PEMBINAAN DESIMINASI PRAKTiK GERAK KURIKULUM MERDEKA
Oleh: Drs.Saifudin Zuhri
TEMPAT : MTs Al Wathoniyah 17 Jakarta
Awal:
Bermula dari banyaknya miskonsepsi tentang pemahaman kurikulum merdeka di madrasah binaan, maka diperlukan desiminiasi kompetensi tentang kurikulum merdeka. Sebelumnya pemahaman peserta pembinaan akan kurikulum merdeka merasa senang karena tidak menggunakan KKM atau kriteria minimal ketuntasan kelas. Diawal pembinaan, saya melakukan tes diagnostik lisan dengan mengajukan pertanyaan pemantik tentang kurikulum merdeka.
“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang kurikulum merdeka”
tiga diantara mereka menjawab
“Kurikulum merdeka itu cara pengajarannya merdeka, tidak dibatasi dengan aturan dan administrasi yang penting bagaimana mencapai tujuan pembelajaran.”
“Kurikulum merdeka itu kurikulum yang tidak menggunakan lagi KKM, sehingga saya belum paham bagaimana mengukur ketuntasan? Lalu bagaimana menentukan mutu hasil belajar?”
“Kurikulum merdeka tidak menggunakan RPP namun harus membuat modul. Bukankah membuat modul lebih berat dibandingkan membuat RPP? Lalu dimana merdekanya?”
Dari ketiga jawaban guru ini terlihat betapa guru madrasah belum memahami tentang konsep kurikulum merdeka belajar dan bagaimana implementasinya dalam pembelajaran di madrasah. Tujuan dari desiminasi praktik gerak ini dimaksudkan untuk meluruskan pemahaman yang benar tentang kurikulum merdeka, bagaimana implentasinya dengan baik mudah dipahami dan praktis sehingga tidak membingungkan serta semakin meluasnya miskonsepsi tersebut.
Disisi lain hal yang menarik dalam pembinaan ini yaitu muncul adanya rasa penasaran peserta tentang kurikulum merdeka belajar. Sehingga menjadi bahan eksplorasi kegiatan pembinaan kepada guru dengan kekuatan rasa keingintahuan dan motivasi. Hal ini menumbuhkan semangat kolaborasi dalam pembinaan yang mana menghasilkan kesepakatan dengan peserta yaitu peserta memperhatikan dengan sungguh-sungguh, peserta tidak ada yang memegang handphone dan apabila ingin meninggalkan ruangan harus izin kepada pengawas.
Tantangan:
Berbekal dari refleksi kegiatan pembinaan dan pengalaman mengerjakan modul penggerak, serta beberapa kali mengikuti seminar kurikulum merdeka maka kegiatan pembinaan dilakukan melalui dua tahap. Pada tahap pertama adalah paparan tentang kurikulum merdeka, ditahap ini peserta menyimak, mengomentari dan memperhatikan paparan nara sumber. Lalu pada tahap yang kedua yaitu praktik membuat modul kurikulum merdeka, dimana dalam praktik ini nara sumber telah menyiapkan aplikasi excel, untuk menuntun guru binaan memahami bagaimana membuat modul ajar sesuai dengan format dan bagiannya.
Tantangan berikutnya yang dihadapi yaitu banyaknya guru yang senang di zona nyaman mengajar dengan pola konservatif yang didominasi peran dan fungsi guru dalam pembelajaran. Kondisi ini membuat sebagian guru bersikap apatis dimana dalam persepsi mereka apapun kurikulumnya tergantung bagaimana wewenang dan keinginan guru, tumbuhnya sikap apreori bahwa setiap ganti menteri ganti kurikulum merupakan pameo miskonsepsi yang harus dijelaskan dan diluruskan secara nalar dan realistis oleh nara sumber.
Kendala yang lainnya adalah tingkat kepercayaan diri guru madrasah untuk menerapkan kurikulum merdeka belajar, sebagian dari mereka merasa kurang yakin untuk menerapkan kurikulum merdeka. Hal ini terjadi karena sebagaian besar memahami kurikulum secara teoritik dan naratif, sehingga susah untuk dipahami, maka yang dibutuhkan guru adalah pengetahuan, sarana pembantu aplikasi yang memudahkan mereka melakukan kewajiban dengan mudah namun sesuai dengan tuntutan kurikulum merdeka belajar.
Disamping itu kendala desiminasi kurikulum merdeka yang kurang tepat karena berbarengan dengan kegiatan PAT, maka diperlukan pelatihan lanjutan pada waktu rangkaian rapat kerja tahunan. Dimana setiap guru hadir memiliki kesiapan untuk melakukan evaluasi, membuat administrasi dan melakukan peningkatan kompetensi diawal tahun ajaran, sehingga tidak terganggu oleh liburan madrasah.
Setelah dilakukan desiminasi pertama maka dari hasil pretes dan respon guru bermacam-macam, namun sebagian besar menginginkan untuk melakukan kembali praktik penyusunan sarana pembelajaran secara khusus dengan melakukan bimtek atau workshop secara sederhana kurikulum merdeka.
