Pembelajaran Merdeka Dengan Proyek Untuk Meningkatkan Semangat Belajar Murid Pasca Pandemi

Di SMP Negeri 1 Wanasaba, dalam mata pelajaran IPS, salah satu materi yang dipelajari adalah Ekonomi Kreatif. Dalam kegiatan pembelajaran tatap muka pasca pandemic covid – 19, ditemui permasalahan antara lain keaktifan murid dalam proses pembelajaran di kelas masih kurang, sebagian besar murid menjadi pasif, gairah belajar murid rendah, dan banyak murid yang kurang berani dalam menjawab pertanyaan dari guru serta kurangnya kepercayaan diri murid dalam mengerjakan tugas latihan dan soal di depan kelas. Hal ini tampak ketika kegiatan pembelajaran sedang berlangsung, murid menunjukkan sikap yang kurang antusias. Ketika murid diberi pertanyaan tentang materi yang sedang dijelaskan dan diminta untuk menjelaskan di depan kelas, hanya beberapa murid saja yang berani menjawab dan tampil ke depan kelas. Kondisi ini menyebabkan proses pembelajaran menjadi terkesan kaku dan membosankan.

Masih kurangnya keaktifan murid dalam pembelajaran dapat dilihat dari jarangnya murid bertanya maupun menanggapi pertanyaan, murid jarang mengkomunikasikan kesulitan yang dialami kepada guru, murid juga sering terlambat dalam mengumpulkan tugas. Pemahaman murid pada materi yang sudah disampaikan masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan pada saat diberi pertanyaan langsung oleh guru, murid sering kesulitan menjawab, pada Penilaian Harian baik secara lisan maupun tulisan banyak murid yang nilainya kurang dari KKM.

Oleh karena itu, diperlukan  berbagai  upaya  perbaikan  untuk mengatasi  permasalahan-permasalahan  dalam proses  pembelajaran  di  kelas  pada pasca pandemi ini antara  lain  dengan mengaitkan  mata  pelajaran  dengan  kehidupan sehari-hari,  menjelaskan  manfaat  materi  yang dipelajari,  pemilihan  media  dan  alat  peraga  yang menarik serta melibatkan murid dalam proses pembelajaran yang berbasis proyek. Salah  satu  upaya  untuk  mengatasi permasalahan  tersebut  dengan  memilih  model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning/ PJBL) pada materi Ekonomi Kreatif  karena diduga dapat meningkatkan partisipasi aktif dan kreativitas murid dalam pembelajaran. Alasan pemilihan pembelajaran berbasis proyek adalah karena dengan menggunakan model pembelajaran tersebut, selain dituntut aktif dalam pembuatan proyek murid juga dituntut untuk aktif dalam  belajar  sehingga  materi  yang  dipelajari  dapat  terselesaikan sesuai dengan tujuan pembelajaran.  Project Based Learning (PjBL) adalah model pembelajaran yang menuntut pengajar dan atau murid mengembangkan pertanyaan penuntun (a guiding question). Mengingat bahwa masing-masing murid memiliki gaya belajar yang berbeda, sehingga memberikan kesempatan kepada para murid untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif serta merupakan pendekatan pembelajaran yang memperhatikan keaktifan murid. Murid melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi dan mensintesis informasi melalui cara yang bermakna.

Model pembelajaran berbasis proyekini dirasa mampu diterapkan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan pada kegiatan pembelajaran Ekonomi Kreatif karena murid dituntut untuk lebih kreatif dalam pembuatan desain dan produk dari 14 subsektor ekonomi kreatif di Indonesia. Penerapan model pembelajaran berbasis proyekpada mata pelajaran IPS berorientasi pada kemampuan praktik dalam membuat desain dan produk-produk yang mengacu pada 14 subsektor ekonomi kreatif di Indonesia.

Pada tahap awal, guru menyusun dan menyiapkan RPP pembelajaran untuk materi Ekonomi Kreatif. Penyusunan RPP sesuai dengan surat edaran Kemendikbud Nomor 14 Tahun 2014 tentang penyederhanaan RPP. Komponen RPP meliputi: tujuan pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran/ kegiatan pembelajaran, penilaian pembelajaran sebagai komponen inti dari 13 komponen yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses.

