Pengalaman praktik pembelajaran ini saya dapat ketika saya mengajar di salah satu lembaga bimbingan belajar di Palembang. Pada saat itu saya masih menjadi mahasiswa semester akhir di FKIP Universitas Sriwijaya. Materi yang akan dibahas dari pertemuan hari itu berkaitan dengan soal spasial/figural yang biasa muncul pada soal-soal Tes Intelegensi Umum (TIU). Tujuan pembelajaran hari ini adalah murid dapat melakukan visualisasi pada gambar dan memahami pola gambar, posisi gambar, dan juga suatu bangun ruang yang akan terbentuk jika diketahui gambar jaring-jaringnya.
Pembelajaran dimulai dengan mempersilahkan murid untuk mengerjakan soal secara mandiri sesuai kemampuan mereka terlebih dahulu selama 30 menit, hal itu saya lakukan untuk mengetahui kemampuan awal murid, karena pada hari itu merupakan hari pertama pembelajaran tentang spasial/figural. Akan tetapi sebelum waktu habis untuk mengerjakan soal, terdapat beberapa murid mengeluh karena mengalami kesulitan untuk memahami soal. Pada saat itulah saya mengetahui dan sadari ternyata terdapat beberapa murid (khususnya perempuan) masih sangat kesulitan dalam melakukan visualisasi dan memahami gambar. Murid kesulitan membayangkan bangun ruang yang akan terbentuk dari jaring-jaring yang disediakan pada soal dan kesulitan dalam memahami posisi gambar (sisi yang terbuka) dari bangun ruang. Bahkan ada murid yang harus memutar-mutar kertas soal untuk dapat memahami gambar.
Oleh karena itu, sebelum waktu pengerjaan soal selesai, kami sepakat untuk langsung masuk di tahap pembahasan guna membahas soal secara bersama-sama. Karena murid kesulitan melakukan visualisasi bangun ruang pada gambar di kertas (dua dimensi). Akhirnya pembelajaran hari itu menggunakan media berupa bekas wadah penghapus yang terbuat dari kardus kecil berbentuk balok untuk memperlihatkan garis-garis rusuk yang terlihat dari bangun ruang yang tidak memiliki salah satu sisi.
Kotak kardus kecil yang berbentuk balok tersebut kami buka salah satu sisinya, setelah itu kotak tersebut didemonstrasikan di depan kelas untuk menunjukan garis yang merupakan rusuk dari bagian dalam balok tersebut yang terlihat dari sisi yang terbuka jika dilihat dari beberapa sudut, seperti dilihat dari atas, kanan, dan kiri. Kemudian kami juga menggunakan kertas HVS untuk melihat bangun ruang yang terbentuk sesuai dengan jaring-jaring seperti dalam soal.
Pada tahapan ini, di kertas HVS tersebut digambar pola jaring-jaring yang sesuai seperti pada gambar di soal, setelah itu kertas tersebut dipotong mengikuti pola garis keluar dari jaring-jaring, lalu kertas tersebut dilipat mengikuti pola garis jaring-jaring tersebut untuk mengetahui bangun ruang seperti apa yang akan terbentuk. Praktik ini ternyata sangat membantu murid untuk memantik nalar mereka dalam kemampuan visualisasi.
Kegiatan tersebut ternyata dapat meningkatkan kemampuan visualisasi murid. Hal itu terlihat pada saat pembahasan soal di pertemuan berikutnya, murid lebih mudah dalam melakukan visualisasi untuk menentukan bangun ruang yang terbentuk dari suatu jaring-jaring. Sehingga memudahkan mereka dalam menemukan jawaban yang benar. Sebagai guru, setelah pembelajaran hari itu saya menyadari ternyata alat bantu belajar atau biasa disebut dengan media pembelajaran dapat menggunakan benda di sekitar yang sederhana, tidak harus selalu dengan media yang kompleks. Media sederhana tersebut ternyata dapat memiliki pengaruh yang baik untuk membantu pemahaman murid.