Pembinaan Persiapan Implementasi Kurikulum Merdeka

PEMBINAAN PERSIAPAN IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA

Oleh: Dra. Endang Sugiyanti, M.Pd.I

Di : MTs Lan Taboer Jakarta

Bermula dari kurangnya pemahaman para guru binaan di Madrasah, khususnya 7 Madrasah Tsnawiyah Kecamatan Cakung Jakarta Timur tentang kurikulum merdeka atau miskonsepsi tentang pemahaman kurikulum merdeka. Dalam hal ini maka diperlukan desiminiasi kompetensi tentang kurikulum merdeka. Berbagai komentar bermunculan, antara lain dalam pemahaman pelatihan kurikulum merdeka; tidak ada RPP atau rencana pelaksanaan pembelajaran, tidak ada KKM atau kriteria minimal ketuntasan kelas. Maka ketika dimulai pembinaan, saya melakukan asesmen diagnostik secara lisan dengan menanyakan beberapa hal tentang kurikulum. Pertanyaan pemantik yang saya ajukan yaitu

“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang kurikulum merdeka?”

“Kurikulum merdeka itu cara pengajarannya merdeka, tidak dibatasi dengan tujuan dan administrasi yang penting bagaimana mencapai pembelajaran.”

“Kurikulum merdeka itu kurikulum yang tidak menggunakan lagi KKM, sehingga saya belum paham bagaimana mengukur ketuntasan, lalu bagaimana menentukan hasil belajar?”

“Kurikulum merdeka tidak menggunakan RPP, namun harus membuat modul yang dibuat lebih berat dibandingkan dengan RPP. Lalu dimana merdekanya?”

“Kurikulum merdeka itu penilaian sikap, pengetahuan dan secara terpisah namun harus asesmen formatif, sumatif dan diagnostic. Lalu bagaimana menilai ketiga ranah tersebut?”

Dari pertanyaan ke empat ini terlihat guru madrasah binaan saya ternyata belum memahami tentang konsep kurikulum belajar dan bagaimana mempersiapkan implementasinya dalam pembelajaran di Madrasah sehingga dibutuhkan pembinaan untuk persiapan implementasi kurikulum dengan mensosialisasikan dan memahami betul tentang bagaimana implementasinya dengan baik, dapat dijangkau dengan mudah dan praktis sehingga tidak mencengangkan.

Ada hal yang menarik dalam pembinaan kali ini , muncul rasa ingin tahu yang tinggi , penasaran dari diri peserta pembinaan tentang kurikulum merdeka. Sehingga bahan eksplorasi pembinaan kepada guru dengan kekuatan rasa keingintahuan dan motivasi dapat menumbuhkan semangat kolaborasi dalam pembinaan tersebut, semangat pembinaan ini dapat dilihat dari antusiasme para peserta yang bersungguh-sungguh dan serius, peserta aktif menjawab dan mengajukan berbagai pertanyaan, suasana diskusi atau kolaborasi antar peserta sangat tinggi dan tidak ada peserta yang asik bermain handphone sendiri saat berlangsungnya pembinaan

Dari refleksi pembinaan dan pengalaman mengerjakan modul penggerak, serta beberapa seminar kurikulum merdeka maka pembinaan dilakukan melalui dua tahap. Pertama adalah paparan tentang kurikulum merdeka , pada kesempatan ini peserta memperhatikan, paparan narasumber. Kedua adalah praktik menganalisi CP (Capaian Pembelajaran) lalu menurunkan menjadi ATP (Alur Tujuan Pembelajaran) dan membuat modul kurikulum merdeka, dimana dalam praktik ini, narasumber telah menyiapkan excel untuk membimbing guru binaan memahami modul belajar sesuai dengan format dan bagiannya.

Tantangan yang saya hadapi yaitu banyak guru yang masih berada di zona nyaman saat mengajar dengan pola pembelajaran yang didominasi peran dan fungsi guru dalam pembelajaran. Kondisi ini membuat sebagian guru apatis dimana dalam persepsi mereka apapun sikapnya tergantung bagaimana wewenang dan keinginan guru, munculnya anggapan bahwa setiap ganti mentri ganti kurikulum. Hal ini merupakan pemahaman miskonsepsi yang harus dijelaskan dan diluruskan secara nalar dan realistis oleh nara sumber.

Kendala lainnya yaitu tingkat kepercayaan diri guru madrasah untuk menerapkan kurikulum merdeka belajar, sebagian mereka merasa kurang yakin untuk menerapkan kurikulum merdeka, hal ini terjadi karena sebagaian besar memahami kurikulum secara teoritik dan naratif, sehingga sulit untuk dijangkau. Maka guru yang dibutuhkan adalah pengetahuan, sarana pembantu aplikasi yang memudahkan mereka melakukan kewajiban dengan mudah, namun sesuai dengan kurikulum merdeka belajar.

Selain itu kendala waktu pembinaan persiapan implementasi kurikulum merdeka yang kurang tepat dan kurang banyak waktu karena berbarengan dengan kegiatan persiapan reakreditasi Madrasah. Maka diperlukan pelatihan lanjutan pada waktu rangkaian rapat kerja tahunan dimana setiap guru hadir memiliki kesiapan untuk melakukan evaluasi, membuat administrasi dan melakukan peningkatan kompetensi diawal tahun ajaran, sehingga tidak terganggu oleh liburan madrasah.