Guru menyiapkan bahan dan media pembelajaran dalam bentuk slide presentasi Power Point (PPT), video, lembar kerja proyek dan Chrome Book untuk setiap kelompok. Bahan pelajaran yang disusun sesuai dengan KD dan pokok materi yang akan dipelajari oleh murid, yakni tentang Ekonomi Kreatif yang dilaksanakan selama 6 jam pelajaran (JP)/ 6 x 40 menit yang terbagi dalam 3 pertemuan. Alokasi pembagian adalah 4 jam pelajaran untuk kegiatan pembelajaran dan 2 jam pelajaran untuk penilaian harian. Pembelajaran ini berlangsung pada minggu keempat Februari dan minggu kedua Maret 2022.

Guru juga menyiapkan tugas pembelajaran yang berupa tugas mandiri yang harus dikerjakan oleh murid di rumah, tugas pembelajaran tentu sesuai dengan cakupan materi yang disajikan. Tugas pembelajaran murid adalah membuat contoh produk ekonomi kreatif yang ada di lingkungan sekitar murid. Tugas tersebut bisa dikumpulkan dalam bentuk narasi, gambar, puisi, video dan bentuk lainnya sesuai dengan keinginan murid. Hal ini dilakukan guna mengakomodir potensi dan minat murid yang berbeda-beda (pembelajaran berdiferensiasi).

Murid mempelajari materi pembelajaran, membuat desain proyek dan mempresentasikan produk yang dihasilkan. Pada tahap ini murid mempelajari materi pembelajaran terkait pengertian, strategi pengembangan dan 14 subsektor ekonomi kreatif di Indonesia. Setelah mempelajari materi pembelajaran, murid dibagi menjadi 5 kelompok. Tiap kelompok diminta untuk membuat desain produk yang akan dibuat berdasarkan 14 subsektor ekonomi kreatif yang ada. Sebagai media untuk mencari referensi, guru membagikan Chrome Book kepada tiap kelompok. Salah satu murid dalam kelompok tersebut login menggunakan akun belajarnya dan browsing internet mencari ide jenis produk ekonomi kreatif yang akan dibuat oleh kelompok. Tiap kelompok membuat produk sesuai dengan desain yang telah dibuat. Pada waktu yang telah ditentukan, tiap kelompok mempresentasikan produk yang dibuat menggunakan media poster dan video. Teknik presentasi dengan metode window shopping dan setiap kelompok diberikan sticky notes agar bisa menuliskan tanggapan pada kelompok yang dikunjunginya.

Ketika murid dalam kelompoknya membuat desain produk yang akan dibuat, guru melakukan observasi dan monitoring untuk memastikan semua murid aktif dalam kelompoknya dan menuntun murid untuk menemukan ide produk yang akan dibuat tersebut. Dalam pelaksanaan pembuatan produk, guru juga melakukan monitoring melalui grup Whatsapp kelas untuk memantau progress tiap kelompok dan memberikan masukan apabila murid mengalami kesulitan dalam pelakasanaannya.

Guru melakukan refleksi dan memberikan umpan balik atas pembelajaran berbasis proyek yang sudah dilakukan. Reflesi dan umpan balik terhadap pembelajaran dilakukan oleh murid dan guru terhadap proses pembelajaran yang dilakukan. Sebagai umpan balik dari murid, guru menggunakan Teknik jurnal diri yaitu meminta murid menyiapkan sebuah buku tulis yang akan mereka sebut sebagai buku jurnal. Guru meminta mereka menggambarkan ataupun menulis tentang apa yang ada di dalam pikiran dan apa yang dirasakan mereka setelah melakukan berbagai aktivitas pembelajaran pada saat itu dengan memberikan pertanyaan panduan seperti: Apa yang menarik? Apakah hal baru yang saya alami? Apakah yang berubah dalam perasaan dan pikiran saya? Apakah yang ingin saya pelajari lebih lanjut? Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut diperoleh umpan balik dari murid, di mana sebagain besar murid menyatakan senang dengan pembelajaran dan merasa bangga karena mampu mendesain dan membuat produk sendiri. Bahkan ada yang mengatakan bahwa mereka bisa mengedit video karena pembelajaran ini. Guru pun memberikan umpan balik dengan dengan kalimat-kalimat persuasif berupa penyemangat, pujian, yang diharapkan mampu melejitkan lagi potensi murid. Di samping itu, guru juga memberikan saran untuk perbaikan di masa yang akan datang, tentunya dengan kalimat-kalimat yang baik. Sementara tanggapan terhadap tugas mandiri disampaikan secara personal dengan memberikan catatan dan informasi nilai terhadap tugas murid.