Aksi
Berbekal refleksi postes guru diakhir kegiatan pembinaaan maka diperlukan srtaegi pembinaan kedua dengan mengikuti langkah-langkah KOMPAK sebagai berikut:
Langkah KOM:
Yaitu konsultasi dengan kepala madrasah, mengingat guru memiliki keinginan yang kuat untuk mengenal kurikulum merdeka. Disamping itu adanya evaluasi diri visi-misi dan tujuan madrasah juga diperlukan penyesuaian dan kegiatan lanjutan pada saat kegiatan Raker dilaksanakan bimtek , sehingga guru mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif dan dipahami serta memiliki keinginan yang kuat untuk menerapkannya di madrasah.
Langkah P :
Yaitu Langkah lanjutan berupa pembuatan paparan yang sistematis dengan bahasa sederhana dan mudah dipahami, serta dapat di e-learning kembali secara mandiri dalam satu waktu di madrasah. Maka diperlukan paparan pembinaan yang sederhana, aplikatif dan menarik dari berbagai sumber untuk membantu pemahaman yang progresif terhadap kurikum merdeka belajar.
Langkah A:
Pada Langkah ini narasumber membuatkan contoh perangkat pembelajaran dari berbagai sumber untuk membuat aplikasi perangkat pembelajaran kurikulum merdeka. Sehingga pada tahap kedua ini guru lebih banyak bersikap bimbingan model workshop dan menghasilkan contoh produk, mengingat teoritis telah disampaikan pada tahapan pertama, maka narasumber mempermudahnya dengan membuatkan aplikasi yang praktis mulai dari Capaian Pembelajaran, Alur Tujuan Pembelajaran, Modul Ajar hingga Asesmen Pembelajaran. Hal ini dilakukan agar guru bisa melakukan evaluasi, ambil, tiru, modivikasi aplikasi sarana pembelajaran yang dirumuskan.
Langkah K :
Pada Langkah ini narasumber membuat beberapa kesepakatan kepada semua peserta pembinaan dengan mewajibkan membawa laptop untuk praktik, membawa capaian indikator dan materi pembelajaran pada saat pertemuan kedua sehingga menghasilkan contoh hasil perangkat ajar, kesepakatan untuk melakukan kegiatan sampai akhir dan menghasilkan produk contoh, serta melakukan presentasi hasil pembinaan kepada teman sebaya. Sehingga terjadi proeses informasi, desiminasi dan publikasi.
Kesepakatan yang kedua yaitu seluruh guru yang sudah selesai membuat contoh perangkat pembelajaran, wajib menyerahkan kepada kepala madrasah untuk dilakukan evaluasi sejauh mana pemahaman guru dalam membuat perangkat pembelajaran sebelum mengimplementasikan kurikulum merdeka belajar di madrasah. Pada tahapan ini, nampak guru lebih banyak bekerja mengikuti arahan narasumber yang melakukan pendampingan dalam membuat modul belajar dengan model aplikasi excel, mengarahkan langkah-langkah dan sistimatika menggunkan aplikasi tesebut untuk memastikan seluruh peserta melakukan sesuai kesepakatan kegiatan pembinaan dengan baik.
Respon yang diberikan oleh guru, setelah menggunakan aplikasi perangkat pembelajaran ini proses pembuatan perangkat pembelajaran menjadi lebih mudah, praktis dan cepat hasilnya. Saya memberikan apresiasi kepada guru dengan memberikan pujian. Selain itu saya juga memberikan kesempatan bagi guru yang sudah menyelesaikan lebih cepat dibandingkan dengan teman sejawatnya di madrasah untuk melakukan presentasi.
Dari kegiatan dua tahapan praktik gerak ini, saya mendapatkan data melalui angket postes bahwa terjadi perubahan pola pikir peserta tentang kurikulum merdeka. Sebagaian besar berpendapat kurikulum merdeka memberikan kesempatan kepada murid untuk merumuskan sendiri langkah pembelajaran yang realistis untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan semangat karakter profil pelajar panacasila. Disamping itu perubahan kompetensi peserta pembinaan menjadi semakin baik dan memiliki kesiapan untuk mengimplementasikan secara bertahap, kurikulum merdeka di madrasah sesuai kesepakatan bersama kepala madarasah dan guru dan dilakukan secara berjenjang
Pelajaran yang saya dapatkan yaitu, bahwa untuk memahmi sesuatu maka diperlukan penalaran, penjelasan, penyelarasan dan penyederhanaan materi pembinaan sehingga peserta memiliki kesepakatan untuk menerima perubahan setelah mengalami, merasakan dan mencoba aplikasi khususnya pada sarana perangkat pembelajaran. Penyempurnaan paparan dan aplikasi, serta berbagi kepada madrasah lain maupun komunitas pembelajar, sehingga pembaharuan ini dapat dimanfaat oleh guru dalam rangka menyongsong implementasi kurikulum merdeka belajar di madrasah.