ANDI NURIANY
TK RATU ALAM ATAKKAE KAB. WAJO
Praktik Baik Pembelajaran
Pembelajaran Efektif dan Menyenangkan melalui Kesepakatan Kelas
AWAL
Selama Indonesia terjangkit virus Corona dan keluar surat edaran dari menteri Pendidikan pada tanggal 12 Maret 2020 untuk Lock down, dunia Pendidikan terimbas dari dampak mewabahnya virus Corona tersebut, dikarenakan semua aktifitas pembelajaran yang awalnya dihentikan selama 2 Minggu kemudian bertambah hingga menjadi 2 tahun sampai saat sekarang ini, pembelajaran masih dilakukan dengan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) dengan tetap mematuhi Protokol Kesehatan.
Saya sebagai guru di jenjang pendidikan anak usia dini, sudah mengabdi menjadi guru honorer atau Guru Tetap Yayasan pada 1 September 2003 sampai sekarang. Jadi kurang lebih 20 tahun pengabdian saya di Taman Kanak-Kanak Ratu Alam Atakkae, Kabupaten Wajo.
Latar belakang pendidikan saya adalah Diploma 2 PGTK, pada tahun 2003-2005, kemudian melanjutkan ke S1 PAI dan melanjutkan lagi ke S2 Administrasi Pendidikan, walau tidak relevan dengan tempat saya mengabdi tidak lain dan tidak bukan hanya untuk menambah wawasan untuk segala jurusan pendidikan. Kemudian didasari karena hobbi saya bernyanyi maka saya berinisiatif untuk mengajar anak usia dini yang notabene menuntut ibu guru pandai bernyanyi agar tercipta kelas yang asyik dan menyenangkan walau penuh tantangan dalam menghadapi pola tingkah laku anak kecil.
Dunia anak adalah dunia eksplorasi yang penuh rasa ingin tahu, kurang lebih itulah kalimat yang dapat mendiskripsikan tahap tumbuh kembang seorang anak. Dengan rasa ingin tahu yang besar tersebut, tidak jarang anak kadangkala membutuhkan bimbingan agar rasa ingin tahu bisa terarah. Salah satu bentuk bimbingan tersebut adalah dengan menumbuhkembangkan karakter tanggung jawab.
Dalam dunia pendidikan atau sekolah, dunia anak erat kaitannya dengan Taman Kanak-kanak(TK). TK sebagai wadah bagi seseorang anak untuk belajar hal-hal dasar serta bersoalisasi dengan teman sebaya maupun dengan orang yang lebih tua, dalam hal ini tenaga pendidik atau guru.
TANTANGAN
Saya mengajar di kelompok B usia 5-6 tahun sejak tahun 2003, berbagai macam karakter anak sudah saya dapatkan di dalam kelas saya, ada yang aktif, pendiam, pemalu, dan ada pula yang tantrum atau hiperaktif. Karakter yang berbeda ini kadangkala bisa jadi pemicu terjadinya gesekan atau masalah diantara anak didik di dalam kelas. Beberapa masalah yang muncul seperti perbedaan keinginan, misal si anak A menginginkan “ini” sedangkan si anak B menginginkan “itu” atau bisa pula masalah komunikasi antara guru dengan peserta didik, terutama ketika peserta didik melanggar suatu aturan dengan alasan tidak mengetahui adanya tata tertib tersebut. Kurangnya komunikasi ini menyebabkan relasi peserta didik dan guru menjadi tidak baik sehungga keadaaan kelas menjadi kurang kondusif.
AKSI
Dalam menciptakan suasana kelas yang kondusif, dibutuhkan kerjasama semua komponen yang terlibat, dari tingkat individu hingga kelompok. Hal ini tidak lain untuk menjalin hubungan yang baik antar semua komponen sekolah peserta didik, orang tua peserta didik, tenaga pendidik dan kepala sekolah).
Dalam pembelajaran di kelas sebelum bergabung di Sekolah Merdeka Belajar Wajo dan belajar tentang Kesepakatan Kelas Merdeka Belajar, kelas saya terasa ricuh anak susah diatur dalam menerima materi pelajaran terutama anak yang tantrum sampai saya harus selalu berulang kali menegur mereka untuk memperhatikan saya dan begitu juga ketika waktu bermain atau istirahat, mainan atau APE dalam kelas berantakan di sana-sini, walau saya sudah mengingatkan peserta didik untuk merapikan mainannya, tapi peserta didik seakan tidak menggubris perkataan ibu guru, mungkin dipikiran mereka nanti ibu guru saja yang membereskannya.
Setelah mempelajari Kesepakatan Kelas Merdeka Belajar saya kembali refleksi ke kelas untuk menciptakan proses belajar mengajar yang kondusif dan lebih terarah sehingga saya berupaya untuk bagaimana merangkul peserta didik saya agar suasana kelas lebih menyenangkan dalam pembelajaran, dan olehnya itu tentu sangat dibutuhkan dukungan dari seluruh pihak yang terlibat mulai dari kepala sekolah , guru, orang tua peserta didik dan peserta didik itu sendiri , yang terlibat langsung dalam proses belajar mengajar adalah guru dan peserta didik sehingga keduanya perlu menjalin hubungan yang baik agar bermuara pada pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Perlu ada kesepakatan antara peserta didik dan guru yang nantinya kesepakatan inilah yang menjadi acuan dalam penerapan disiplin saat proses belajar berlangsung.
