Sebagai Guru, saya banyak mengamati perilaku dan kebiasaan-kebiasaan murid saya, baik di dalam kelas maupun ketika berada di luar kelas. Saya juga sering mengamati bagaimana perilaku mereka di dunia maya, ketika murid saya mengajak saya berteman di dunia maya. Salah satu tujuan saya adalah ingin mengenal mereka lebih dekat dan belajar untuk memahami seperti apa keinginan ataupun kebiasaan mereka. Hal tersebut saya maksudkan agar saya bisa lebih memahami mereka sehingga ketika saya mengajar, saya bisa menyesuaikan metode mengajar saya dengan kondisi ataupun karakteristik mereka.
Karena murid di sekolah saya sebagian besar berada pada level ekonomi menengah kebawah dengan berbagai latar belakang keluarga yang berbeda-beda, maka dengan mengetahui kondisi mereka akan sangat membantu saya dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dari hasil pengamatan saya, kemudian saya menemukan beberapa hal yang menurut saya harus saya benahi. Saya menemukan murid saya sering mengambil video yang kadang-kadang tidak dapat dipertanggungjawabkan, misalnya merekam teman kelasnya yang sedang tidur di kelas pada jam istrahat kemudian mengupload di sosial media.
Saya menemukan murid saya merekam atau mengambil gambar berupa foto dengan alasan buat gaul, hobi foto. Pernah sekali saya menemukan murid saya mengupload gambar orang yang sedang sedang merokok. Saat ditanya murid saya dengan santai menjawab hanya sekedar update status. Saya juga menemukan murid saya merekam hal yang mereka anggap bisa dijadikan buat bahan candaan, misalnya melakukan perpuloncon terhadap salah seorang temannya yang dianggap lemah sebagai objek gambar.
Kebiasaan yang kurang baik tersebut menjadi hal yang cukup mengkhawatirkan. Saya melihat banyak anak yang kemudian terpengaruh ke arah negatif. Anak menjadi tahu berbagai informasi yang kurang baik, diantaranya informasi tawuran, penggunaan narkoba, pola pergaulan bebas, di kalangan remaja . Hal tersebut adalah salah satu bentuk persoalan yang yang harus diselesaikan dan diberi solusi agar tidak merusak masa depan mereka. Perlu membentuk karakter murid sejak dini dengan bekal agama dan prestasi agar tidak terjerumus ke dalam pola pergaulan yang dapat merusak mental dan jiwa generasi muda.
Kecanggihan teknologi memudahkan murid saya untuk bisa mengakses informasi-informasi yang kurang baik, sehingga bisa berpengaruh pada pola perilaku mereka. Ini menjadi permasalahan yang akan sangat berdampak pada perkembangan kepribadian murid saya. Menyadari hal tersebut, saya berfikir, bagaimana jika seandainya penggunaan gawai tersebut saya arahkan ke hal yang lebih positif dan bermanfaat. Berbekal pengalaman menjadi anggota ekskul ketika di kampus, saya lalu mencoba membangun diskusi ringan dengan murid saya. Hal yang selalu saya lakukan setiap kali saya ingin mengenal murid saya lebih dekat adalah melalui diskusi bersama mereka. Menjadi pendengar yang baik selalu saya lakukan di awal, lalu mulai menggali apa yang menjadi kenginan mereka.
Saya mengajak mereka untuk bisa mengenali potensi mereka serta mengajak mereka menemukan cara agar bisa keluar dari zona nyaman mereka yang ternyata selama ini tidak memberikan manfaat yang lebih baik buat mereka. Hal apa yang sekiranya mereka bisa lakukan terkait degan hobi mereka, sehingga lebih bermanfaat. Diluar dugaan saya, mereka bisa menemukan solusi sendiri. Mereka ingin apa yang mereka gemari bisa diwadahi. Ekskul adalah tujuan mereka untuk bisa mewadahi mereka dan bisa membentuk kepribadian mereka menjadi lebih baik.
Dengan adanya ekskul, mereka bisa mengekspresikan keinginan mereka menjadi lebih baik dan postif. Saya meyakini bahwa prestasi yang mereka raih, merupakan buah pengaruh dari berbagai variabel utama yaitu kapasitas belajar murid dan kemandirian belajarnya. Kemandiran ditunjukkan dengan kegiatan belajar bersama, menyelesikan tugas bersama, dan melalui interaksi murid dalam berbagai kegiatan ekstra. Menurut saya, hal ini dapat berproses karena hampir seluruh murid melakukan aktivitas ekstra hampir sepanjang hari karena secara kultural mereka betah di sekolah.
Kegiatan ekstrakurikuler akan berpengaruh kuat terhadap intensitas belajar murid saya. Menggerakan belajar murid saya melalui dua sayap kegiatan yaitu meningkatkan efektivitas intra dan ekstrakurikuler. Penguatan kegiatan ekstrakurikuler akan meningkatkan kemampuan belajar mereka sehingga menghasilkan rasa tanggungjawab dan kemadirian yang semakin baik.
