Penerapan Literasi Budaya Daerah (LIDADA) di TK PGRI 2 Wagir
Fianti Sari, M.Pd
TK PGRI 2 Wagir
Email: [email protected]
Pendidikan merupakan modal utama untuk menyiapkan generasi penerus yang berkualitas. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum memasuki pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Menurut Susanto (2016:2) berbagai macam kecerdasan, pengetahuan dan karakter anak akan mengalami peningkatan yang hebat pada tahap “golden age”.
Pada masa “golden age” penting sekali untuk menanamkan pembiasaan dan karakter baik untuk anak. Salah satu karakter yang perlu dikembangkan adalah karakter cinta tanah air sejak usia dini, toleransi dan sikap saling menghargai. Selain itu juga mbahwa anak-anak pada kearifan local, adat istiadat, permainan tradisional, makanan khas, bahasa, dan tradisi yang ada di daerahnya.
Tantangan dalam mengembangkan karakter tersebut yaitu orangtua yang bekerja, sehingga sedikit kesempatan untuk mendampingi dan mengenalkan budaya daerah pada anak dan beberapa anak didik yang cenderung pendiam dan pemalu, sehingga kesulitan dalam menceritakan budaya daerah,
Berdasarkan tantangan tersebut perlu diciptakan suatu praktik baik. Tentunya praktik baik tersebut dapat menumbuhkan karakter cinta tanah air sejak usia dini, toleransi dan sikap saling menghargai dengan tetap berprinsip pada pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna bagi anak. Praktik baik tersebut adalah “LIDADA”, yaitu singkatan dari literasi budaya daerah.
Tujuan dari “LIDADA” adalah agar anak didik mengenali dan memahami budaya daerahnya sebagai kearifan local yang harus dilestarikan. Kearifan local tersebut adalah budaya, tradisi, adat istiadat, makanan tradisional, pakaian, bahasa, permaianan tradisional, alat music dan lain sebagainya. Selain mengembangkan ranah pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Tahapan awal dalam praktik baik ini yaitu guru membuat jadwal “LIDADA”. Setiap hari satu anak akan menampilkan ide & hasil karya kolaborasi anak dan orangtua. Kegiatan dilakukan setiap hari sesuai dengan jadwal. Kegiatan dilakukan pada kegiatan awal (boleh dilanjutkan pada kegiatan inti, sesuai dengan minat anak).
Mimpi pertama yang dapat dilihat adalah anak-anak memahami kearifan local, adat istiadat, permainan tradisional, makanan khas, bahasa, dan tradisi yang ada di daerahnya. Peran orangtua dalam mendampingi anak dalam mengenalkan budaya daerah sebagai kearifan local. Keterlibatan peran masyarakat juga ada dalam praktik baik ini. Masyarakat berperan untuk menjadi narasumber yang akan mengenalkan budaya daerah kepada anak didik. Jadi dalam LIDADA ini terdapat kolaborasi dari semua pihak yang berkaitan dengan budaya daerah.
Tindak lanjut dari LIDADA yaitu: 1) menyusun jadwal kegiatan kembali. Jika sebelumnya setiap harinya ada satu anak yang berbagi bercerita , maka diganti menjadi dua sampai tiga anak. Hal ini bertujuan agar anak memiliki pengalaman yang bervariasi, 2) membuat naskah atau SOP program LIDADA dan mengintegrasikan ke dalam KTSP Lembaga., 3) menyusun jadwal terpogram untuk mengundang tokoh masyarakat sebagai narasumber dalam mengenalkan budaya daerah., 4)merancang kegiatan pameran budaya (makanan khas, pakaian adat, dll)