Mari Bergerak dan Berdampak!
Sekolah penggerak dan guru penggerak menjadi sebuah program unggulan setelah dikumandangkan oleh Mas Nadiem Makarim. Banyak kisah dan video inspirasi serta motivasi beredar di jagat maya dan sebenarnya hal ini bukanlah hal yang baru buat saya pribadi sebagai seorang guru karena senyatanya saya telah melakukan itu. Tapi saya sangat mengapresiasi program ini karena merupakan program ideal yang sungguh cerdas yang telah diluncurkan oleh pemerintah.
Perkenalkan saya Irma, saya adalah seorang guru dari Bali dan saat ini saya menjabat sebagai seorang Kepala Sekolah. Sekilas isu kekinian tentang saya adalah saya seorang guru penggerak angkatan kelima dan seorang Kepala Sekolah yang lolos Sekolah Penggerak Tahap 1 dan sedang galau menunggu pengumuman Seleksi Tahap 2. Saya telah mengajar dari sejak usia saya lima tahun, mengajar membaca teman- teman yang ketika itu kurang paham jika diajarkan oleh guru. Pendidikan tersebut saat ini lebih dikenal dengan istilah tutor sebaya. Ada kebanggaan yang terselip ketika mereka paham dan mengerti karena saya memberi penjelasan. Bahkan di kelas 5 SD saya sudah menjadi guru renang dan mengajar teman –teman di Club untuk berenang karena guru kami tidak berhasil mengajar teman-teman saya padahal seleksi Audisi Perlombaan Kejuaraan Renang Tingkat SD sudah semakin dekat. Akhirnya di usia 17 tahun saya menetapkan tekad saya untuk meneruskan karir sebagai guru. Saya mengabdi sebagai tenaga honor di Taman Kanak-Kanak, SD dan SMP bahkan di kursus-kursus. Di usia 32 tahun akhirnya saya resmi diangkat sebagai PNS yang telah sebelumnya mengabdi sebagai tenaga honor selama 16 tahun.
Saat pertama saya ditempatkan, saya ada di sebuah sekolah di pedesaan dengan fasilitas yang jauh dari kata memadai. Anak-anak pun adalah anak-anak dengan predikat swasta karena sebelumnya sekolah tersebut adalah Yayasan yang dimiliki Desa dan kemudian berubah menjadi Sekolah Negeri karena Penegerian oleh pemerintah. Anak-anak sangat sulit diatur dan banyak lagi tantangan yang lainnya. Tidak hanya fasilitas belajar dan anak-anak yang sulit dicari bahkan untuk sinyal pun harus naik ke lantai atas dan seringnya tidak ada sinyal. Tapi meski semua hal tidak ada ada satu hal yang ada adalah”Spirit” yakni semangat saya untuk mendidik dari hati. Mendidik mereka dengan penuh cinta.
Mendidik dari hati dengan penuh cinta dimana barometer pendidikan tujuannya tetap sama mengutip dari pernyataan Idola saya Ki Hajar Dewantara yakni demi keselamatan dan kebahagiaan. Tujuan belajar antara sekolah satu dengan sekolah yang lainnya buat saya tidak harus sama. Harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan dimana sekolah itu berada, beradaptasi dengan isu kekinian termasuk menjaga lingkungan sebagai bagian dari warga dunia dan disesuaikan dengan kebutuhan oleh dunia industri dan dunia usaha. Apabila sekolah tidak mengakomodasi ini semua maka alhasil pendidikan dan dunia luar akan berjalan sendiri-sendiri dengan tidak ada kaitannya satu dengan yang lainnya dan anak-anak pun merasa semakin tidak suka dengan belajar kecuali memang tuntutan orangtua yang menginginkan anaknya menjadi juara kelas. Jadi yang mereka raih bukan pembelajaran sepanjang hayat melainkan haus akan pujian orangtua. Merdeka dalam konsep Merdeka Belajar harus mengarah pada tujuan, cara dan penilaian mengutip kalimat dari Pak Bukik salah satu inspirator saya.
Zaman dulu Guru mengancam, zaman ini guru bertanya mau kelas seperti apa, kesepakatan seperti apa, gurunya paling disukai siapa. Guru harus selalu melibatkan siswa, membina karakternya dan selalu membuat diagnostik sebelum dan sesudah serta membangun komunikasi yang positif. Guru adalah fasilitator bukan membangun otonomi dan memiliki jabatan superior. Guru harus mampu menjadi konselor, mentor dan coach, guru harus meminta masukan dan satu lagi Guru jangan mudah tersinggung namun mengajar sesuai dengan zamannya.