Atas izin kepala sekolah dan orang tua, Saya hunting bersama murid saya ke tempat-tempat terbuka, seperti alam bebas berupa tempat wisata, berkunjung ke tempat-tempat bersejarah. Saya awali dengan mata pelajaran saya, sambil belajar saya mengajak mereka membuat dokumentasi baik berupa foto ataupun video sebagai bagian dari laporan kegiatan kunjungan, yang kemudian akan dipresentasikan dalam laporan.
Setelah melalui pendampingan dan saya telah memiliki gambaran tentang pemahaman mereka, saya mulai mengadakan kegiatan LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan) terhadap setiap murid yang ingin bergabung sekaligus sebagai hasil evaluasi dari hasil pekerjaan mereka. Hal tersebut saya maksudkan agar mereka bisa lebih bertanggungjawab, serta mandiri. Jika hal tersebut telah mereka miliki, langkah selanjutnya saya mengadakan pelatihan atau workshop sehari tentang film dan photograpy hingga menjadi MC. Setelah kegiatan-kegiatan tersebut, saya akan melakukan refleksi dalam kegiatan yang telah kami sepakati 2 kali seminggu akan ada latihan dan sesi refleksi.
Saya dan murid saya akan mengevaluasi hasil belajar dan hasil pekerjaan mereka dalam mendokumentasikan kegiatan. Setiap anak diberi kesempatan untuk berbicara dan menunjukkan hasil kerja mereka. Dari sini saya kan mulai menemukan gambaran skill mereka. Akan terlihat ada anak yang bisa mengkoordinir teman-temannya akan saya jadikan pemimpin dalam kelompok yang telah saya bagi. Ada yang bertugas sebagai Sutradara. Anak yang suka membuat sketsa dan desain akan diberi tugas sebagai editing. Yang memiliki hasil potret yang menujukkan hasil yang lebh bagus akan ditempatkan sebagai fotografer atau kameramen. Anak yang suka mengatur dan menata segala sesuatunya dalam setiap kegiatan sehingga terlihat rapih akan ditempatkan pada bagian artistik. Untuk anak yang pandai menyusun kalimat dan menulis akan ditempatkan sebagai penulis.
Semua penempatan tugas sebagai penanggungjawab akan ditempatkan berdasarkan hasil penilaian dan pengamatan seluruh murid, bukan berdasarkan penilaian saya semata. Semua penempatan posisi sesuai dengan minat dan bakat yang mereka tunjukkan dan atas kesepakatan bersama. Semua akan bekerja menurut tugas mereka dan akan terkait satu sama lain. Jika ada kendala akan diselesaikan bersama itu yang selalu ditanamkan. Saling terbuka, saling menghargai satu sama lain.
Setiap selesai satu bagian akan diadakan refleksi untuk perbaikan-perbaikan. Biasanya jika selesai satu kegiatan, mereka sepakat akan bertukar posisi untuk mendapatkan pengalaman baru dalam posisi yang berbeda sehingga mereka akan bertukar peran. Dari sini mereka akan menyadari dan menemukan bahwa mereka terhubung satu sama lain dan tidak bekerja sendiri-sendiri, yang pada akhirnya mereka akan menemukan pashion mereka masing-masing.
Dalam kisah perjalanan ekskul ini, ternyata hasilnya saya ajak mereka untuk ikut lomba sinemaToskul. Tidak ingin mematahkan semangat mereka saya mencoba mensupport mereka. Tantangan baru kembali saya hadapi, saya sendiri orang yang awam tentang film, hanya modal belajar otodidak dengan berselancar di internet dan bertanya pada beberapa orang yang tahu tentang dunia photography ataupun film. Bismillah, saya ingatkan mereka bahwa kita ikut bukan untuk berlomba tetapi untuk belajar dan mencari pengalaman. Juara bukan tujuan kita. Pada saat itu saya mengatakan demikian karena saya tidak ingin mereka menjadi ambisi untuk juara dan akhirnya menemukan kekecewaan, apalagi saya bukanlah pakar di bidang ini. Saya hanya mengajarkan agar mereka fokus dan serius jika ingin ikut, setidaknya mereka akan punya pengalaman.
Tantangan lain tidak mungkin mendelegasikan mereka dalam 1 tim, karena jika hal tersebut saya lakukan pasti akan ada yang kecewa karena tidak bisa ikut menjadi peserta. Lalu kami diskusikan bersama, hasilnya akan dibagi dalam 3 tim agar semua bisa ambil bagian dan terlibat langsung. Bagai mimpi saya diberi kejutan, dalam event tersebut setiap tim masing-masing dapat penghargaan. Ada yang best aktor, pemeran pendukung terbaik dan artistik terbaik. Padahal semua lokasi dan setting diambil dan dilakukan di sekolah.
