Pemda Mojokerto Lakukan Percepatan Implementasi Kurikulum Merdeka

Pemerintah daerah Kota dan Kabupaten Mojokerto secara resmi menggandeng Komunitas Guru Belajar Nusantara dan Yayasan Guru Belajar untuk melakukan percepatan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM). Peluncuran kolaborasi ini dilaksanakan pada Selasa (30/8/2022) secara hybrid dari SMA Negeri 1 Sooko Mojokerto.

Ikfina Rahmawati, bupati Mojokerto, yang hadir secara daring, meyakini bahwa  program merdeka belajar merupakan terobosan dan solusi yang bijak untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Sehingga Ia menyatakan dukungannya terhadap percepatan IKM di Mojokerto.

Ikfina berharap rangkaian program yang telah dipersiapkan dapat diikuti oleh seluruh sekolah dengan baik. “Tidak hanya sebagai formalitas namun dapat diimplementasikan dan dirasakan secara utuh manfaatnya,” tukasnya.

Merespon pendapat sebagian pendidik tentang kurikulum yang terus berubah, Bukik Setiawan, ketua Yayasan Guru Belajar, mengatakan, secara dasar Kurikulum Merdeka sebenarnya merupakan kelanjutan dari prinsip kurikulum-kurikulum sebelumnya.

“Misal, kita sudah mengenal kurikulum berbasis kompetensi dari tahun 2004, itu juga digunakan dan diperkuat di Kurikulum Merdeka, tapi ada bedanya. Di Kurikulum 2013 ada penerjemahan kompetensi menjadi 3 komponen yang pada ujungnya menyulitkan guru. Di Kurikulum Merdeka menggunakan cara berpikir yang sama tapi diterjemahkannya berbeda,” terang Bukik.

“Contoh lain, Kurikulum Merdeka juga melanjutkan semangat KTSP, yaitu adanya Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan. Jadi kalau kita melihat benang merahnya, semangat Kurikulum Merdeka berasal dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Tapi memang ada perubahan mendasar yang jadi ciri Kurikulum Merdeka,” lanjut Bukik.

Perbedaan itu, jelas Bukik, setidaknya ada dua. Pertama, adanya penyederhanaan di Kurikulum Merdeka sehingga hanya fokus pada hal esensial. Riset terbaru dari INOVASI dan beberapa lembaga lain menemukan bahwa capaian pembelajaran yang lebih sederhana akan menghasilkan capaian yang lebih baik.

Dengan lebih sederhananya capaian yang ditargetkan, guru lebih punya banyak waktu untuk mempelajari suatu topik. Guru bisa memilah berbagai macam metode, tidak hanya menggunakan metode ceramah atau latihan soal.

Perbedaan kedua yakni Kurikulum Merdeka lebih fokus pada murid. Hasil riset menunjukkan murid yang mendapatkan pengajaran sesuai dengan kemampuannya akan lebih semangat untuk belajar, terang Bukik.

Di akhir sesi peluncuran, Bukik mendorong pendidik yang hadir untuk semangat belajar menyambut Kurikulum Merdeka. “Ketika teman-teman semangat belajar, otomatis konsekuensinya adalah capaian murid. Ini tidak hanya pengalaman saya tapi hasil riset. Semangat belajar kita akan menular ke murid, jadi konsekuensi logisnya,” jelasnya.

“Jadi kalau kita bercita-cita, bermimpi, berencana, untuk meningkatkan literasi dan numerasi murid kita, sesederhana menjadi guru yang semangat belajar. Semangat belajar guru terbukti berdampak meningkatkan kompetensi murid kita. Jadi ayo semangat guru belajar,” pungkas Bukik. (YMH)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top