Pembelajaran Konstektual Lintas Karakter

PEMBELAJARAN KONSTEKTUAL

LINTAS JENJANG KARAKTER

Namaku syarifah Suniati,S.Pd seorang guru Fisika yang selalu punya ambisi setiapanak didik yang diajarkannya harus menjadi peserta olimpiade IPA bidang Fisika.  Hal ini terus saya tanamkan pada diri saya sendiri,agarmenjadi motivasi untuk diri saya agar dapat terus bisa belajar dan mengajar dengan baik kepada murid dan mahasiswa/ i saya. Dan ini terbukti dengan beberapa anak didik saya diSMPUnggul YPPU Sigli menjadi kandidat peserta OSN mewakili Kabupaten Pidie, serta ada yang mewakili Provinsi Aceh ketingkat Nasional. Namun, setelah saya menjadi Guru ASN pada tahun 2019 pada sebuah sekolah dikabupaten Simeulue Tepatnya disebuah pulau yang berada diperairan Samudra Hidia. SMA Negeri 2 Simeulue Tengah nama tempat dimana saya Allah berikan kepercayan untuk mengabdi menjadi seorang guru ASN Fisika. Sejak saya melangkahkan kaki saya disekolah, hati saya berkata semua diluar ekspektasi saya. Sekolah ini terlihat begitu rindang dan bersih dari sampah, sangat nyaman berada didalamnya. Setelah saya memasuki kelas  dan memulai mengajar dihari pertama saya, ruangan terasa begitu tenang dikarenakan dari 23 murid pada kelas tersebut yang hadir hanyalah sekitar 14 orang.

Saya memulai pembelajaran saya dengan menyapa murid saya, serta memperkenalkan diri. Begitu juga sebaliknya murid saya satu persatu memperkenalakan diri mereka dengan sangat bersemangat. Kemudian saya menanyakan kepada murid saya , kemanakah teman mereka lainnya? Megapa mereka tidak masuk kesekolah? Dan mereka menjawab dengan alasan yang beragam pula, namun kebanyakan jawaban yang mereka berikan adalah bahwa mereka tidak masuk sekolah dikarena harus membantu orang tua bekerja.  Saya pun dengan semangat memulai pembelajaran seperti biasanya saya mengajar disekolah sebelumnya. Saya melihat memulai pembejaran sesuai materi yang ada RPP untuk jenjang SMA, hasilnya saya melihar reaksi murid saya yang terdiam dan terlihat wajah mereka bingung. Hal ini menjadi tanda Tanya besar bagi saya, apakah mereka mengerti? Atau murid saya ini bingung? Atau cara saya mengajar yang tidak baik?. Kemudia saya bertanya kepada murid saya mengapa anak – anak ibu diam? Apakah sudah mengerti? Dan merekapun kembali diam,lalu saya dekati mereka satu persatu mencari jawaban dari rasa penasaran saya tersebut. Disinilah saya mendapatkan sebuah jawabanya bahwa mereka tidak mengerti ,karena ini merupakan hal baru bagi mereka .

Alangkah terkejutnya saya dengan jawaban yang saya dapatkan dari murid saya tersebut. Dan hal ini menjadi PR besar bagi saya untuk menyelesaikannya,agar murid saya tidak beranggapan bahwa Fisika ini adalah suatu pembelajaran yang susah dan sulit untuk dimengertikan.

