Penerapan Sosial-Emosional Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

CERITA PRAKTIK BAIK

Penerapan Sosial-Emosional untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

Oleh Anita, S.Si.

(Guru pada SMK Negeri 1 Lhoknga)

SMK Negeri 1 Lhoknga merupakan sekolah kejuruan regular dan satu-satunya sekolah kejuruan yang ada di Kecamatan Lhoknga dan di sekitar kecamatan lainnya yang ada di kawasan pesisir pantai bagian barat  ± 14 Km dari Banda Aceh  , sehingga input peserta didik di SMK Negeri 1 Lhoknga pada umumnya adalah anak-anak dari keluarga korban tsunami dan korban konflik Aceh.

Input peserta didik di sekolah ini pada umumnya berasal dari wilayah di sekitar Lhoknga dengan berbagai  latar belakang yang beragam dan  tingkat perekonomian  menengah kebawah, sehingga dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah, perlu adanya perlakuan khusus dari guru dengan berbagai cara agar peserta didik tetap memiliki motivasi tinggi untuk bisa sekolah. Dengan kondisi lingkungan masyarakat peserta didik yang seperti ini menyebabkan mereka tidak termotivasi untuk mengikuti pembelajaran di sekolah. Peserta didik lebih tertarik untuk menghabiskan waktu untuk mencari uang. Mereka banyak yang bekerja di sekitar pantai sebagai pramusaji.

Tantangan inilah yang mewajibkan guru untuk mencari solusi agar peserta didik memiliki motivasi yang tinggi untuk mau bersekolah. Sebagai guru, kita harus memiliki tehnik dan cara yang ampuh agar peserta didik kita memiliki motivasi dan keinginan untuk mau bersekolah. Sebagai seorang guru mata pelajaran, tentunya saya harus punya cara dan tehnik tersendiri agar siswa memiliki motivasi tinggi untuk bersekolah. Terlebih lagi mata pelajaran yang saya ampu adalah kimia, yang memang menurut para peserta didik mata pelajaran inilah sangat sulit dipahami dan dimengerti.

Berbekal pengalaman dalam membina peserta didik dibidang kesiswaan, saya mencoba mencari informasi tentang hal-hal yang membuat peserta didik menjadi malas dan enggan untuk mau sekolah dan belajar. Banyak diantara peserta didik yang memang memiliki motivasi rendah untuk mengikuti pembelajaran karena kondisi lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat yang tidak mendukung. Pada saat yang bersamaan, pada tahun 2021 saya mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang dilaksanakan oleh Universitas Sriwijaya selama 3 bulan.  Berbekal pengalaman bidang kesiswaan dan pengalaman yang saya peroleh di dalam PPG ini menjadikan saya terpacu untuk melakukan perubahan. Beranjak dari hal inilah saya sebagai seorang guru mencoba untuk melakukan pendekatan hubungan sosial-emosional dengan peserta didik yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajarnya.

Adapun tujuan praktik baik yang saya lakukan yakni meningkatkan motivasi belajar siswa dengan membangun hubungan sosial emosional. Saya ingin anak-anak mengikuti pembelajaran dengan penuh rasa syukur, suka cita, motivasi, percaya diri, berkolaborasi, dan empati satu sama lainnya. Dengan menciptakan kondisi pembelajaran seperti diharapkan dapat menigkatkan motivasi belajar siswa. Di samping itu, saya ingin anak-anak mengalami peningkatan hasil belajar pasca mengikuti pembelajaran.

Sebagai guru tentunya kita berharap bahwa perubahan yang kita lakukan ini dapat langsung berbuah manis. Namun, pada kenyataannya apa yang kita harapkan ini tidak selamanya berbading lurus dengan kenyataan.

Keinginan saya yang besar untuk memotivasi siswa agar memiliki keinginan kuat untuk bersekolah masih banyak menemukan berbagai tantangan di lapangan. Rendahnya dorongan dari orang tua dan pengaruh dari lingkungan sekitar membuat siswa menjadi malas untuk ke sekolah merupakan salah satu di antara tantangan tersebut. Siswa merasa bahwa sekolah sangat membosankan, tidak ada manfaatnya toh nanti selesai dari pendidikan ini juga kita akan tetap menjadi pengangguran. Siswa merasa bersekolah itu adalah sebuah beban, siswa merasa tertekan dan merasa tidak nyaman di sekolah. Apalagi, suasana pembelajaran yang monoton dengan metode ceramah guru menyebabkan siswa merasa jenuh duduk berjam-jam menonton guru mengajar.

