Pembelajaran Coding Sebagai Pendukung Capaian Pembelajaran Murid

Mengajarkan bahasa pemrograman kepada murid? Sesuatu yang nampak terlalu rumit. Namun menjadi sebuah keinginan bagi kami para pengajar ekskul robotika untuk dapat memberi dasar-dasar pemrograman bagi murid. Karena pemrograman adalah salah satu aspek dalam pembelajaran robotika. Sebagai dasar, murid dapat mulai belajar coding menggunakan aplikasi Scratch.

Tak hanya untuk gengsi, pembelajaran coding membangun nalar anak. Dalam alur penyusunan coding, murid akan dilatih untuk bernalar. Memahami algoritma melalui praktik, akan menjadi bekal bagi murid di masa depannya.

Bila diberi ruang kreasi, pembelajaran coding juga dapat membangkitkan kreativitas anak. Kreasi dalam coding sesungguhnya tidak memiliki batasan khusus. Murid dapat menjelajah dan menggali ide untuk karya-karya coding.

Dengan besarnya manfaat yang bisa didapatkan murid melalui coding, ada keinginan saya agar coding juga dapat mendorong ketercapaian murid dalam pembelajaran. Biasanya yang menjadi dorongan anak untuk belajar coding adalah membuat game. Maka bukan tidak mungkin merancang hasil coding ini terkait dengan pembelajaran di sekolah. Saya berpikir dengan belajar coding yang menyenangkan maka murid dapat juga memperdalam pembelajaran mata pelajaran melalui coding.

Biasanya coding erat kaitannya dengan mata pelajaran matematika. Namun saya berpikir, tak menutup kemungkinan mata pelajaran lain, seperti IPAS juga dapat memanfaatkan coding dalam pendalaman pembelajaran murid. Begitu pun dengan mata pelajaran bahasa Indonesia bahkan Pendidikan Agama Islam. 

Tantangan awal yang kami hadapi adalah adanya pandemi. Hantaman pandemi covid-19 membuat ekskul di sekolah harus dihentikan. Termasuk di antaranya ekskul robotika dan coding. Jangankan ekskul, untuk pengaturan waktu mata pelajaran saja sekolah masih kesulitan dalam mengatur mengingat terbatasnya waktu akibat peralihan pembelajaran tatap muka ke pembelajaran jarak jauh. Sehingga ekskul robotika dan coding untuk beberapa saat berhenti menyampaikan pembelajaran di sekolah.

Tantangan lain adalah adanya miskonsepsi belajar coding (dan robotika) hanya untuk kompetisi. Seringkali unsur pembelajaran dilupakan demi kompetisi. Kompetisi tidak salah, namun bila diikuti secara instan akan menghilangkan unsur pembelajaran. Dan bila hanya fokus pada kompetisi, ada kalanya unsur pembelajaran jadi terabaikan. Bahkan dalam beberapa kompetisi kreativitas murid kurang mendapat ruang. 

Manfaat pembelajaran coding masih banyak belum dipahami, baik oleh sekolah dan terutama orang tua murid. Pembelajaran coding masih belum banyak dikenal. Mungkin banyak yang tahu tentang robotika, tapi banyak yang tidak tahu tentang pembelajaran coding. Sehingga kadang kami temui dukungan orang tua yang kurang dalam pembelajaran coding bagi anaknya.

Dalam masa vakum karena pandemi, kami mulai mencari cara agar pembelajaran coding dapat disampaikan. Adaptasi pembelajaran jarak jauh sebenarnya cukup memberi kontribusi kepada mulai terbiasanya murid dengan teknologi PJJ. Murid menjadi lebih terbiasa menggunakan aplikasi pertemuan jarak jauh. Ini juga memberi kami peluang untuk dapat membuka kelas coding secara online. Karena kami tidak perlu mengajarkan bagaimana menggunakan platform pertemuan daring. Dan kebetulan aplikasi coding yang kami ajarkan menggunakan moda daring. Sehingga pembelajaran dapat dipadukan antara platform pertemuan daring dan aplikasi pembelajaran coding secara daring.