Saat saya berusaha untuk mengajarkan pada pertemuan kedua, kehadiran murid juga tidak semuanya hadir dari 22 murid yang hadir hanya 13 orang,namun hal itu tidak membuat saya patah semangat untuk mengajar. Saya mengajarkan cara mengoperasikan rumus yang berkenaan dengan materi yang saya berikan, didalam materi ada pembagian pecahan dan ada juga perkalian yang harus diselesaikan. Saya menuntun murid saya, namun mereka masih diam dan masih terlihat bingung. Setelah saya selidiki ternyata murid saya masih belum begitu paham cara mengoperasikan pembagian pecahan dan perkalian bentuk decimal. Dan kemudian saya berusaha untuk mengajak murid saya untuk maju kedepan menyelesaikan soal matematika sederhana dengan rumus Fisika kedepan kelas. Awalnya murid saya ragu untuk maju kedepan kelas menyelesaikan soal dipapan tulisyang sudah tersedia, namun saya meyakinkanmurid saya untuk jangan takut, bila salah nanti akan kita sama sama perbaiki.

Saya menjadi termotivasi untuk mengajarkan mereka matematika dasar,mulai dari pengurangan, perkalian, penjumlahan dan juga pembagian untuk berbagai bilangan. Saya berusaha untuk mencari video video di youtube yang membahas tentang matematika mudah, meskipun waktu terkadang menjadi kendala bagi saya untuk mengajarkan mereka dikarenakan jam ngajar yang durasinya singkat. Sehingga saya mengajak siswa untuk mengikuti Les Gratis yang saya adakan pada jam sore, walaupun hanya 5 orang murid yang hadir awalnya itu tidak menjadi masalah bagi saya untuk memulainya.

Kembali pada jumlah kehadiran murid yang mungkin harus segara ditindak lanjuti, saya menanyakan informasi dari teman sekelasnya mengapa alasan dari murid yang tidak masuk kelas tersebut. Ada sebagaian dari mereka yang memang membantu orang tuanya mencari nafkah, ada yang memang mereka sendiri yang menjadi tulang punggung keluarganya sehingga harus mencari nafkah untuk keluarganya. Dan ada juga murid yang memang sudah dari rumah dia berangkat sekolah, namun tidak sampai kesekolah pada saat jam anak sekolah pulang , murid tersebut juga ikut pulang. Akhirnya saya menyelusuri kegiatan murid saya ada sebagahagian dari mereka yang manjat kelapa membantu ayahnya, ada yang menarik pukat dilaut bersama para nelayan, ada juga yang tidur dimusallah desa paginya setelah murid pulang di ikutan pulang.

Saya mendekati mereka satu persatu untuk mengajak mereka kembali semangat bersekolah, karena membantu orang tua itu dapat dilakukan sepulang sekolah. Saya mendatangi dimana tempat sianak memanjat kelapa dan disitu saya juga menemukan orang tua murid. Awalnya saya merasa ragu akan tindakan saya ini,namun saya mencoba untuk berusaha agar murid saya ini bisa mengikuti pembelajaran disekolah seperti murid lainnya. Saya memulai pembicaraan dengan simurid dan juga orang tuannya, dan saya juga mendengarkan berbagai cerita hidup mereka. Saya berusaha untuk bertukar pikiran , dengan menceritakan tentang pengalaman hidup saya yang juga sebenarnya sama dengan mereka, dimana saya juga salah seorang anak yang berjuang untuk menjalani hidup dan meraih cita – cita saya dikarena saya anak yatim dan dilahirkan dari keluarga yang tidak mampu. Begitu juga halnya yang saya lakukan dengan murid saya yang sedang tarik pukat dipinggir pantai bersama para nelayan, saat sela istirahat mereka saya mengajak mereka untuk berbicara tentang cita –cita mereka dan apa yang mereka inginkan kedepannya. Dari pembicaraan tersebut banyak cerita yang saya dapatkan mulai dari cita- cita mereka dan keinginan yang ingin meraka dapatkan dimasa depan. Nah , dari situlah saya mulai membicarkan bahwa sangatlah penting sekolah untuk mewujudkan cita – cita dan keingain mereka tersebut.

