Awalnya saya ingin memberdayakan sekolah binaan saya, ada sekolah binaan saya yang sering tertinggal dalam banyak hal, sampai dalam pembuatan laporan rutin misalnya laporan Biaya Operasional Sekolah itu juga tertinggal sehingga uang Biaya Operasional Sekolah pun tidak cair. Sekolah itu juga dalam pelaksanaan pembelajaran kurang membuat antusias siswa untuk belajar. Ini saya observasi setiap saya ke sekolah binaan tersebut untuk melakukan pembinaan, monitoring, pendampingan, bimbingan dan latihan atau hal-hal yang berkaitan dengan tugas kepengawasan yang harus saya kerjakan. Kesan yang saya dapat bahwa kepala sekolah, guru-guru maupun tenaga kependidikan sering mengeluh, kurang adanya keterbukaan. Mereka kurang terbuka bahkan untuk menyampaikan keresahan yang mereka alami juga kurang adanya keterbukaan. Saya ingin mereka terbuka, saya ingin mereka bergerak menuju ke perubahan pendidikan yang lebih baik. Tetapi bagaimana kalau kondisinya semuanya ditutup-tutupi dan sulit diajak untuk meninggalkan zona nyaman.
Tantangan yang saya hadapi dalam kenyataan di lapangan yang ada dalam tugas saya tersebut, saya harus membuat kepala sekolah, guru-guru, tenaga kependidikan mau menyampaiakn apa adanya yang menjadi kendala mereka. Saya harus dapat mengajak mereka untuk menjadikan ekosestem pendidikan di sekolah tersebut menjadi semakin baik hubungannya satu sama lain dan saling berkolaborasi, tidak hanya di satu sekolah tersebut saja kolaborasinya tetapi agar mau berkolaborasi antar sekolah, saya ingin sekolah tersebut berdaya.
Aksi saya dalam usaha mewujudkan terciptanya keterbukaan, mau berkolaborasi sehingga sekolah tersebut berdaya, beberapa trik saya lakukan. Alhamdulillah saya sudah bergabung di penggerak Komunitas Pengawas Belajar Nusantara, dan ilmu yang saya dapatkan dari beberapa mempelajari modul yang diberikan di dalamnya ada modul tentang coaching, dan Alhamdulillah saya diberi kesempatan untuk belajar tentang coaching dari coach profesional. Saya belajar bagaimana jadi coach, dan mempraktekkan bagaimana jadi coach maupun jadi coachee. Saya mempraktekkan coaching, saya juga melakukan cara-cara yang lain termasuk dengan pendekatan informal dan personal. Coaching personal maupun coaching grup saya lakukan kepada guru, Kepala Sekolah, tenaga kependidikan.
Dalam melakukan coaching personal maupun coaching grup saya membuat kesepakatan tentang waktu, tempat, dan menentukan tema coaching. Saya lebih sering datang ke sekolah tersebut untuk mendapingi keresahan yang di hadapi guru-guru, tenaga kependidikan, maupun kepala sekolah. Untuk dapat memetakan kendala yang dihadapi guru-guru dan tenaga kependidikan saya setiap hari memantau dengan menelpon guru atau tenaga kependidikan di sekolah tersebut. Setelah saya temukan kendalanya, saya petakan, lalu saya lakukan coaching. Coaching yang saya lakukan coaching secara personal untuk guru maupun tenaga kependidikan untuk awalnya. Setelah itu saya melakukan coaching grup yang melibatkan guru-guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan.
Dari coaching personal yang saya lakukan saya menemukan kehebatan yang ada pada masing-masing guru, tenaga kependidikan dan kepala sekolah. Mereka menyampaikan tujuan awal mereka jadi guru, dan bekerja di sekolah tersebut. Dari tujuan awal yang mereka sampaikan saya terus menggali dengan pertanyaan-pertanyaan yang dengan kesadarannya sendiri menyampaikan kendala juga akan menggugah mereka tentang potensi yang ada pada diri mereka yang akan dilakukan untuk sekolah tersebut.
