahlawan ketika mereka mempertahankan tanah air dari penjajahan bangsa asing.
Saya semakin optimis dengan muird-murid mengalami berbagai kesulitan yang dibuat. Mereka akan semakin menyadari bahwa hidup penuh dengan kesulitan dan hambatan oleh karena itu diperlukan pejuangan, mampu berfikir secara logis dan kritis.
Puncak kegaiatan hari pertama ditutup dengan acara renungan malam. Melakukan refleksi terhadap rasa kebangsaan, cinta tanah air, tolerasi dan kasih saying terhadap sesama. Acara dikemas sedemikian rupa, sehingga murid-murid tak terasa hanyut dalam kesyahduan, rasa bersalah dan tekad untuk berbuat lebih baik. Saya dan teman-temanpun ikut larut dalam kesyahduan.
Materi hari kedua dimulai dengan olahraga dan senam pagi sebagai pemanasan dan penyegaran. Dilanjutkan dengan materi kebangsaan dan sejarah. Disini diputar film-film kebangsaan yang dimiliki TNI. Alhamdulillah, sangat berbeda ketika pembelajaran sejarah dilakukan di dalam kelas. Antusias murid dan kemampuan pelatih dari TNI sangat membantu ketercapaian tujuan pembelajaran. “Pak, kenapa ga dari dulu seperti ini”. Saya sebagai guru sangat senang dengan antusias mereka dalam memahami sejarah bangsa
Pada materi Survival, murid-murid diajak untuk belajar bertahan hidup dengan alam, tentu disesuaikan dengan kondisi murid. Ditujukan agar mereka menghargai sesama, khususnya merasakan bagaimana para pahlawan dahulu Ketika mereka berjuang mempertahankan tanah air dalam kondisi yang serba kekurangan. Seru dan menegangkan, akan tetapi murid-murid menjalaninya dengan penuh kegembiraan.
Mengakhiri kegiatan hari kedua, materi games dan teamwork building, sebagian besar dilakukan oleh pelatih dari TNI. Ternyata keprofesionalan mereka sangat membantu kami dalam membimbing murid-murid. Luar biasa, menyenangkan, gembira dan disiplin. “Pak TNI hebat”, demikian komentar murid-murid setelah mengadakan kegiatan games. Diakhir games semua murid diajak melebur bersama guru dan para pelatih dari TNI. Disini tumbuh kehangatan dan persaudaraan. Dan, Alhamdulillah pembelajaran kolaboratif berakhir dengan menyenangkan.
PERUBAHAN
Setelah pulang dari EDUCAMP, murid-murid diajak untuk menuliskan pengalamannya belajar bersama TNI. Suka dan duka selama berkegiatan serta apa yang bisa disumbangkan kepada bangsa dan negara untuk masa kini dan masa yang akan datang. Dari tulisan mereka sebagian besar bisa merasakan bagimana ketika para pahlawan dahulu berjuang mempertahankan bangsa dan negara dari penjajahan bangsa asing. Rasa persatuan dan kesatuanpun tumbuh dalam keseharian. Saling menghargai dan bertoleransi kepada sesama menjadi keseharian mereka.
Sayapun menanyakan kepada murid-murid bagaimana tanggapan mereka tentang tawuran. Sungguh terharu saya dan teman-teman guru lain karena murid-murid sudah mengerti dan memahami bahwa tawuran adalah hal yang sia-sia.