Menumbuhkan semangat belajar bagi murid pasca pandemi merupakan hal yang guru rasa masih sulit. Masalah yang dihadapi murid belum terbiasa mendesain dan membuat produk sendiri, sehingga mereka kurang percaya diri ketika presentasi. Ada juga kelompok yang agak sulit menemukan ide produk yang akan dibuat dan merasa kesulitan dalam browsing internet. Untuk mengatasi hal tersebut, di dalam proses pembelajaran, guru membentuk kelompok yang heterogen yaitu setiap kelompok teridiri dari beberapa murid dengan jenis kelamin dan gaya belajar yang berbeda, masing-masing kelompok diberikan bahan diskusi berupa lembar kerja proyek. Guru juga membantu dan mendampingi serta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan murid, baik ketika proses pembelajaan di kelas maupun melalui grup Whatsapp kelas. Di akhir pembelajaran, guru juga terus memberikatan penguatan-penguatan agar murid yakin dan percaya diri bahwa dengan terus semangat belajar dan mencoba maka lambat laun akan bisa dan terbiasa melakukannya. Guru memberi penjelasan sekilas tentang apa, bagaimana, mengapa, dan manfaat pembelajaran berbasis proyek. Guru menjelaskan pada murid bahwa dalam pembelajaran IPS berbasis proyek ini dapat membantu mereka lebih memahami materi secara lebih bermakna, berpikir kritis dan terampil, karena murid membuat proyek kontekstual yang akan bermanfaat dalam kehidupannya dan harapannya hal tersebut mampu dikembangkan oleh murid guna menghadapi tantangan globalisasi di masa depan. Pemahaman dan kesadaran akan pentingnya keterampilan pembelajaran berbasis proyek akan membuat murid termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Selain itu, kesadaran bahwa belajar bukan sekedar menghafal teori dan konsep akan membuat murid mau belajar dengan pembelajaran berbasis proyek ini.

Pelaksanaan pembelajaran di SMPN 1 Wanasaba berhasil menerapkan model pembelajaran berbasis proyek pada mata pelajaran IPS materi Ekonomi Kreatif. Model pembelajaran berbasis proyek lebih efektif untuk melatih murid melakukan kerjasama yang lebih baik dengan teman dan guru, melatih murid untuk aktif berdiskusi, melatih murid agar berani menyampaikan pendapat atau pengetahuannya di depan kelas, dan melatih murid untuk belajar menghargai orang lain yang sedang menyampaikan pendapatnya.

Pembelajaran berbasis proyek membawa dampak besar terhadap perkembangan murid antara lain kejenuhan belajar sudah mulai berkurang, ini bisa kita lihat dari aktivitas belajarnya semakin meningkat, jumlah murid yang memberikan tanggapan/pertanyaan meningkat walaupun pada ranah ini perlu ditingkatkan lagi. Ketepatan waktu mengumpulkan/mengirim tugas juga meningkat dan  hasil belajar murid juga semakin meningkat. Di samping itu juga murid  lebih percaya diri akan kemampuannya di bidang IT karena sudah mulai sering berhubungan langsung dengan gadget, baik saat pembelajaran berlangsung maupun ketika mengerjakan tugas indivdu dan berkonsultasi dengan guru via Whatsapp.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top