Di masa awal kami memberikan pembelajaran coding, kami membuka layanan prifat. Di awal pandemi di tahun 2020 belum ada sekolah yang mulai mengadakan ekstra kurikuler. Selama pembelajaran prifat meskipun tidak terikat dengan sekolah kami tetap mencoba memasukkan unsur pembelajaran di dalam pembelajaran coding. Pembelajaran coding yang kami sampaikan tak melulu tentang game, namun ada beberapa tugas coding yang dirancang terkait dengan pembelajaran. Setelah setahun pandemi, baru di tahun ajaran baru kami mulai mengajarkan coding di beberapa sekolah setelah pihak sekolah telah beradaptasi dan bisa mengatur penjadwalan PJJ sehingga ekstrakurikuler dapat dilaksanakan.

Ada beberapa tahapan untuk pembelajaran coding yang kami ajarkan. Bagian awal adalah bagaimana membuat animasi sederhana dengan Scratch. Murid belajar bagaimana menggerakkan sprite, membuat sprite atau latar sendiri, merekam suara, dan membuat kode agar menjadi sebuah cerita. Pada tahapan ini murid dibebaskan imajinasinya untuk menggambar karakter. Pada tahapan algoritma yang dipelajari adalah algoritma yang paling sederhana yaitu algoritma urut. Dalam tahapan ini murid dapat membuat sebuah animasi yang terkait dengan pembelajaran kontekstual.

Tahapan selanjutnya adalah membuat permainan sederhana. Tujuan dari tahapan ini adalah memberi dasar algoritma perulangan dan percabangan. Dengan memahami kedua algoritma tersebut, maka murid murid akan terbangun dasar nalar dalam pemrograman. Tak berhenti di sini, karena algoritma dalam tahapan ini belum dikaitkan dengan pembelajaran kontekstual.

Salah satu bentuk permainan yang dapat dijadikan pembelajaran kontekstual adalah kuis. Dengan algoritma percabangan, murid membuat kuis mereka sendiri. Hasilnya cukup mengejutkan saya, karena dengan bentuk kuis ini saya dapat melihat seberapa jauh pemahaman murid tentang pembelajaran mereka di kelas. Dengan membuat kuis, murid tak sekadar belaja tentang coding, namun mereka mengingat kembali apa yang telah dipelajari dan menuangkannya dalam bentuk pertanyaan yang tentu saja mereka sudah menyiapkan jawabannya. Mata pelajaran yang dapat dijadikan kuis pun sangat variatif, tak terbatas pada satu mapel saja.

Serupa dengan kuis, dikembangkan lagi kuis dalam bentuk permainan matematika. Dengan beberapa balok perintah yang tersedia, murid dapat membuat soal matematika seperti penjumlahan dengan angka acak. Bagi yang ingin tantangan lebih, ada murid yang membuat soal perkalian menggunakan scratch. Banyak yang bisa dipelajari murid terkait matematika dengan coding Scratch. Dan dalam tahapan kuis matematika, murid fokus pada soal penjumlahan atau perkalian.

Dalam proses pembelajaran, kami menemukan beberapa murid yang menemukan ketertarikannya pada coding akan mencari bahan belajarnya sendiri. Murid-murid tersebut bahkan dapat membuat sebuah kode yang saya belum pernah ajarkan. Karena memang banyak bahan belajar yang bisa didapatkan di internet. Hal ini dapat terwujud karena kreativitas dalam pelajaran coding yang tidak dibatasi. 

Saya juga menemukan, melalui pembuatan permainan dalam bentuk kuis, murid dapat mengulang lagi pembelajarannya, atau mendapatkan pembelajaran baru. Seorang murid membuat kuis bahasa inggris, dan untuk menyiapkan jawaban dari soal kuis yang ia buat ia sampai rela berusaha mencari secara mandiri jawaban kuisnya sendiri. Kuis ini memang bukan untuk orang lain, namun dengan cara ini murid menggali lebih dalam pembelajaran yang telah didapatkannya dengan cara yang lebih menyenangkan. Dan tentu saja nalar murid terbangun dengan menyusun kode dalam pembelajaran coding.

Selain animasi dan kuis, ke depannya saya akan merancang coding yang dapat diterapkan untuk membuat sebuah produk. Sebuah aplikasi android sederhana misalnya. Dengan dasar-dasar coding yang telah mereka pelajari, saya berencana untuk mengembangkan lebih jauh agar pembelajaran yang mereka terima dapat lebih bermanfaat dan bermakna.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top