Murid saya makin tertarik pada dunia film dan fotografi. Saya kemudian mengajak mereka untuk membuat film pendek. Dengan berbekal pengetahuan yang minim serta pengalaman mengikuti SinemaToskul akhirnya atas kesepakatan bersama saya dan murid-murid saya membuat film pendek. Film tersebut kami angkat sebagai bentuk penghargaan dan ucapan terima kasih kami terhadap institusi kami, sekolah kebanggan kami, SMK Darussalam. Hasilnya kami tayangkan di sekolah dalam bentuk pameran hasil karya melalui pemutaran film dan diskusi bedah film.
Saya tidak pernah membayangkan dari hasil tersebut justru menambah semangat mereka. Murid-murid saya makin antusias. Saya tantang mereka untuk melakukan hal yang sama seperti SinemaToskul. Saya ingin mereka sebagai penyelenggara. Saya beri pemahaman, kita mulai diskusi apa saja yang kita butuhkan. Salah satunya adalah sponsor jika kita ingin mengundang sekolah lain. Diskusi berlanjut berhari-hari, ternyata semangat mereka untuk mengadakan festival Film Indie tidak pernah pudar. Saya sudah bersama dengan mereka dari awal, jadi saya tidak boleh mematahkan semangat mereka. Saya harus bisa mensuport mereka.
Lalu mulailah mereka menyusun proposal dibawah pengawasan dan pendampingan saya. Melalui perjuangan sebulan persiapan dan mendampingi mereka menyiapkan izin dari Dinas Pendidikan hingga mengajukan proposal ke beberapa perusahaan. Saya tidak pernah melepaskan tanggungjawab saya, sambil mendampingi mereka, mengajarkan bagaimana mempertanggungjawabkan isi proposal dan meyakinkan calon sponsor, mengajarkan bagaimana menjadi presentator yang baik agar meyakinkan para sponsor. Alhamdulillah, pertama kalinya dan diluar dugaan spnsor primer dan sekunder kami dapatkan.
Mimpi FFID (Festival Film Indie) di depan mata. Saya dan murid-murid mulai bergerak. Saya bagi tugas sesuai dengan target. Menghubungi sekolah terdekat dan mensosialisasikan maksud kegiatan, memberikan undangan untuk ikut serta dalam festival dengan menjelaskan tujuan program, melalui workshop film, dan photography dan hasil akhirya adalah pembuatan film pendek berdurasi 5 menit yang akan difestivalkan diantara sesama peserta workshop. Setelah workshop, pembuatan film dan hasilnya akan dijadwalkan dalam bentuk roadshow ke sekolah peserta yang akan didampingi oleh sponsor.
Alhamdulillah kegiatan festival sebagai wujud pencapaian mereka terlaksana dengan baik. Pada akhir kegiatan akan kami tutup dengan sesi refleksi dengan sesama peserta festival sebagai bahan masukan untuk panitia, sedangkan dengan sponsor akan diakhiri dengan pertanggungjawaban laporan kegiatan dan refleksi bersama sebagai bahan evaluasi. Dan khusus untuk murid-murid saya, refleksi akan dilakukan di satu tempat yang telah disepakati sekaligus sebagai ajang pembubaran panitia dan refreshing.
Menilai ataupun merasakan manfaat dari kegiatan ekstrakurikuler adalah hal yang luar biasa. Murid-murid saya telah mampu melaksanakan kegiatan yang sifatnya melibatkan orang banyak karena melibatkan sekolah lain. Mereka mampu menjadi event organizer terhadap jenis kegiatan yang berskala besar. Selain itu prestasi belajar mereka juga meningkat dan tanpa keluhan dari guru-guru.
“Dulu sebelum bergabung di ekskul Teater, saya merasa sekolah itu membosankan karena terlalu lama di sekolah, bermain game jauh lebih menarik namun sekarang sejak bergabung di ekskul Teater saya lebih betah di sekolah, dan kini hanya bermain game di hari libur”, komentar Raihan Akram.
“ Sejak bergabung di ekskul Teater, saya jadi faham bagaiaman memanfaatkan HP ataupun kamera digital untuk pengembangan diri “, ujar Gymnastiar Arliand.
“ Ekskul Teater melatih saya menjadi lebih percaya diri, dan dapat mengembangkan minat dan bakat saya yang selama ini terpendam’, Komentar Azizah Nabila Maharani.
Mereka mampu menyelesaikan kewajiban mereka di dalam ruang kelas sebagai murid. Merasakan hasil atau dampak dari kegiatan tersebut. Hal yang paling terasa adalah terjadi perubahan sikap yang sangat drastis, mereka lebih bertanggungjawab dan mandiri. Saya melihat mereka lebih tahu dan faham peruntukan kamera ataupun handphone yang mereka miliki. Mengambil gambar atau video yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kini tidak lagi mereka lakukan. Akhirnya pengembangan ekskul hingga festival, bisa menjadi solusi untuk mengurangi adiksi gadget pada anak.
Beragam komentar yang murid-murid saya sampaikan membuat saya makin yakin bahwa pengembangan ekskul itu sangat penting dalam menyalurkan minat dan bakat mereka, serta menjauhkan mereka dari penggunaan gadget yang berlebihan.