Pembelajaran Berbasis Kompetensi

Saya adalah guru kelas 4 SD di sebuah sekolah swasta di kota Tangerang Selatan. Saya mengajar bahasa Inggris. Sekolah kami melakukan tiga penilaian yaitu penilaian pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap. Nilai keterampilan diambil dari kegiatan proyek di kelas. Sekolah sudah mengagendakan Minggu proyek di bulan September. Murid melaksanakan proyek hampir di setiap mata pelajaran dan mulai timbul keluhan dari murid yang kelelahan dalam mengerjakan proyek. Kegiatan proyek seringkali tidak berhubungan dengan kehidupan nyata murid. Misalnya ketika murid membuat poster untuk mempromosikan produk, murid tidak dapat menggunakan poster itu karena tidak ada kegiatan berjualan yang mereka lakukan. Hasil poster itu menjadi tidak terpakai.

saya mulai menginisiasi untuk membuat integrated project dengan rekan-rekan guru di level 4 untuk membuat proyek yang lebih bermakna untuk murid. Lalu saya mendiskusikan nya dengan murid-murid saya dalam pelajaran yang saya ampu. Saya mencoba menerapkan pembelajaran berbasis kompetensi.

Tema pertama yang diangkat adalah tema kemiskinan dari mata pelajaran IPS. Murid diajak berpikir hal apa yang dapat kita lakukan untuk mengatasi hal ini. Murid-murid berpikir untuk mengadakan charity atau memberikan sumbangan. Lalu muncul pertanyaan selanjutnya, hal apa yang dapat kita lakukan agar terkumpul dana sumbangan tersebut? Akhirnya diputuskan bahwa murid kelas empat akan mengadakan Bazaar. Dalam Bazaar itu mereka akan menawarkan barang dan jasa. Profit dari usaha mereka akan dikumpulkan untuk disumbangkan ke sebuah taman bacaan di Limo, Depok.

Langkah pertama yang harus disusun adalah murid membuat produk yang akan mereka jual. Mereka membuat tempat pensil dan gantungan kunci di mata pelajaran art and craft. Kemudian mereka membuat anggaran dan perkiraan profit di mata pelajaran matematika. Selanjutnya mereka mulai membagi tugas mereka, siapa yang akan menjadi kasir, marketing dan juga yang melayani pembeli. Sebelum Bazaar dimulai, murid membuat poster dalam pelajaran Bahasa Indonesia dan komputer. Poster itu mereka tempel di unit SMP, SMA, di lorong SD kelas-kelas yang lain, juga di Mading sekolah. 

Hari bazaarpun tiba. Murid dibagi dalam empat kelompok. Kelompok pertama menjual minuman, kelompok kedua menjual makanan, kelompok ketiga menjual alat tulis, dan kelompok empat membuat booth permainan. Kegiatan berlangsung selama jam istirahat makan siang. Banyak sekali pembeli yang datang. Dalam kegiatan tersebut para guru mengobservasi.

Pada akhir kegiatan bazar, murid membuat laporan keuangan dan mencatatkan profit yang mereka dapatkan. Dana yang terkumpul kami belikan buku bacaan di Gramedia. Saat Gramedia tahu bahwa buku tersebut akan disumbangkan, mereka memberikan kami harga istimewa sehingga makin banyak buku bacaan yang kami ceritakan. Anak-anak merasa bangga dan haru karena apa yang mereka lakukan berbuah manis.

Dari awal keadaan kelas yang merasa bosan dan kelelahan dalam mengerjakan proyek di setiap mata pelajaran, para murid berubah menjadi antusias dan bersemangat dalam mengerjakan proyek tersebut. Mereka dapat mengembangkan kompetensi mereka secara nyata dalam menggunakan pengetahuan di mata pelajaran matematika dalam membuat budgeting dan menghitung profit. Murid juga dapat mengembangkan kompetensi mereka terkait dengan mata pelajaran IPS, PPKn dan agama dimana mereka diminta untuk bekerjasama dalam tim dan dengan tulis ikhlas menghasilkan profit di kegiatan bazar untuk disumbangkan kepada sesama yang membutuhkan. Kemampuan keterampilan mereka dalam membuat barang jadipun terasah. Senang sekali melihat semangat murid-murid dan menjadikan pembelajaran mereka bermakna.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top