Pengembangan Kurikulum Sekolah Dengan Model Siklus Refleksi Sederhana

Pendidikan Itu dinamis, selalu melakukan perubahan sesuai dengan perkembangan Zaman. Teringat saat menginjak masa sekolah waktu itu, setiap tiba waktu untuk pelaksanaan ujian sekolah maka saya dan kawan-kawan sibuk untuk belajar dan menghafal bahan materi ujian. Setiap mata pelajaran memiliki Jadwal ujian yang berbeda-beda sehingga waktu ujian biasanya berlangsung hingga seminggu dengan jadwal harian yang padat. Semua siswa terbebani dengan jumlah mata pelajaran dikali jumlah soal yang puluhan. Bukan hanya itu, materi ujian yang diberikan sangat book oriented. Masa kini, membuat hal tersebut diatas sudah tidak bisa untuk diterapkan lagi di lingkup sekolah khususnya.

Perkembangan zaman yang kemudian memicu perubahan pendidikan yang lebih terbarukan dan dituntut dengan berbagai Inovasi pembelajaran mengajak guru untuk senantiasa adaptif terhadap perubahan. Tuntutan dan harapan murid agar tidak dibebani dengan berbagai materi belajar yang tidak kontekstual perlu menjadi cambukan dan dorongan sekolah untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid, Selain itu, yang menjadi konsen sekolah adalah bagaimana menghadapi kondisi lose learning pasca pandemi, sekolah seperti memulai membangun kembali dari awal seperti karakter dan pembiasaan kedisiplinan serta ketergantungan pada gawai. Namun dalam mewujudkan harapan – harapan tersebut ,banyak tantangan dan proses belajar yang dilalui di sekolah kami. 

Sebagai salah satu sekolah swasta yang senantiasa memperbaiki diri dan terus melakukan perubahan-perubahan sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan, kami pun mengambil tantangan dengan melakukan pengembangan kurikulum dan melakukan implementasi Kurikulum Merdeka. Dengan mengambil langkah ini, harapan saya dan tim, keresahan yang dialami dapat menemukan solusi secara berkelanjutan. Sebagai seorang Kepala Sekolah yang baru bertugas kurang lebih 3 bulan, saya mencoba menerapkan siklus sederhana dalam melakukan proses pengembangan kurikulum. Adapun tahapan-tahapan yang saya dan tim lakukan secara berkelanjutan adalah :

  1. Refleksi sebagai awal. Kegiatan refleksi rutin tahunan yang dilakukan setiap akhir tahun ajaran merupakan salah satu momentum terbaik memperbaiki diri dan awalan proses perubahan dan pengembangan kurikulum kami. Ya, tahapan ini kami lakukan di Rapat Kerja Akhir Tahun Sekolah. Semua aspek standar pendidikan di sekolah, kami evaluasi dan refleksikan. Salah satunya adalah kurikulum yang diterapkan selama tahun ajaran lalu.
  2. Perencanaan dan analisis (planning and analyze), saya dan tim melakukan proyeksi dari hasil refleksi sebelumnya. Kurikulum mulai kami rancang, saya awali dengan membuat draft. Draft ini menjadi panduan tim saya dalam melakukan perencanaan yang terstruktur. Cakupan perencanaan seperti melakukan analisis Capaian Pembelajaran hingga proses pembuatan Alur Tujuan Pembelajaran, membuat jaring-jaringan untuk menggambarkan mata pelajaran yang dapat saling terintegrasi.
  3. Pengembangan (develop), Tahapan rencana dan analisis, akan lanjut ke pengembangan. Apa yang dikembangkan? Perencanaan pembelajaran atau modul ajar serta assessment plan (APL). Pada perencanaan pembelajaran dan asesmen, tim juga membuat rubrik sebagai salah satu Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP).
  4. Umpan Balik (feedback), membangun percakapan dengan tujuan diskusi bersama tim. Ini saya lakukan baik secara formal pada meeting mingguan atau secara personal dengan obrolan nonformal yang lebih santai. Kesan memberi umpan balik lebih cair, tidak terkesan mengkritik. Umpan balik yang rutin saya lakukan adalah pengecekan assessment plan.
  5. Lakukan (practice), tahapan ini menjadi momen yang dinanti. Apa yang telah di kembangkan guru dan melakukan perbaikan berdasar umpan balik, akan di laksanakan di kelas.
  6. Mini exhibit atau pameran sederhana. Pada tahap ini, orang tua dilibatkan dalam memberikan umpan balik kepada murid. Guru diberi banyak pilihan, dapat berupa presentasi pada kanal youtube sekolah atau uji coba produk dirumah bersama orang tua.
  7. Refleksi akhir yang menjadi awalan untuk perencanaan yang lebih berkelanjutan. Fase ini membawa saya dan tim untuk membangun keberlanjutan dan kembali lagi dengan siklus pengembangan. Tahapan ini menjawab beberapa pertanyaan pemantik misal, apa saja yang sudah baik? apa saja yang perlu diperbaiki?

Tahapan ini kemudian berputar kembali seperti siklus dengan tujuan berkelanjutan dan kontekstual sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan. Pada awalnya, tidak semua guru langsung memahami dan menerapkan karena mereka masih berada pada fase beradaptasi , namun hal tersebut tidak menjadi halangan tim kami berhenti untuk belajar. Prinsip yang saya bangun di Tim adalah komitmen dan terbuka untuk bertanya serta belajar.

Pengembangan kurikulum yang saya dan tim lakukan membawa banyak pelajaran dan perubahan, bukan hanya guru, utamanya pada murid. Jika melihat tim guru, sikap komitmen dan fase belajar kolaborasi dan memanusiakan hubungan tumbuh dengan baik. Imbasnya ke murid, seperti penguatan karakter akhlak, kedisiplinan, berpikir komputasi, dan  banyak lagi. Saya melihat selama kurang lebih 3 bulan, tim saya tumbuh menjadi lebih kuat dengan pondasi Komitmen Pada tujuan. Fase pengembangan kurikulum diatas mengajak saya senantiasa melakukan refleksiI. utamanya pencapaian tujuan berdasarkan tantangan yang ada.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top