Pendaftaran UTBK SBMPTN 2022 sudah dibuka sejak 23 Maret lalu. Masalah yang sering muncul dalam periode ini yakni murid kelas XII bingung memilih jurusan. Hingga akhirnya merasa salah jurusan ketika sudah menduduki bangku perkuliahan.
Bukik Setiawan, ketua Yayasan Guru Belajar, menyebutkan, setidaknya ada tiga penyebab langgengnya fenomena ini. Pertama, orientasi pendidikan yang mengacu pada pencapaian standar, alih-alih berorientasi pada murid.
“Dalam 20 tahun terakhir, orientasi pendidikan kita ada pada standar bukan murid. Gejalanya berupa maraknya bimbel, latihan soal, mengejar ketuntasan materi pelajaran, rapor mutu hingga akreditasi,” jelas Bukik.
Mengejar capaian standar, kata Bukik, sebenarnya membuat murid menderita belajar. Pasalnya, setiap murid memiliki bakat dan minatnya masing-masing namun dipaksa untuk mencapai capaian yang seragam.
Orientasi pada standar ini juga seringkali membuat guru sibuk dengan urusan administrasi. Waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk menangani murid harus tersita oleh urusan tersebut.
Penyebab kedua yakni, kurangnya upaya sistematis dari sekolah untuk menyelesaikan persoalan ini. Seperti misalnya, banyak guru BK tidak mendapatkan jam pelajaran untuk memberikan sesi pengenalan minat dan bakat pada murid.
“Seringkali guru BK di sekolah hanya menangani murid yang melakukan pelanggaran atau malah dituntut mengajar mata pelajaran lain,” terang aktivis pendidikan itu.
Ketiga, jelas bukik, salah jurusan diakibatkan kurangnya eksplorasi beragam pilihan jurusan yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi murid. Murid terlalu sibuk dan fokus untuk mencapai nilai sesuai standar sehingga kurang waktu untuk mengenali dirinya sendiri dan jurusan yang sesuai.
“Pembelajaran yang berorientasi pada standar membuat murid dijauhkan dari kehidupan nyata, termasuk pengenalan jurusan yang memadai. Pengenalan jurusan biasanya dilakukan mendekati kelulusan SMA, ini sudah terlambat. Seharusnya sejak kelas 7,” tutup Bukik. (YMH)