Anak usia dini merupakan masa emas yang sering kita dengar istilah Golden Age karena perkembangan pada anak usia dini sangat pesat sekali. Segala informasi yang di diterima oleh anak usia dini akan direkam sangat baik oleh mereka.
Banyak para orang tua yang tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan masa emas anak usia dini sehingga membebankan anak dengan pembelajaran secara instan melalui pembelajaran drill. Tidak sedikit pula lembaga yang memberikan pelayanan membaca, menulis dan berhitung secara drill pada murid untuk memenuhi keinginan paran orang tua sehingga murid stress dalam belajar. Banyak pula para orang tua yang belum memahami bahwa kebutuhan anak usia dini adalah perasaan bahagia. Hal ini di temukan langsung oleh penulis ketika menemukan murid yang tidak semangat dalam belajar, ketika penulis menggali lebih dalam lagi kepada murid mengapa saat itu tidak semangat dalam mengikuti kegiatan, murid pun bercerita bahwa dia bosan, capek dan lelah karena dituntut oleh orang tuanya untuk bisa baca tulis dan hitung dengan cepat agar nanti masuk jenjang Sekolah Dasar sudah siap kemampuan baca tulis dan hitungnya. Diluar kegiatan di PAUD, orang tua memberikan pelajaran tambahan baca tulis hitung di tempat les dan malamnya diminta untuk belajar baca tulis hitung kembali. Fenomena ini penulis temukan bukan hanya 1 atau 2 murid. Hampir setiap tahun banyak murid yang mengalami hal ini. Ketika penulis bertanya kembali kepada murid maunya apa di sekolah, murid pun menjawab bahwa murid tersebut ingin main bersama teman-temannya.
Berdasarkan PERMENDIKBUDRISTEK No. 5 Tahun 2022 dijelaskan bahwa standar tingkat pencapaian perkembangan anak usia dini mencakup 6 aspek, yaitu aspek nilai agama dan moral, nilai pancasila, fisik motorik, kognitif, bahasa dan sosial emosional. Konsep pembelajaran pada anak usia dini harus mencakup pembelajaran yang berdiferensiasi, konstektual dan bermakna. pelaksanaan konsep pembelajaran tersebut dipastikan pembelajaran yang menyenangkan yaitu belajar sambil bermain. untuk itu guru harus bisa merancang kegiatan main dan menata lingkungan main dalam proses pembelajaran anak usia dini. Lalu bagaimana seharusnya pembelajaran yang tepat pada anak usia dini? apa kebutuhan belajar pada anak usia dini?
Penulis melihat ada 2 hal yang saling bertolak belakang antara harapan orang tua yang ingin anaknya bisa membaca, menulis dan berhitung dengan keinginan para murid yang menginkan bisa banyak bermain bersama teman-temannya. Penulis akhirnya menggabungkan sebuah model pembelajaran antara keinginan orang tua dengan aspek pembelajaran pada anak usia dini usia 4-6 tahun melalui model pembelajaran sambal bermain, dalam memperkenalkan angka.
Pada kesempatan kali ini penulis akan berbagi praktik baik pengenalan angka pada anak usia 4-6 tahun melalui pembelajaran konstekstual yang mencakup 6 aspek pembelajaran melalui belajar dan permainan sederhana yaitu meronce angka. Pada meronce angka ini penulis memberikan tali yang diujungnya terikat angka. kemudian murid menyusun balok ke dalam tali atau alat ronce lainnya sejumlah angka yang ada pada ujung tali. setelah selesai menyusun balok yang telah di ronce sejumlah angka pada ujung tali, maka langkah selanjutnya murid menuliskan angka tersebut dengan menggunakan plastisin/playdough diatas meja. setelah selesai meronce balok, anak bisa mempresentasikan hasil meronce misalnya terdiri dari bentuk balok apa, warna balok apa, jumlah balok dan lain sebagainya. Kegiatan meronce angka ini selain menggunakan balok juga bisa menggunakan benda-benda yang ada disekitar kita misalnya menggunakan remasan kertas bekas, kardus, menyusun gelas, daun kering dan sebagainya.
Secara kontekstual anak belajar mengenal angka dan nilai angka langsung dengan menggunakan balok yang di ronce sehingga anak paham konsep angka dan besarannya. pada aspek perkembangan melalui permainan meronce angka ini anak akan belajar :
- Nilai Agama dan Moral : anak membaisakan membaca doa sebelum memulai aktivitas meronce
- Nilai pancasila : anak-anak bisa aling bekerjasama dan membantu teman lain yang kesulitan
- Fisik motorik : mengasah motorik tangan pada anak saat meronce
- Kognitif : anak dapat menghitung jumlah balok yang di ronce
- Bahasa : anak bisa sambil menyebutkan nama angka, bentuk balok, warna balok dan lain lain
- Sosial Emosional : anak berlatih kesabaran dalam memasukkan lubang balok ke dalam tali dan disusun.
Melalui permainan meronce angka ini diharapkan murid belajar mengenal angka dengan cara yang menyenangkan tanpa harus drill dan merasa stress dalam belajar. anak merasa bahagia dan meyenangkan dalam proses pembelajaran mengenal angka.
Pada saat melakukan kegiatan permainan ini, penulis melihat para murid bahagia sekali bisa mengenal angka melalui metode permainan. Para murid tersenyum, tertawa, bermain bersama temannya, saling membantu temannya yang kesulitan, merakit dan meronce bersama-sama. Setelah selesai melakukan kegiatan ini penulis melakukan refleksi kepada para murid mengenai bagaimana perasaanya hari dalam melakukan kegiatan mengenal angka melalui kegiatan permainan ini. Para murid pun menjawab sangat senang dan ingin bermain kembali di pembelajaran berikutnya. Terlihat raut wajah bahagia saat melakukan kegiatan meronce angka ini.
Pada kegiatan mengenal angka meronce ini penulis melihat bahwa hal yang dibutuhkan murid adalah pembelajaran yang menyenangkan terutama untuk anak usia dini. Pengenalan angka dan huruf pada murid tidak harus dilakukan secara drill dengan memaksa anak menulis berlembar-lembar kertas sehingga anak merasa bosan, capek dan lelah yang membuat anak cepat merasa stress dalam belajar. Para guru bisa melakukan pembelajaran sambal bermain bersama para murid yang membuat para murid bisa mengenal konsep angka secara konstektual sehingga para murid merasa merdeka dalam melakukan pembelajaran.