Tantangan lainnya, datang dari rekan-rekan sejawat yang kurang berkolaborasi dalam memberikan motivasi dan inspirasi dalam mengemas pembelajaran yang menarik. Banyak guru terlihat hanya menjalankan tugasnya sebagai pendidik, padahal tugas guru bukan hanya sebagai pendidik tapi juga membimbing siswa agar menjadi lebih baik dengan cara memberikan nasehat dan melakukan pendekatan emosional dengan siswa tersebut.

Tantangan-tantangan ini, menuntut saya untuk mendesain sebuah praktik baik sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman siswa. Pembelajaran yang saya desain mestinya memberikan suasana menyenangkan, tidak memaksakan, tidak membuat siswa tertekan, merasa nyaman dan siswa merasa dihargai dan dibutuhkan di sekolah.  Dari refleksi awal saya menghadapi realitas tersebut maka saya melakukan praktik baik yakni

Penerapan Sosial-Emosional untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

Adapun siswa yang saya jadikan sebagai sampel praktik baik adalah siswa kelas X Bisnis Konstruksi dan Properti SMK Negeri 1 Lhoknga berjumlah 24 siswa. Sementara itu, materi pembelajaran yang saya ajarkan yakni Penyetaraan Persamaan Reaksi, pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2022/2023.

Lantas, apa itu Sosial Emosional? Sosial emosional adalah dua hal yang saling berkaitan. Sosial adalah interaksi sesama manusia dan emosi adalah perasaan yang ada pada seseorang baik itu perasaan marah, sedih, takut, malu, dan sebagainya. Jadi, sosial emsional adalah kemampuan seseorang dalam memahami perasaan orang lain saat berinteraksi. Dengan penerapan sosial emosional ini, kita sebagai guru tidak hanya menjadi figur guru bagi siswa akan tetapi kita juga bisa menjadi seorang sahabat dan orang tua tempat mereka berkeluh kesah.

          Dalam pembelajaran di kelas, saya tidak fokus mengejar target kurikulum. Akan tetapi saya fokus pada kompetensi yang harus dimiliki siswa. Sehingga dalam pembelajarana, untuk menyelesaikan satu kompetensi dasar terkadang saya membutuhkan 3 sampai 4 kali pertemuan diluar dari ketentuan yang sudah ada dalam program semester. Hal ini tentunya berkaitan dengan situasi dan kondisi saat saya berada di dalam kelas. Seperti yang telah saya sampaikan di atas behawa saya sebgai guru tidak hanya mentrasfer ilmu kepada siswa akan tetapi saya juga memberikan bimbingan dan arahan tentang apa yang akan mereka inginkan kedepannya dan apa yang harus dilakukan.

Menurut saya, jika hanya tugas guru adalah mentransfer ilmu maka siswa tidak harus melakukan pembelajaran di sekolah. Siswa cukup mencari literatur dari berbagai sumber lainnya misalnya HP. Akan tetapi karena sekolah bukan hanya tempat untuk menimba ilmu saja, akan tetapi sekolah juga merupakan tempat bagi siswa untuk belajar bagaimana membentuk karakter dan sikap yang bagus. Sehingga sebagai guru saya lebih banyak untuk menyampaikan masukan dan arahan untuk perbaikan siswa ke depan.

Hubungan sosial emosional yang saya bangun dengan siswa yaitu :

  1. Sering bertanya tentang kabar siswa di kelas
  2. Menjadi pendengar yang baik ketika siswa bercerita tentang kehidupan pribadinya
  3. Memberi saran terhadap masalah yang siswa hadapi
  4. Membuka pola pikir dan wawasan siswa tentang apapun perkembangan yang sedang terjadi
  5. Mengarahkan siswa untuk mencapai cita-citanya
  6. Selalu memberikan motivasi kepada siswa bahwa, dlama hidup tidak ada yang tidak mungkin kita capai selama kita terus berusaha
  7. Selalu menyampaikan bahwa sebagai siswa harus menjaga nama baik diri dan orang tua serta sekolah
  8. Saya berusaha tidak membuat jarak antara guru dan siswa, sehingga siswa tidak merasa tertekan
  9. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
  10. Berbagi pengalaman tentang apa saja agar siswa juga bisa belajar dari pengalaman tersebut

Terkadang kita sebagai guru berfikir itu hal yang biasa saja akan tetapi bagi siswa di sekolah dengan saya memberi perhatian seperti itu akan membekas didalam hatinya. Dan siswa merasa ada yang meperhatikannya sehingga dia akan merasa dibutuhkan dan merasa memiliki sekolahnya. Sehingga siswa akan merasa rindu dengan keadaan sekolah. Motivasi siswa akan meningkat jika kita terus membangun hubungan sosial emosional sehingga hal ini juga akan berdampak bagi perkembangan siswa.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top