Sekarang mari kita berbagi tulisan tentang Praktik Baik. Kondisi awal sekolah dimana saya ditempatkan yakni di SMPN 1 Ubud hal pertama saya mulai bangun yakni karakter. Saya mengamati tempat ibadah yang kotor, kelas yang kotor, bau sampah yang tidak diangkut oleh Petugas Kebersihan dan anak-anak yang sembarangan membuang sampah di tempat-tempat terbuka bahkan tempat tertutup yang sulit dijangkau oleh sapu. Menghadapi suasana Covid 19 dan PHBS tentu hal ini menjadi momok menakutkan tersendiri bagi saya selaku Kepala Sekolah. Walhasil ketika sekolah dibuka kembali setelah pandemic selama dua tahun , anak kami terjangkit Covid dengan jenis Omicron sebanyak satu kelas. Dengan kondisi awal yang memprihatinkan saya mulai mencari tahu apa penyebabnya. Fokus saya bukan hanya kepada akibat tapi seperti dokter yang menganalisa penyakit saya ingin mencari sumbernya dahulu sebelum mengobatinya.
Tantangan yang saya hadapi juga hal yang tidak mudah, karena tidak hanya meneliti siswa namun juga meneliti semua warga sekolah diantaranya ruang guru yang sangat kotor dan berdebu serta ruang Wakil Kepala Sekolah yang sesak dan penuh dengan kertas dan lemari serta ruang tata Usaha yang sangat kacau, bau kecoa dan ada begitu banyak tikus hilir mudik. Tidak berhenti disana ternyata di kantin sampah sangat membludak dan tidak ada tong sampah yang memadai sehingga meluber. Dan bahkan dekat areal kantin sampah menggunung padahal di sebelahnya ada tempat ibadah. Situasi ini membuat saya merasa sangat prihatin. Semua warga sekolah sangat kurang kepeduliannya dan cuek terhadap lingkungan dan semesta.
Beranjak dari hal ini saya tidak bisa tinggal diam. Aksi Solusi yang saya lakukan diantaranya
- Mendatangkan komunitas lingkungan hidup yakni komunitas ecoenzym dengan bantuan teman-teman Komunitas Nusantara dan pembuatan saluran air biopori yang juga dapat difungsikan sebagai tempat pembuangan sampah organik. Saya turut mengundang seorang tokoh inspirasi tentang bagaimana ia berubah pekerjaan dari pegawai hotel menjadi pemulung sampah. Ketika kami mengundang tokoh muda tersebut terbesit ide anak-anak yang mengatakan, “ Bu Irma kami mau jadi Insinyur Sampah”. Saya pun menjawab “ Jadi sekarang kalian tahu bahwa pekerjaan itu sangat beragam dan saat ini kalian menjadi makin terinspirasi”. Kami juga turut mengundang Komunitas Sampah Plastik dari Trash Hero Indonesia dan bahkan akhirnya kami tahu ada 22 jenis sampah plastik. Untuk penanganan sampah saya bekerja sama juga dengan komunitas sampah plastik dengan nama komunitas PADA PEDE Sukawati, Bersih bersih Bali dan Penanggulangan Sampah Plastik Peduli Bali.
- Membuat Program kebersihan terpusat dan terprogram tiap hari Sabtu nama program SABER atau Sabtu bergerak dimana anak-anak dan semua warga sekolah membersihkan semua areal sekolah dan menjadikan kebersihan sebagai bagian dari karakter. Anak-anak diharapkan menjadi Pelopor dan Pelapor yakni Pelopor dimana mereka wajib membuang dan memilah sampah pada tempat yang telah disediakan dan Pelapor apabila ada siswa yang membuang sampah sembarangan.
- Menampilkan video menarik tentang krisis energi, krisis pangan dunia untuk membangun karakter anak-anak dalam pentingnya menjaga bumi. Ketika video ditampilkan oleh Pak Andre salah seorang anggota komunitas bertanya , “Jadi anak-anak siapakah sebenarnya yang memiliki potensi terbesar merusak alam?”. Anak kemudian menjawab “Manusia Pak”. Melihat video tersebut membuat anak-anak terketuk hatinya sehingga mereka mau melakukan aksi tanpa paksaan. Saya ingin mereka melakukan hal yang baik dan benar meskipun tidak ada orang yang melihatnya.
- Membuat perlombaan video dokumenter tentang pelestarian air. Tepat pada Bulan Februari saya ditempatkan di sekolah baru pada akhir bulannya saya mengadakan perlombaan film tentang pentingnya menjaga kelestarian Air, karena sekolah kami dikelilingi sungai yang saya yakini bahwa sungai membawa manfaat besar sebagai pembangun peradaban dan tentu kelestariannya harus kita jaga guna menjaga spesies manusia itu sendiri.
- Membuat poster poster di dalam ruang kelas dan mading serta pojok baca di luar kelas yang berisikan tentang himbauan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Poster ini setiap tiga bulan dilombakan untuk tetap menjadi pengingat kita pentingnya “Menjaga Bumi, Engkau Hidup – Aku Hidup”.