Dari pelaksanaan coaching personal saya mencatat segala hal kendala yang disampaikan oleh masing-masing guru, tenaga kependidikan maupun kepala sekolah. Pada awalnya mereka sebelum diadakan coaching selalu menyampaikan keluhan, pikiran-pikiran yang merasa tidak dapat diungkapkan yang menyebabkan tidak nyaman di sekolah, ingin menghindari pekerjaan-pekerjaan tambahan yang dibagikan ke guru-guru sehingga pekerjaan terbengkelai tidak dapat untuk memperlancar aktivitas sekolah. Dengan coaching personal yang saya lanjut dengan pendekatan personal informal bicara dari hati ke hati saya menemukan akar masalah di sekolah tersebut. Ternyata di sekolah tersebut gurunya yang sudah jadi pegawai negeri sipil mereka semua ada sakit darah tinggi, kencing manis, jantung, ada juga yang komplikasi. Bahkan yang ditugasi untuk jadi bendahara selain dia sendiri sakit komplikasi ternyata istrinya juga sedang sakit struk yang sudah lama tidak dapat berjalan. Guru tidak tetap yang disuruh membantu untuk membuat laporan yang pandai IT suaminya meninggal maka dia harus menggantikan peran suaminya dalam menghidupi anak-anak dan keluarganya, sehingga harus terteter dan bahkan satu guru tidak tetap lagi yang bisa membantu sekolah tersebut juga pindah ke sekolah lain yang kondisinya lebih dapat mensejahterakan dalam penghasilannya. Kondisi keluarga, kondisi fisik, ekonomi dari masing-masing guru dan tenaga kependidikan yang tidak mendukung ini tentu akan menghambat jalannya pekerjaan di sekolah, terlebih lagi kurangnya personil di sekolah tersebut, dan kurangnya keterbukaan satu sama lain. Maka saya memetakan apa sebetulnya perlu dibenahi secara mendasar di sekolah tersebut, kekuatan apa yang dapat dijadikan solusi saya catat dari hasil coaching personal yang saya lakukan kepada guru-guru, tenaga kependidikan dan kepala sekolah.
Dari masing-masing kekuatan, kehebatan yang ada pada guru-guru, tenaga kependidikan, kepala sekolah ternyata ada beberpa kesamaan. Hal yang ingin dilakukan untuk sekolah agar bangun dari keterpurukan juga ada beberapa yang sama. Diantaranya ada keinginan mencari guru tidak tetap yang mau untuk membaktikan ilmunya di sekolah tersebut dan kalau bisa orang tersebut adalah alumnus dari sekolah tersebut dengan harapan cinta almamater juga dapat ditumbuh kembangkan di sekolah tersebut dan dapat untuk menjadi teladan bagi siswa yang masih sekolah di sekolah tersebut. Alhamdulillah semua warga sekolah dapat membantu mencarikanberkunjung ke rumah sekitar warga dan menanyakan ke setiap warga yang anaknya masih kuliah atau yang sudah lulus kuliah yang mau membaktikan ilmunya di sekolah tersebut. Mereka menyampaiakan pengumuman juga sesuai dengan harapan sekolah tersebut akhirnya ada yang mendaftar guru tidak tetap dan dia juga pandai IT. Kepala sekolah di sekolah tersebut juga penguasaan IT nya bagus, juga guru olah raganya. Jadi mereka kami kasih peluang untuk dapat berkolaborasi di sekolah tersebut dan berkolaborasi antar sekolah.
Peluang sudah mulai terbuka, saya tetap melanjutkan coaching personal untuk terus menggali kehebatan yang terdapat pada guru-guru, tenaga kependidikan dan kepala sekolah, termasuk pada guru tidak tetap yang baru diterima di sekolah tersebut. Dari coaching personal yang saya lakukan tentang kendala dan kehebatan yang mau dilakukan karena ada kesamaan dari yang mereka rasakan, mereka sampaikan, mereka inginkan. Maka saya mulai melakukan coaching grup.