Sebulan berlalu dengan perjuagan mencari murid yang tidak masuk sekolah, hilang diperjalanan dan berusaha untuk mengajarkan matematika praktis. Ada perubahan yang saya dapatkan sedikit demiki sedikit, dimulai dari kehadiran siswa saya yang semakin hari semakin bertambah, saya melihat siswa sekarang sudah mulai berani bertanya tentang hal hal yang mereka tidak paham dari penjelasan saya. Saya dapat melihat disaat murid saya belajar mereka sudah mau meminta saya untuk mengajarkan cara mengoperasikan pembagiaan dan perkalian dengan lebih detail dan meminta untuk mengulangnya. Sehingga berusaha untuk mengelompokkan siswa agar mudah saya menjelaskan perkelompoknya. Siswa mulai berani untuk tampil mempersentasikan hasil karya mereka dalam menyelesaikan soal – soal Fisika. Dan juga saya melibatkan siswa yang sudah memahami pengoperasian matematika untuk juga membantu saya mengajarkan temannya yang masih belum paham.

Hal ini terus saya lakukan terus – menerus, sambil saya berusaha untuk terus mencari model dan metode pembelajaran yang membuat murid saya lebih semangat lagi dalam menjalankan pembelajaran. Saya berusaha agar mereka tidak menganggap bahwa Fisika ini adalah sebuah mata pelajaran yang sulit, namun menjadikan pembelajaran Fisika ini adalah matapelajaran yang menyenangkan. Dan hal ini saya membuat saya bahagia dengan perubahan dari murid saya yang semakin hari semakin semangat dalam belajar Fisika, terkadang mereka sendiri yangbertanya , Buk untuk minggu depan kita akan melakukan kegiatan apalagi buk? Atau mereka juga sering bertanya Buk kita main Games apa hari in? atau kita kan melakukan praktikum apa hari ini.

Meskipun disekolah laboratorium belum bisa digunakan dikarenakan ruangan dan juga alat alat laboratoium yang sudah tidak bisa digunakan lagi, hal ini tidak menjadi suatu permasalahan bagi kami untuk belajar. Saya dan juga murid saya berusaha untuk melakukan praktikum dengan memanfaatkan alat dan bahan yang ada dilingkungan sekitar. Sehingga konsep pembelajaran konseptual pada pembelajaran itu dinikmati oleh murid sehingga murid lebih menghayati yang bahwa Fisika ini adalah suatu pembelajaran Alam.

Saya berusaha mengajarkan pembelajaran fisika dengan menggunakan games , Teka – teki Silang, agar murid yang tidak suka membaca materi ,mereka mau tidak mau akan membaca materi untuk mengisi Teka Teki Silang. Dari kejadian ini saya mulai merubah pemikiran saya yang tadinya saya selalu berambisi untuk menjadi guru pembimbing olimpiade, sekarang saya lebih berusaha untuk memjadi guru yang memang dapat mengajarkan siswa saya sesuai dengan keinginan yang mereka mau agar tujuang pembelajaran tercapai dengan baik.  Dan sini saya merasa bahwa saya menjadi guru yang merdeka, merdeka dalam mewujudkan kebahagian belajar bagi murid saya,merdeka dalam mengajarkan hal – hal baru yang membangkitkan semangat siswa belajar, merdeka dalam membuat kesepakatan kelas dengan murid , sehingga setiap pembelajaran Fisika murid menjadi tau apa yang harus melakukan dan mereka akan pelajari.  

Dari Cerita pengalaman proses pembelajaran di atas, maka disitu sangat terlihat bahwa proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru adalah proses pembelajaran konstektual. Dimana pembelajaran konstektual ini merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk langsung berkarya di dunia nyata. Dengan demikian disini, dapat terlihat bagaimana perubahan yang luar biasa terjadi, dari awalnya murid malas kesekolah, sehingga mereka menjadi aktif. ini juga merupakan pembentukan karakter dari murid itu sendiri yang didapatkan dari usaha guru untuk memberikan motivasi agar murid tersebut dapat memilih hal yang paling pernting untuk dilakukan terlebih dahulu.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top