Saya pernah mengajar di SMA swasta di Kota Pekalongan dari tahun 2015 – 2021. Kebetulan dulu saya mengajar mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan atau biasa disebut PKWU. Murid saya ketika diumumkan bahwa minggu depan ada penilaian pasti mengeluh. Ada yang bilang bosen jika penilaian gitu-gitu aja dan ada yang bilang kalau penilaian di lab komputer aja. Saya ingin murid-murid mengetahui tentang strategi dalam kewirausahaan bisa dipahami ketika dilakukan penilaian.Dan saya berpikir, siswa tidak terlalu terkekang dalam mengerjakan penilaian. Tahun 2018 saya bergabung dengan Komunitas Guru Belajar Pekalongan, dan mengikuti Temu Pendidik Daerah dengan narasumber Pak Nunuk kala itu. Saya mendapat cerita tentang pembelajaran Pak Nunuk yang menggunakan permainan Pokemon Go untuk penilaian harian. Soal dibuat menjadi QR Code yang bisa discan muridnya untuk melihat soal. Pak Nunuk guru TIK di SMA Negeri di daerah pegunungan. Saya pun bertanya pada diri sendiri, “Apakah bisa strategi penilaian seperti itu diterapkan dalam kelas saya?”.
Setelah berpikir, saya coba untuk menanyakan kepada murid-murid tentang penilaian dengan menggunakan QR Code yang di scan.
“Anak-anak, minggu depan kita mencoba penilaian harian dengan menggunakan QR Code yang di scan dengan handphone. Bagaimana?“ tanya saya ke murid-murid
“Wah Pak, kan di sekolah kita tidak boleh membawa handphone pak.” jawab murid-murid dengan penuh kecewa.
Benar juga ya, di sekolah saya memang ada peraturan yang tidak memperbolehkan membawa handphone. Saya harus mencari cara lain untuk bisa melakukan penilaian seperti itu namun tidak menggunakan handphone. Setelah beberapa hari berpikir, saya ingat bahwa di pramuka ada kegiatan mencari jejak dan setiap pos pasti ada pertanyaan yang diberikan kepada kelompok untuk dikerjakan.
Keesokan harinya saya mencoba bertanya kepada murid-murid mengenai penilaian dengan metode mencari jejak.
“ Anak-anak, lusa kita penilaian harian dengan metode mencari jejak ya. Bagaimana?” tanya saya ke murid-murid.
“Boleh Pak, asik berarti kita jalan-jalan di luar kelas ya Pak?” ujak salah satu murid.
“Iya “ jawab saya.
Sehari sebelum penilaian saya menyiapkan bahan-bahan beberapa pertanyaan dengan kertas bufalo yang saya desain menarik. Tidak lupa survei tempat-tempat untuk pos-pos pertanyaan.
Keesokan harinya sebelum penilaian dimulai, saya sudah menempelkan kertas pertanyaan di pos-pos yang sudah saya tetapkan dan tibalah waktu yang dinanti.
“Anak-anak, silakan buat kelompok 5 orang dan siapkan buku untuk menjawab pertanyaan yang sudah disediakan di pos-pos. Apakah kalian siap?” ujar saya ke murid-murid
“Siap pak, bakalan asik nih.” celetuk salah satu murid.
Akhirnya penilaian dilaksanakan, murid-murid berjalan sesuai urutan kelompok. Tak lupa saya juga ikut mendampingi jika sewaktu-waktu ada murid yang bingung. Murid-murid begitu antusias dan mereka senang dengan pembelajaran diluar kelas. Di situ terlihat kelompok 1 berdiskusi untuk menjawab pertanyaan penilaian. Dengan berbekal buku catatan, murid sambil membaca kembali materi yang pernah disampaikan.
Saya mencoba menanyakan kepada kelompok tersebut.
“Bagaimana penilaian dilakukan dengan metode ini?” tanya saya kepada kelompok
“Ini seru sekali pak, tidak hanya menjawab pertanyaan, tetapi kami bisa berdiskusi dan mengambil keputusan dalam memilih jawaban.” jawab dari perwakilan kelompok tersebut.
“Apakah kalian memahami strategi kewirausahaan setelah dilakukan penilaian ini?” saya kembali bertanya.
“Iya pak, beda ketika penilaian dikelas dan tidak boleh melihat buku.” jawab salah satu murid.
Setelah selesai dan dikumpulkan, saya meminta salah satu dari murid untuk refleksi. Murid sangat senang dengan penilaian kontekstual, karena biasanya penilaian dilakukan di dalam kelas dan tidak boleh diskusi, namun pada penilaian ini mereka melakukan perjalanan di luar kelas dan tidak menjemukan. Dan pelajaran yang didapatkan murid yaitu ketika penilaian dilakukan dengan diskusi, maka semua murid akan memahami materi tersebut.
Saya juga melakukan refleksi, bahwa murid-murid sangat jenuh ketika seharian belajar di dalam kelas maka perlu dilakukan kegiatan di luar kelas. Dalam hal ini pelajaran yang saya ambil yaitu bahwa mengadakan penilaian ternyata bisa dilakukan dengan cara yang berbeda seperti penjelajahan. Semenjak penilaian penjelajahan dilakukan, murid-murid selalu mengusulkan untuk penilaian yang dilakukan di luar kelas.