Sebagai seorang guru, kita dituntut untuk menjadi manusia yang multi talent dalam artian kita harus pandai dalam segala hal. Baik cara mendidik murid, melakukan pengajaran yang mudah dipahami murid, memahami setiap karakter murid, dan selalu membangun semangat belajar murid. Awal pembelajaran di semester genap kelas 2 jenjang MI terdapat materi tentang sholat berjamaah. Harapan saya setelah mempelajari materi ini murid-murid saya semakin khusuk saat melakukan ibadah sholat, apalagi saat sholat berjamaah di masjid maupun musholla.
Hari pertama masuk pembelajaran materi tersebut, saya menggunakan metode ceramah untuk menjelaskan tentang tata cara sholat dengan benar. Dalam pembelajaran tersebut saya melihat murid-murid saya masih fokus mendengarkan. Beberapa menit kemudian, mereka mulai gaduh, ada yang berbicara dengan teman sebangkunya, ada yang bermain alat tulis, dan ada yang menyandarkan kepalanya di meja. Sesekali saya memberikan refleksi kepada mereka dan memberikan motivasi semangat kepada mereka untuk tetap fokus mendengarkan materi. Setelah target materi tersampaikan semuanya, saya meminta bantuan salah satu murid saya untuk mempraktekkan tata cara sholat dengan benar. Saya buat formasi semua anak di dalam kelas tersebut untuk membentuk lingkaran besar dan yang saya tunjuk untuk praktek di depan temannya menempati posisi di tengah-tengah lingkaran. Saya kira mereka akan memperhatikan dari awal praktek hingga akhir. Namun ditengah praktek tata cara sholat dengan benar, ada beberapa murid saya yang mulai bermain sendiri dengan teman sebelahnya. Hingga akhirnya materi tersebut kurang maksimal dalam pertemuan pertama.
Dari pembelajaran pertama materi tentang sholat berjamaah, saya mengetahui kesalahan dalam metode dan model pembelajaran yang saya terapkan di kelas tersebut. Setelah mengamati setiap karakter murid saya memang mereka mudah sekali bosan. Anak usia 7-9 tahun mereka juga sulit fokus hanya dengan melihat dan mendengarkan tanpa melakukan apapun. Akhirnya saya mencoba menggunakan model pembelajaran lain. Salah satunya adalah peta konsep dan diakhiri game pesawat kertas. Game tersebut saya terinspirasi salah satu video di media sosial. Ketika pertama kali saya memperkenalkan game tersebut, murid-murid saya penasaran dan antusias ingin mencobanya. Namun saya memberikan syarat kepada mereka bahwa mereka harus mampu memahami peta konsep sederhana yang saya buatkan di papan tulis. Tidak hanya satu atau dua anak saja yang paham tapi semuanya harus paham dan mampu menjelaskan kepada saya.
Saya memberikan waktu 20 menit kepada mereka untuk memahami materi dengan peta konsep tersebut. Setelah itu saya melanjutkan game pesawat kertas. Saya menjelaskan alur kegiatan dalam game tersebut, bagi murid yang belum memahami alurnya saya meminta bantuan murid yang sudah paham. Tidak membutuhkan waktu lama dalam penyampaian alur game tersebut. Akhirnya dimulailah game pesawat kertas dengan melibatkan semua murid di kelas. Saya menyediakan lembar kertas sejumlah siswa di kelas saya. Kemudian, saya memandu mereka untuk membuat satu pertanyaan yang ditulis di kertas tersebut. Setelah selesai semuanya, baru mereka membuat pesawat kertas. Seolah-olah mereka sedang bermain padahal mereka masih dalam pembelajaran. Mereka tampak bahagia saat membuat pesawat kertas tersebut.
Setelah selesai semuanya, kami berkumpul di halaman sekolah untuk menerbangkan pesawat masing-masing. Semua anak harus mendapatkan satu pesawat kertas yang telah diterbangkan. Baru setelah itu mereka membuka pesawat kertas tersebut dan membaca pertanyaan sekaligus menjawabnya bergantian. Di awal game tersebut tampak mereka memperhatikan alurnya dengan baik sehingga di sesi selanjutnya mereka menikmati game tersebut.
Tidak terasa waktu berakhir dengan cepat dan bel istirahat sudah berbunyi. Namun, murid-murid saya tidak ingin mengakhiri kegiatan tersebut, mereka ingin melanjutkan permainan lagi. Saya mencoba menjelaskan bahwa kegiatan ini akan dilanjutkan di pertemuan selanjutnya dengan catatan mereka harus paham materi terlebih dahulu. alhamdulillah, murid-murid saya bersemangat untuk belajar di rumah supaya pertemuan selanjutnya mereka bisa menjawab pertanyaan yang telah dibuat oleh temannya. Mereka juga mengusulkan untuk menambah waktu belajar, dan menambah jumlah pesawat masing-masing anak.
Setelah menerapkan pembelajaran tersebut, saya merasa lebih bersemangat dalam menyusun model pembelajaran lain yang lebih menyenangkan lagi, tentunya dengan melihat karakter murid di kelas, dan mencari sumber referensi sebanyak-banyaknya. Ketika anak bersemangat untuk belajar maka kita sebagai guru juga akan ikut bersemangat dalam mengajar. Begitu pula sebaliknya, ketika kita bersemangat melakukan perubahan dalam strategi pembelajaran maka murid juga bersemangat dalam belajar. Ketika guru dan murid bersemangat dalam pembelajaran, maka sesulit apapun materinya akan mudah dipahami.