Setelah dilakukan pelatihan persiapan implementasi kurikulum merdeka yang pertama ini, maka dari hasil asesmen dan respons guru bermacam-macam. Sebagian besar ingin melaksanakan untuk pelaksanaan pengembangan perangkat pembelajaran secara khusus dengan melakukan bimtek atau lokakarya secara sederhana kurikulum merdeka.

Hasil dari refleksi pos tes guru diakhir pembinaaan maka diperlukan adanya pembinaan lanjutan dengan langkah-langkah sebagai berikut. Pertama, konsultasi dan koordinasi dengan kepala madrasah. Mengingat guru memiliki keinginan yang kuat untuk mengenalkan kurikulum merdeka, selain itu evaluasi diri visi-misi dan tujuan madrasah. Diperlukan penyesuaian dan kegiatan lanjutan pada saat kegiatan raker. Dilaksanakan bimtek dan pemahaman guru yang lebih komprehensif dan dapat dijangkau serta memiliki keinginan yang kuat untuk diterapkan di madrasah.

Ke dua yaitu berupa paparan yang sistematis dengan bahasa yang sederhana dan mudah dijangkau. Serta dapat dipahami kembali secara mandiri dalam satu waktu di madrasah. Maka diperlukan pelatihan pembinaan yang sederhana, aplikatif dan menarik dari berbagai sumber untuk membantu pemahaman yang progresif terhadap kurikum merdeka belajar .

Ke tiga yaitu narasumber membuatkan contoh perangkat pembelajaran dari berbagai sumber untuk membuat aplikasi perangkat pembelajaran kurikulum merdeka. Sehingga pada tahap ke tiga ini guru lebih banyak bimbingan dengan model workshop dan menghasilkan contoh produk. Mengingat secara teoritis telah disampaikan pada tahapan pertama, maka narasumber mempermudah dengan membuatkan contoh yang praktis mulai dari capaian belajar, alur tujuan pembelajaran ,modul ajar hingga asesmen pembelajaran, sehingga guru bisa melakukan evaluasi, mewujudkan dan merumuskanya dalam pembelajaran

Ke empat yaitu narasumber membuat beberapa kesepakatan kepada peserta pembinaan wajib membawa laptop untuk praktik, memberikan indikator capaian dan materi pembelajaran pada saat pertemuan kedua, sehingga menghasilkan contoh hasil perangkat ajar. Kesepekatan untuk melakukan kegiatan sampai akhir dan menghasilkan produk contoh, serta melakukan presentasi hasil pembinaan kepada teman sebaya , sehingga terjadi proses informasi, desiminasi dan publikasi. Kesepakatan yang kedua, seluruh guru yang sudah selesai membuat contoh perangkat pembelajaran wajib menyerahkan kepada kepala madrasah untuk dilakukan evaluasi sejauh mana pemahaman guru dalam membuat perangkat pembelajaran sebelum mengimplementasikan kurikulum merdeka belajar pada madrasah.

            Pada tahapan ini, nampak guru lebih banyak bekerja mengikuti arahan narasumber yang melakukan pendampingan dalam membuat modul belajar dengan model aplikasi excel, mengarahkan langkah-langkah dan sistematika menggunkan aplikasi tesebut untuk memastikan seluruh peserta melakukan sesuai kesepakatan pembinaan dengan baik. Respon yang diberikan oleh guru melalui aplikasi perangkat pembelajaran ini yaitu bahwa proses pembuatan perangkat pembelajaran menjadi lebih mudah, praktis dan cepat hasilnya. Maka apresiasi kepada guru dengan memberikan pujian, lalu guru mendapat kesempatan melakukan presentasi bagi yang sudah menyelesaikan lebih cepat dibandingkan dengan teman sejawatnya di madrasah.

Dari dua tahapan kegiatan ini, narasumber mendapatkan data melalui angket pos tes bahwa terjadi perubahan pola pikir peserta tentang kurikulum merdeka. Sebagaian besar berpendapat kurikulum merdeka memberikan kesempatan kepada pendidik untuk merumuskan sendiri langkah pembelajaran yang realistis untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan semangat karakter profil pelajar panacasila. Selain itu, perubahan kompetensi peserta pembinaan menjadi baik dan memiliki kesiapan untuk mengimplementasikan secara bertahap kurikulum merdeka pada madrasah sesuai kesepakatan bersama kepala madrasah dan guru untuk dilakukan secara berjenjang

Dari kegiatan ini saya belajar bahwa untuk memahmi sesuatu maka diperlukan penalaran, penjelasan,penyelarasan dan penyederhanaan materi pembinaan sehingga peserta memiliki kesepakatan untuk menerima perubahan setelah mengalami, merasakan dan mencoba aplikasi khususnya pada sarana perangkat pembelajaran. Penyempurnaan paparan dan aplikasi, serta berbagi kepada madrasah maupun komunitas pembelajar ,sehingga pengembangan ini dapat dimanfaatkan oleh guru pembelajaran dalam rangka menyongsong implementasi merdeka belajar pada madrasah.


Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top