Pembelajaran Matematika Dengan Pasar Mini Moderen

Matematika Dengan Pasar Mini Moderen

Mata pelajaran matematika merupakan mata  pelajaran yang tidak di sukai anak, menjadi momok bagi mereka hal ini berimbas tidak suka kepada gurunya. Untuk itu dalam mengajarkan matematika harus pelan-pelan dan tidak menekan supaya murid-murid tidak merasa terbebani dan terus mengikuti pembelajaran sampai selesai.

Saya sering melakukan pembelajaran matematika dengan permainan atau praktek langsung dengan kehidupan sehari-hari agar pembelajaran tidak dirasa sulit dan menyenangkan. Kali ini saya akan mengajarkan matematika dengan materi prosentase, saya ingin mengajak murid-murid pergi ke pasar untuk melakukan transaksi langsung dan menghitung diskon harga yang tertera dalam harga barang, jadi murid-murid dapat menghitung secara langsung dan memilih berapa angka yang akan di hitung sesuai dengan kemampuan mereka.

Praktek pembelajaran seperti ini dapat dilakukan di pasar modern, padahal letak sekolah kami berada di pedesaan dan jauh dari perkotaan bahkan untuk sampai ke pasar modern kami harus menggunakan jasa ojek terlebih dahulu baru bisa naik mobil angkot menuju pasar modern, bahkan mobil yang dinaiki harus pindah dua kali karena jalan menuju pasar modern adalah jalan kota jadi kami pindah mobil yang kearah kota baru bisa sampai depan pasar modern, jika tidak ganti mobil maka kami harus jalan kaki yang rutenya cukup jauh untuk sampai ke pasar modern.

Keresahan ini membuat saya berfikir untuk melakukan sesuatu agar murid-murid tetap bisa melakukan transakasi seperti di pasar modern tanpa harus datang ke pasar tesebut, akhirnya saya dan murid-murid membuat pasar sendiri di dalam kelas agar pembelajaran tetap bisa dilakukan sesuai dengan keinginan dan tujuan dalam menghitung prosentase. Saya membagi murid-murid ke dalam beberapa kelompok satu kelompok terdiri dari tiga sampai empat anak, mereka menuliskan nama kelompoknya dan membuat tema dagang atau barang yang akan di perjual belikan, satu kelompok minimal menjual tiga macam barang. Selanjutnya murid-murid membawa barang-barang yang akan di jual kemudian memperlihatkan kepada saya, tidak menyangka mereka membawa barang-barang yang sangat bervariasi bahkan dari satu kelompok dengan kelompok lain barang yang dibawa berbeda-beda, dari alat-alat tulis, makanan ringan, minuman, makanan olahan sendiri, bahkan jamu sehatpun ada. Setelah saya menyetujui barang-barang yang akan dijual maka murid-murid segera menentukan harga jual barang tersebut, mereka menghitung harga beli sampai harga jual dengan potongan harga namun masih tetap mendapatkan untung atau laba. Dengan cara sedikit menaikkan harga terlebih dahulu baru membuat potongan harga atau diskon.

Muri-murid dapat menentukan potongan harga sesuai dengan laba yang akan mereka dapatkan, jika mau sedikit maka mereka memberikan potongan harga besar namun jika mau mendapatkan untung banyak maka mereka memberikan potongan harganya sedikit, begitu mereka memainkan harga pasar. Setelah menentukan harga, kemudian mereka membuat label harga sekaligus promo harga dan memasang atau menempel pada barang yang akan di jual, selanjutnya mereka membuat kedai dengan meja sebagai penyekat dan meletakkan barang-barang yang akan di jual semenarik mungkin. Jika sudah siap maka tepat jam 9.30 anak-anak dari kelas lain akan menyerbu membeli dagangan mereka, bahkan bapak ibu guru juga ikut meramaikan membeli dan meminta menghitung potongan harga, kebetulan kegiatan ini tepat di jam istirahat jadi pasar semakin ramai, sampai terlihat di beberapa kedai mereka barang yang di jual belikan habis tak tersisa namun ada juga yang masih banyak, setelah pengunjung berkurang dan sepi saya mendatangi kedai yang jumlah barangnya masih banyak dan melihat harga yang tertera, ternyata terlalu tinggi dan potongan harganya sangat sedikit untuk itu saya menyarankan membuat promo yang lebih menarik atau menurunkan harga, atau menaikan diskon. Sehingga barang-barang tidak terlalu banyak sisa.

Pukul 10.00 bel berbunyi masuk artinya pengunjung sudah selesai dan kedai-kedai di bongkar sesuai dengan kelas semula, saya dan anak-anak merefleksi transaksi jual beli bersama-sama, berapa barang yang dibawa, berapa harganya, dijual berapa dan dinaikkan berapa, berapa potongan harganya, berapa keuntungan dan berapa kerugiannya. Anak-anak menulis dalam buku dan maju kedepan kelas untuk membacakanya.

Setelah semua kelompok selesai mempresentasikan hasil jualannya kemudian saya menyarankan supaya sisa barang yang masih banyak dibeli oleh satu kelas dan dinikmati Bersama-sama terutama yang bentuknya makanan, jadi murid-murid pulang tidak membawa barang sisa.

Saya menanyakan kepada mereka ”bagaimana kegiatan hari ini?”

Serentak mereka menjawab “seru..” , “asyik” , “menyenangkan” dan sebagainya

“apakah menghitung prosentase susah?”

“tidak..” jawab mereka serentak

“trus apakah matematika susah?”

“iyaaaaa” jawaban mereka meledek saya sambil tertawa, mereka yang selalu bilang matematika susah, belajar matematika tidak menyenangkan dan sebagainya sekarang merasakan bahwa matematika sangat menyenangkan jika diaplikasikan dalam kehidupan nyata, mereka ketagihan dan ingin melakukan lagi ketika uang yang dihitung sangat banyak dalam artian mendapat untung besar dan barang dagangan yang mereka bawa habis tak tersisa. Bahkan ada yang ingin melakukan jual beli di rumah setelah selesai sekolah supaya selalu mendapatkan uang.

Saya juga menerangkan pasar modern kurang lebih seperti yang sudah di lakukan tadi ada potongan harga, pembeli mengambil barangnya sendiri kemudian mencatat di akhir, sekaligus pembayaran dilakukan di akhir ketika pembeli sudah selesai mengambil semua barang. Sedikit ada gambaran pada mereka terlihat antusias mereka yang ingin segera berkunjung ke pasar modern yang sesungguhnya. Saya pun berjanji kepada murid-murid suatu saat saya akan membawa ke pasar modern yang sesungguhnya.

Beginilah gambaran pembelajaran matematika yang menyenangkan dan tidak terlalu membebani murid juga membuat murid ingin melakukan, pembelajaran di sesuaikan dengan kemampuan murid bagaimana mereka menghitung, mereka sendiri yang menentukan angka.

Penulis : Sri Juwariyah KGBN Wonosobo

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top