- Membuat ekstra baru yakni program Ecoschool yang di dalamnya berisikan kegiatan-kegiatan tentang lingkungan, di antaranya program Ecoenzim, program membuat desinfektan dan sabun dari Ecoenzim, cara bercocok tanam secara hidroponik dan cara penanganan sampah dan pemilahan sampah kertas, besi, organik dan sampah plastik serta tidak lupa penjualan sampah. Cokde sebagai ketua Ekstra ini bertanya, “Bu Irma kami sudah membuat banyak produk dan juga telah menjual sampah serta menjual hasil hidroponik sehingga kami dapat mengumpulkan uang sebesar tiga ratus ribu rupiah, bisakah kami menggunakan untuk program kemah Sabtu Minggu?”. Saya jawab,”Boleh saja namun karena ini adalah program kewirausahaan maka ada baiknya kalian menanyakan dahulu berapa harga bibit hidroponiknya sehingga kalian perlu mengembalikan dahulu uang pokok guna pembelian bibit berikutnya dan kesemuanya harus kalian bukukan di dalam buku kas sehingga terlihat berapa rugi dan laba serta pengeluaran yang kalian keluarkan”. Anak-anak sangat senang dan antusias terhadap program ini.
- Semua lini ekstra berkolaborasi dengan Ecoschool seperti pramuka yang juga memiliki program pelestarian bumi dan OSIS MPK yang membuat program kewirausahaan. Dengan adanya banyak kegiatan pada Ecoschool dan tema yang diusung sekolah kami mengenai sustainability maka semua kegiatan ekstra lainnya senantiasa berkolaborasi dengan tema dan ekstra Ecoschool. Konsep ini juga mengajarkan anak untuk berkolaborasi dan bekerjasama demi tujuan bersama.
- Membuat konsep baru penanganan sampah organik dan anorganik bekerjasama dengan komunitas dan rekanan, konsep baru ini dinamakan konsep “Tebe” di mana kami menggali sumur sedalam dua meter dan di atas sumur tersebut kami buatkan meja sehingga meja tersebut bisa digunakan anak-anak untuk makan. Dan dekat dengan meja kami hiasi dengan tanaman-tanaman sehingga sangat instagramable sehingga tidak ada lagi sampah menggunung di dekat kantin dan rumah ibadah. Bahkan semua orang sibuk berswafoto pada konsep teras Tebe SMPN 1 Ubud.
- Tepatnya pada perayaan hari Bumi sekolah kami mengadakan program pengabdian masyarakat lewat kampanye, kami memberitahukan masyarakat lewat media sosial sekolah dan siswa. Kami turun ke jalan dan mengajak semua lapisan masyarakat untuk ikut peduli serta menjaga bumi ini bersama lewat Reduce, Reuse and Recycle.
- Melibatkan komite sekolah dan alumni dalam pemberian materi dan pelaksanaan program menjaga kelestarian sungai serta pemungutan sampah di areal Ubud saat perayaan HUT sekolah agar semua dapat mengambil peran serta terhadap sekolah dan ikut menjaga Bumi. Bahkan dari jaringan alumni yang merupakan Staf Khusus Bidang Pendidikan kami mendapatkan kerjasama dengan Kementrian ESDM berupa solar panel yang sampai saat ini proposal masih dikomunikasikan dengan Bupati dan mudah-mudahan segera disetujui.
- Memasukkan aturan dan sanksi tentang sampah dalam Tata tertib Sekolah dan Kesepakatan Kelas. Kami menyelenggarakan program Pelopor dan dicari selalu kandidat Duta Lingkungan Hidup terbaik serta kandidat Pelapor yakni petugas yang akan memberikan sanksi berupa denda sebesar Rp 50.000 bagi siswa yang membuang sampah sembarangan.
- Menjadikan Sustainability menjadi tema Sekolah Penggerak dan topik tahun ini untuk kelas 7 yang menggunakan kurikulum baru serta program MPLS menggunakan tema Sustainability dari twibonne dan ada tes diagnostik dan post test setelahnya tentang lingkungan.
- Membuat sistem Biopori tiap kelas dan beberapa titik sehingga kami memiliki sistem penanganan sampah sendiri. Sistem Biopori ini sebenarnya kami buat adalah untuk menghindari banjir yang sering terjadi di sekolah kami terutama di lapangan upacara. Bahkan saat ini sistem biopori tersebut ternyata bisa digunakan untuk pengolahan sampah organik.
- Membuat MOU dengan para pembeli sampah dan memiliki tabungan Bank Sampah pada tiap masing-masing ekstra. Masing-masing Ekstra telah memiliki buku kas sendiri dan program sendiri, mereka berhasil menjual sampah-sampah yang telah dipilah dan menggunakan uang tersebut guna membuat kegiatan positif lainnya yang masing-masing dikomandani oleh Pembina ekstranya.
