Pembelajaran Berpihak Pada Murid Melalui “Transformer”

Pemanfaatan Media Pembelajaran “TRANSFORMER” (Transformasi Geometri di Lantai Marmer) pada Materi Transformasi Geometri Untuk Mewujudkan Murid Merdeka Belajar

  1. LATAR BELAKANG

Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: “menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan (wellbeing) yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat  menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak”. Dalam proses ‘menuntun’ anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.

Proses pembelajaran Matematika masih berpusat pada guru dengan metode ceramah dilanjutkan dengan penugasan. Kurang bervariasinya model dan metode pembelajaran yang digunakan guru menyebabkan sebagian besar murid merasa antipati dengan pelajaran Matematika karena dianggap kurang menyenangkan dan membosankan. Akibatnya murid berlaku pasif dan tidak kreatif selama proses pembelajaran, bahkan seringkali murid tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan alasan lupa atau tidak paham bagaimana mengerjakannya.

  • DESKRIPSI AKSI NYATA

Aksi nyata dilaksanakan di kelas IX dengan materi Transformasi Geometri dengan media pembelajaran “TRANSFORMER” (Transformasi Geometri di Lantai Marmer). Harapan dari aksi nyata ini adalah agar dapat menambah motivasi murid dalam belajar matematika dengan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dengan tetap memperhatikan sifat kodrat anak yang suka bermain sehingga murid tidak merasa “terpaksa” untuk belajar Matematika.

Model Discovery Learning yang akan diterapkan ini juga mencerminkan sistem among dan asas Tut Wuri Handayani yaitu guru sebagai pamong hanya sebagai fasilitator yang mengikuti murid dari belakang, memberi kesempatan kepada murid untuk berkreativitas dan secara mandiri menemukan  rumus dan konsep Matematika dengan guru tetap mengarahkannya ke jalan/langkah yang benar.

Pelaksanaan aksi nyata dimulai dengan memperkenalkan media pembelajaran “TRANSFORMER” kepada murid. Karena keterbatasan waktu, aksi nyata ini hanya  dilakukan pada sub materi Pencerminan (Refleksi). Langkah-langkah penggunaan  media pembelajaran “TRANSFORMER” yang dilakukan sebagai berikut:

  1. Guru bersama murid membuat koordinat cartesius di lantai dengan memasang tali rafia dengan bantuan isolasi sehingga terbentuk koordinat X dan Y
  2. Memasang kertas yang bertuliskan bilangan bulat positif dan negatif.
  3. Memasang sumbu pencerminan di lantai dengan menggunakan tali rafia yang berbeda warna
  4. Guru meminta dua murid untuk masuk ke arena koordinat cartesius, mereka akan berperan sebagai titik asal dan titik bayangan
  5. Murid I berdiri pada satu titik kemudian dia menyebutkan titik koordinat tempat dia berdiri
  6. Murid II berdiri sebagai titik bayangannya dengan menghitung jarak yang sama antara titik asal ke sumbu pencerminan dengan jarak titik bayangan ke sumbu pencerminan dan menyebutkan titik koordinat bayangan
  7. Satu (1) orang murid bertugas mencatat di papan tulis
  8. Secara bergantian murid berperan sebagai titik asal dan titik bayangan.
  9. Setelah beberapa putaran para murid berperan sebagai titik asal dan titik bayangan, diperoleh pola yang sama perubahan titik koordinat setelah pencerminan sehingga murid dapat menyimpulkan rumus titik koordinat bayangan
  10. Pencerminan dilakukan pada sumbu x, sumbu y, y = x dan titik O (0,0)

Selama melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran “TRANSFORMER” murid menunjukkan semangat dan antusiasme. Walaupun pada awalnya masih agak bingung namun setelah beberapa demonstrasi oleh guru mereka mulai menikmati pembelajaran bahkan seakan enggan beranjak dari kelas walaupun bel tanda selesai pelajaran sudah berbunyi.

  • HASIL DARI AKSI NYATA

Berdasarkan tolok ukur yang terdapat di rancangan tindakan aksi nyata, indikator aksi nyata ini berhasil atau berjalan dengan baik adalah sebagai berikut:

  1. Dihasilkannya produk media pembelajaran “TRANSFORMER” yang disertai petunjuk penggunaannya pada materi Transformasi Geometri mata pelajaran Matematika kelas IX
  2. Terlaksananya kegiatan pembelajaran Matematika yang menyenangkan dengan model pembelajaran Discovery Learning menggunakan media pembelajaran “TRANSFORMER” pada kelas yang saya ampu (IX.1)
  3. Diperoleh aktivitas belajar murid yang semangat dan antusias
  4. Diperoleh aktivitas belajar murid minimal baik dan capaian pengetahuan murid minimal 60% tuntas
  • PEMBELAJARAN YANG DIDAPAT DARI PELAKSANAAN

Pembelajaran matematika dengan menggunakan media pembelajaran menjadi angin segar bagi para murid karena selama ini model pembelajaran yang diterapkan membuat para siswa menjadi pasif yang hanya secara terus-menerus menerima materi atau pengajaran dari guru sehingga menjadi pembelajaran yang membosankan. Sehingga diperlukan pemilihan metode, model dan media pembelajaran yang tepat untuk digunakan sesuai dengan materi pelajaran.

Melalui proses pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning dengan media pembelajaran “TRANSFORMER” didapatkan pengalaman belajar sebagai berikut:

Keberhasilan

Murid bersemangat dan antusias selama mengikuti pembelajaran, pembelajaran berlangsung menyenangkan dan tidak membosankan sehingga transfer ilmu pun mudah diterima oleh murid. Melalui model Discovery Learning, guru hanya membimbing dan mengarahkan para murid untuk dapat belajar dan berpikir secara kreatif.

Murid tidak merasa terpaksa di dalam kelas untuk mendengarkan materi namun mereka merasa lebih merdeka berekspresi dengan bebas menentukan dimana posisi mereka berdiri di koordinat Cartesius sehingga murid pun menemukan sendiri rumus titik koordinat bayangan pencerminan (refleksi). Hal ini merupakan pengalaman belajar bermakna bagi murid. Dan yang paling penting mereka bergembira selama pembelajaran seperti layaknya mereka sedang bermain sesuai dengan kodrat mereka sebagai anak.

Kegagalan

Tentunya dalam pelaksanaan aksi nyata ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan rancangan awal tindakan aksi nyata, antara lain masih ada beberapa murid (20%) yang masih kurang aktif dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan karena mereka tidak hadir pada pertemuan pertama sehingga bingung dan agak kesulitan menyesuaikan diri walaupun sudah distimulasi oleh guru. Ketidakhadiran murid juga cukup tinggi yaitu 40% dari total jumlah murid di kelas tersebut.

  • RENCANA PERBAIKAN UNTUK PELAKSANAAN YANG AKAN DATANG

Setiap selesai melaksanakan pembelajaran, guru bersama murid melakukan refleksi  untuk melihat kembali dan mengkaji kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan, serta untuk menemukan berbagai kelebihan dan kelemahan diri dalam proses pembelajaran sehingga dapat melakukan perbaikan pada pembelajaran berikutnya. Rencana perbaikan untuk pelaksanaan yang akan datang antara lain:

  1. Berkolaborasi dengan guru serumpun untuk membantu mengobservasi kegiatan pembelajaran (aksi nyata) yang dilakukan
  2. Berkolaborasi dengan wali kelas untuk lebih memotivasi anak muridnya agar rajin masuk sekolah.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top