Awal saya melakukan coaching grup mereka seperti canggung mau menyampaikan apa yang mereka ingin lakukan dalam mengatasi kesulitan-kesulitan di sekolah tersebut, sikap keterbukaan mereka yang ketika itu saya lakukan coaching personal betul-betul disampaikan apa adanya menjadi agak kurang terbuka. Maka setelah saya selesai melakukan sesi coaching grup untuk pertama kali di sekolah tersebut saya menyampaikan kepada mereka kita lanjutkan dengan diskusi dan musyawarah. Saya tanyakan apa yang anda-anada rasakan setelah sesi coaching diikuti baru saja. Sebagian besar menjawab hati saya merasa lega dan plong. Apa yang membuat hati anda merasa lega? Mereka menjawab sebagian besar karena sudah dapat menyampaikan apa adanya apa yang ada dihati saya dan dapat di dengar oleh guru-guru, tenaga kependidikan juga kepala sekolah. Apakah anda-anda ingin hati anda makin lega dan plong? Mereka menjawab serentak ingin. Saya pun menawarkan nanti kita lanjutkan di lain waktu untuk kita lakukan hal baik ini. kita diskusikan dulu yang tadi sudah anda-anda sampaikan selanjutnya hal itu untuk tentukan tema coaching dipertemuan berikutnya.
Kami membuat kesepakatan waktu untuk pelaksanaan coaching grup berikutnya agar semua guru, tenaga kependidikan dan kepala sekolah semuanya dapat hadir. Jadi saya pun menanyakan jadwal guru yang harus kontrol ke dokter agar waktu control tidak bersamaan sehingga sekolah dapat terurus. Mereka menyampaikan jadwal kontrol ke dokter bagi yang harus rutinitas kontrol, juga mereka menyampaikan tanggal-tanggal ketika ada kegiatan. Kami mencari tanggal yang tepat dengan harapan semuanya dalam keadaan sehat sehingga coaching grup dapat dilaksanakan dengan lebih baik.
Coaching grup yang kami laksanakan ketika menuju ke arah membuahkan hasil memang mereka sangat terbuka, sampai penjaga sekolah juga yang biasanya tidak mau menyampaikan hal-hal baik yang dia inginkan untuk mengatasi kesulitan sekolah tersebut kali ini penjaga sekolah menyampaikannya dengan panjang lebar. Di akhir sesi coaching grup dilanjut dengan diskusi dan musyawarah mengerucut sesuai tema yang dibahas yaitu pergantian bendahara dapat disepakati. Tetapi semuanya harus terbuka dan saling membantu dan harus berkolaborasi dengan sekolah lain tidak boleh malu bertanya. Kalau ada kesulitan silahkan dapat minta bimbingan langsung kepada kami. Bisa juga minta untuk dilakukan coaching baik coaching personal maupun coaching grup.
Perubahan yang dialami sekarang sekolah binaan saya tersebut sudah berkolaborasi dengan sekolah lain. Bahkan sekolah tersebut guru-gurunya sudah dapat memanfaatkan teknologi untuk pembelajaran. Tidak ada yang mengeluh lagi tentang keadaan sekolahnya. Sudah mau saling membantu satu sama lain, dapat saling berkolaborasi satu dengan yang lainnya, saling berbagi praktik baik. Saling menguatkan. Dan sekolah tersebut Kepala sekolahnya sekarang dengan saya beri ruang untuk mengembangkan kelebihan yang ada pada dirinya tentang penguasaan IT sekarang dapat menggerakkan guru-guru di sekolah lain untuk dapat belajar IT bersama, bahkan dari guru yang tergabung dalam komunitas guru inovasi yang kami bentuk ada yang lulus jadi penggerak komunitas.