- Membuat Program TOPENG Tokoh Peduli Lingkungan yakni program di tiap kelas dimana jika kelasnya bersih maka topeng yang digantung adalah topeng yang tersenyum sedangkan apabila kelasnya kotor maka akan digantung topeng yang bersedih selain diumumkan juga tiap hari senin oleh ekstra ecoschool.
- Program Anak Lomba Kreatifitas Barang Bekas, pada program MPLS kami mengadakan perlombaan kreatifitas dari barang bekas dimana anak-anak diharapkan membuat produk dari barang bekas setelah sebelumnya mereka berliterasi lewat google atau Youtube sehingga kemampuan literasi anak menjadi bertambah serta kreatifitasnya meningkat.
- Lomba Literasi Anak anak menulis tentang “ Aku Hidup Engkau Hidup “ Program Cinta Bumi. Dimana mereka wajib memiliki referensi dan kemudian menulis dalam double folio tentang bumi.
- Program Robotic Penyaringan Air. Dari program teknologi IPA telah dirancang sebuah robot penyaring air dimana anak-anak bisa memanfaatkan air sumur menjadi air yang siap untuk diminum.
- Program Meteran Air. Dalam konsep pelestarian air kami memiliki meteran air dimana fungsinya adalah mencatat berapa air yang digunakan atau dikonsumsi rata-rata warga sekolah selama sehari dan kami mengadakan perbandingan terhadap aturan yang dipersyaratkan mengenai konsumsi air. Hal ini kami tuangkan dalam penelitian Konsep Daya Dukung dan Kepedulian terhadap terbatasnya Sumber daya air.
Perubahan yang terjadi dalam masa lima bulan ini sangat luar biasa, membuat saya terharu. Bahkan banyak sekolah lain belajar ke sekolah kami. Dinas memberikan apresiasi dan banyak Universitas bekerja sama dengan sekolah kami. Bahkan ada mahasiswa internasional datang ke sekolah kami dikarenakan program lingkungan kami dalam menjaga alam sekitar. Staf Kepresidenan yang juga mengapresiasi film dokumenter kami dan bahkan akan mengadakan kunjungan ke sekolah kami karena ide kami yang akan mengadakan upacara bendera di sungai dekat sekolah. Karena kami ingin menunjukkan bahwa kami menghormati dan mencintai bangsa ini dengan bukan hanya menghargai jasa pahlawan tapi kami juga menghormati alam. Namun sebelum upacara bendera kami melakukan bersih bersih dahulu di daerah aliran sungai dekat sekolah kami. Karena kebetulan sekolah kami terletak di Ubud Bali di mana saat ini kita sudah mendukung konsep Sustainability dan konsep Ecotourism.
Kelebihan Program ini adalah
- Anak anak dan semua warga sekolah menjadi waspada dan peduli terhadap sampah dan bahkan mereka tidak memandang sampah menjadi sesuatu yang menjijikkan tapi sampah adalah berkah
- Lingkungan menjadi bersih dan nyaman sehingga kami menjadi sehat dan kami percaya kesehatan fisik akan mempengaruhi kesehatan mental
- Sekolah kami makin dikenal menjadi sekolah percontohan dan memberikan banyak inspirasi kepada sekolah lainnya
- Kami makin dicintai masyarakat dan sekolah menjadi bagian penting proses pembelajaran bersama dan pembelajaran sepanjang hayat dan berkontribusi langsung terhadap dunia luar.
- Dunia usaha dan dunia akademisi menjadi tertarik untuk mengadakan program pengabdian masyarakat ke sekolah kami dan menjalin kolaborasi.
Kekurangan program ini
- Membutuhkan banyak dukungan pihak dan harus banyak memiliki jaringan komunitas.
- Warga sekolah harus selalu diingatkan dan diberi kesadaran sehingga dari kebiasaan bisa melahirkan “budaya”.
- Kepala Sekolah harus senantiasa menjadi contoh dan memiliki semangat luar biasa serta jiwa pantang menyerah.
- Tetap menjaga semangat karena program terkadang seperti iman suka naik dan turun
Demikian yang dapat saya uraikan pada tulisan kecil ini. Semoga bisa menginspirasi dan bisa dilakukan di sekolah kalian dan tentunya menyesuaikan dengan keadaan dan kondisi lingkungan dimana kalian berada. Selamat mencoba praktik baik yang saya lakukan di sekolah saya. Mari kita bergerak dan berdampak bagi keberlangsungan hidup dan jangan lupa untuk senantiasa berbagi karena berbagi itu indah. Mari kita berkolaborasi karena banyak ide dan banyak kepala tentu lebih baik dari satu kepala dan yakinlah bersama kita bisa.