Kesepakatan kelas sangat berhubungan dengan konsep merdeka belajar , dalam kesepakatan kelas peserta didik belajar untuk menetapkan tujuan berupa harapan-harapan yang mereka ingin capai dalam suasana kelas. Guru dan peserta didik akan berdiskusi bersama untuk menentukan cara mencapai kesepakatan tersebut. Kesepakatan kelas akan melahirkan sebuah proses merdeka belajar sehingga peserta didik mencapai belajar yang maksimal
Kesepakatan kelas tidak hanya soal peraturan di dalam kelas yang harus ditaati peserta didik dan memberi konsekuensi bagi yang melanggarnya . Adanya kesepakatan kelas , akan memandu peserta didik untuk senantiasa komitmen terhadap kesepakatan yang telah disepakati bersama.
Dalam membuat kesepakatan kelas, pastikan semua pihak terlibat di dalamnya. Semua peserta didik menggunakan haknya untuk dapat menyampaikan pendapatnya tentang impian terhadap kelasnya serta suasana pembelajaran yang ada di dalamnya.
Kesepakatan kelas memuat hal – hal yang dianggap penting . Kesepakatan kelas juga harus dapat dipahami oleh semua pihak. Kesepakatan kelas dibuat dengan bahasa yang mudah dipahami peserta didik, mengandung kata-kata positif, dibuat secara tertulis sehingga bisa dilihat sewaktu-waktu. Direkfleksikan secara berkala oleh guru dan peserta didik.
Kesepakatan kelas berisi beberapa aturan untuk membantu pendidik dan peserta didik bekerja bersama membentuk kegiatan belajar mengajar yang efektif, nyaman, menyenangkan dalam belajar. Kesepakatan kelas tidak hanya berisi harapan pendididk terhadap peserta didik, tapi juga harapan peserta didik terhadap pendidik.
Pembentukan karakter tanggung jawab yang saya lakukan dikelas diawali dengan membuat kesepakatan kelas yang telah disetujui oleh pendidik dan anak didik. Kelas yang penulis pakai sebagai subjek kegiatan adalah anak didik kelompok B6.
Adapun urutan langkah-langkah aksi nyata dalam menyususn kesepakatan kelas;
1. Mensosialisasikan terlebih dahulu kepada peserta didik atau mengadakan diskusi tentang pembuatan kesepakatan kelas.
2. Meminta pendapat saru-persatu peserta didik menyampaikan keinginan yang akan diberlakukan dalam kesepakatan kelas.
3. Setelah usulan anak peserta didik di rangkum, memberi pemahaman kepada mereka bahwa guru juga mempunyai hak untuk memberi usulan, namanya juga kesepakatan bersama, disini saya menambahkan beberapa hal yang belum terakomodasi di dalam kesepakatan tersebut.
4. Kemudian mendiskusikan konsekuensi dari pelanggaran terhadap kesepakatan yang telah di setujui itu. Menjelaskan alasan-alasan diterapkan konsekuensi. Konsekuensi yang telah disepakati bersama berupa teguran atau mengingatkan kembali tentang kesepakatan yang dibuat.
5. Menulis hasil kesepakatan diatas kertas origami dan ditempat pada kertas origami berwarna kemudian direkatkan pada dinding kelas yang mudah terlihat oleh semua penghuni kelas walau mereka masih ada yang belum lancar membaca, tapi setidaknya menjadi perhatatian ketika mereka melanggar kesepakatan kelas dengan mengingatkan mereka.
Setelah rampung semuanya , maka tindakan tindakan saya selanjutnya memberitahukan bahwa ini wajib ditaati oleh seluruh penghuni kelas baik seluruh peserta didik maupun guru sendiri dan saya tidak terburu-buru memaksakan peserta didik untuk terus menerapkan semua kesepakatan kelas namun perlahan-lahan menjadi kebiasaan.
Jika dalam perjalanan penerapannya masih ada peserta didik yang melanggar, maka evaluasi itu penting dilakukan. Penting diingat, jangan beri hukuman jika anak didik tersebut melanggar aturan, karena hukuman akan menyakiti mereka secara batin. Ganti hukuman dengan konsekuensi dan perlakuan secara manusiawi tentunya.
Percakapan yang saya bangun adalah komunikasi positif dengan cara tidak menggunakan bahasa “dilarang”, “tidak boleh”,dan “dihukum” setiap ada usulan peserta didik dengan kata-kata tersebut maka saya akan merubah dengan kalimat positif sehingga terbentuk kesepakatan kelas yang positif pula sehingga tercipta pembelajaran yang menyenangkan.
PELAJARAN
Respon peserta didik saya sangat baik dan senang terlihat jelas di hari kedua setelah kesepakatan terbentuk ada satu perbedaan yang terjadi ketika anak didik saya bermain dengan mengambil semua permainan yang mereka ingin mainkan, setelah puas mereka bermain mereka dengan senang hati mengembalikan permainan tersebut ke tempatnya semula, dari hasil kesepakatan kelas yang kami sepakati.
Setiap kelas punya tantangan tersediri karena karakter murid yang berbeda, kesepakatan kelas adalah salah satu cara mengakomodir berbagai keinginan dan kondisi siswa.
Tantangan dan keberhasilan yang saya dapati masih perlu upaya pembiasaan yang maksimal mengingat kebiasaan selama ini sangat bertolak belakang dengan kesepakatan kelas yang disepakati ini merupakan kendala namun tidak boleh pesimis tetap harus optimis dengan secara sabar dan perlahan sehungga menjadikan ini sebagai pembiasaan positif dalam kelas.